Youtube Instagram
  • Home
  • Tentang Saya
  • Jadwal Praktek
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Kontak Kami

drg. Ayyum Berbagi

 


Banyak orang tua bilang, “Nikmati aja prosesnya. Jalani aja.”

Ya itu mungkin karena ketika kita sudah melewatinya, waktu yang sudah berlalu seperti tidak berasa. Seperti misalnya, ga berasa sekarang sudah punya anak dua. Ga berasa Si kakak udah enam tahun aja, ga berasa Si adek udah mau dua tahun. Ketika mengingat sebuah momen sekolah atau kuliah rasanya seperti baru kemarin.

Sama seperti ketika papaku melepas diriku ketika aku menikah.  Beliau bilang, “ Baru rasanya gendong-gendong kakak, sekarang udah nikah.” Kurang lebih seperti itu. Ya karena beliau sangat sibuk bekerja sehingga jarang menghabiskan waktu buat kami.

Itu jika kita tarik dari sudut pandang masa depan ketika melihat apa-apa saja yang telah kita lalui.

Masalahnya, ketika kita menjalaninya di masa sekarang , rasanya berdarah-darah!  Hahahha. Terus, apakah kita perlu mengambil sedikit momen di masa depan yang kita inginkan ketika sedang terpuruk di masa sekarang?

Apakah istilahnya internalisasi, memotivasi diri atau membuat anchore ketika kita sedang kesulitan di masa sekarang dengan mengingat tujuan (ingin seperti apa kita di masa depan) atau ingin mengenang yang seperti apa kita di masa lalu. Mungkin bisa kita coba.

Cuma memang perlu kita menjauh dari diri kita saat ini (diasosiasi) agar kita menyadari situasi kita saat ini. Coba bayangkan seolah-olah kita mellhat diri kita sendiri dari atas. Apakah yang kita lakukan sudah selaras dengan tujuan hidup kita? apakah yang kita lakukan sudah termasuk dalam aksi untuk mencapai tujuan itu? Sudah berproseskah kita?

Jika kita ingin menikmati proses, maka satu-satunya cara adalah kita benar-benar hadir dalam proses itu sendiri. Kita sadari kita sedang berproses, kita terima jatuh bangun yang berulang-ulang terjadi. Sekecil apapun itu progresnya tetaplah progres. Itulah proses.

Ketika sedang merasa sangat menyakitkan dalam prosesnya, rangkullah dirimu. Berilah welas asih kepada diri kita sendiri sampai kita tenang dan bisa bangkit lagi. Semuanya akan berubah, rasa itu juga berubah seiring detik demi detik mengubah hari ke esok.

Ketika sedang berada di titik terendah, dimana terasa kita merasa lemah dan ingin menyerah. Disitulah letak kita disuruh pasrah. Bahwa kita hanya manusia lemah yang hanya butuh pertolongan Allah SWT. Kita bukan manusia yang harus selalu tampil sempurna. Terimalah..

Ketika kita tidak bisa menerima takdir yang kita benci, tidak kita sukai. Kita selalu bertanya kenapa ini terjadi. Kenapa harus terjadi pada diri ini? Namun sudahkah kita berefleksi? Apakah yag Allah ingin kehendaki?

Pikiran kita. Ya mungkin Allah ingin menguji pemikiran kita, pandangan kita terhadap Allah SWT. Bagaimana kita diuji untuk percaya bahwa apa yang ditakdirkanNya baik. Walaupun dalam pandangan kita apa yang terjadi sangatlah buruk.

Astaghfirullahaladzim..

Beranikah kita melampaui pengetahuan Allah SWT? Semua yang kita pertanyakan atas apa yang terjadi kadang tidak butuh jawaban. Karena yang diinginkan Allah SWT hanyalah ketaatan kita dalam menjalani ujian kehidupan.

Bukankah Allah SWT menghendaki kebaikan? Bukankah Allah SWT selalu memberimu pertolongan? Lantas apa yang kau ragukan?

Berbahagialah wahai teman, engkau adalah manusia pilihan.

Dengan ujian ini ajang untuk meningkatkan iman.

Hingga akhirnya nanti kau lulus merasakan kebahagiaan.  

June 20, 2022 No comments



I see your monsters

I see your pain

Tell me your problems

I'll chase them away


I'll be your lighthouse

I'll make it okay

When I see your monsters

I'll stand there so brave

And chase them all away


Lagu di atas sempat viral dan menjadi lagu yang disenangi kaum ibu maupun anak. Kata-kata monster seolah menjadi kata yang cukup mewakili kondisi bagian diri kita yang ‘menakutkan’ ketika emosi kita meledak menjadi kemarahan. 


Sebenarnya apakah monster itu memang harus diusir atau perlu justru perlu dirangkul? Lagu di atas niatnya baik, yaitu ingin membuat orang yang memiliki monster itu merasa nyaman. Lantas, bagaimana jika diri kita sendirilah yang sepatutnya menghadapi monster itu dengan berani?


Berani menerima jika memang ada monster dalam diri kita. Berani menghadapi bagaimana membawa monster ini dengan lebih menyenangkan sehingga akhirnya kita menikmati kebersamaan kita ketika monster itu muncul. 


Saya suka belajar mengambil hikmah dari menonton film animasi, sekalian mengajarkan anak-anak nilai-nilai baik yang bisa diambil. Mengenai monster ini kami sekeluarga nonton film yang berjudul “Turning Red”.


Saya akan membahas nilai dari sudut pandang menerima monster ini. Mei Mei, tokoh utama dalam film ini ketika berusia 13 tahun mengalami perubahan hormonal dan tingkah laku layaknya remaja yang sedang pubertas.


Menariknya ada hal lain yang berubah pada dirinya, yaitu dirinya berubah menjadi panda merah besar kuat yang bisa merusak sekitarnya. Hal ini merupakan kejadian turun temurun dari leluhurnya yang juga dialami nenek, bibi-binya dan ibunya. 


Ketka emosinya tidak terkendali ia akan berubah menjadi panda merah besar. Awalnya Mei Mei sangat tidak suka keadaan yang menimpa dirinya. Dia ingin menutupi perubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya rambutnya yang berwarna merah. 


Tetapi teman-teman dekat Mei malah menyukai dirinya dan menerima apa adanya. Menurut mereka panda merah itu lucu dan keren. Mei menyadari bahwa bersama dengan temannya membuat ia tenang dan aman membuat ia kembali menjadi manusia. 


Ia kemudian melatih mengendalikan emosinya dengan membayangkan ia berada bersama teman-temannya. Mei Mei bisa beradaptasi dengan cepat dan melakukan hal-hal menyenangkan bersama temannya dalam bentuk panda merah. 


Tiba saatnya ritual untuk pemisahan panda merah dan dirinya berlangsung, Mei Mei tidak tega berpisah dengan sosok panda merah yang ada dalam dirinya. Dia tidak ingin memisahkan dirinya dengan monster itu seperti yang dilakukan nenek, ibu dan bibi-bibinya, justru ingin mempertahankannya. 


Ia memilih panda merah tetap menjadi bagian dari dirinya dan tidak menutupi lagi, malah dengan sosoknya itu ia bisa menarik pengunjung kuil keluarganya dan menambah pendapatan dari hasil penjualan souvenir panda merah. 


Nah, dari situ kita bisa belajar Mei Mei berhasil menerima sosok monster yang muncul dan mengendalikan emosi penyebab ia berubah menjadi monster. Ia tidak memandang dirinya monster lagi, namun panda merah warisan leluhur yang membanggakan.


Penerimaan dan keputusan yang diambilnya itu menjadikan ia lebih dewasa dan diterima keluarga dan lingkungannya. Akhirnya Mei Mei  bahagia dengan dirinya sendiri dan keluarganya.


Kita bisa belajar, wajar jika ada monster yang muncul jika ada trigger atau masalah karena kita manusia tidak sempurna. Namun, kita perlu mencari apa penyebabnya dan berani menghadapi bagaimana mengendalikannya. Semakin kita latih mengendalikan emosi kita kita lama-lama akan beradaptasi dengan monster itu. 


Sebagai seorang muslim sudah ada solusi untuk tenang dalam mengendalikan emosi. Jika Mei Mei ingat teman-temanya, kita ingat Allah SWT dengan berdzikir. Seperti dalam ayat Quran sebagai berikut: 


الَّذِينَ آمَÙ†ُوا ÙˆَتَØ·ْÙ…َئِÙ†ُّ Ù‚ُÙ„ُوبُÙ‡ُÙ…ْ بِذِÙƒْرِ اللَّÙ‡ِ ۗ Ø£َÙ„َا بِذِÙƒْرِ اللَّÙ‡ِ تَØ·ْÙ…َئِÙ†ُّ الْÙ‚ُÙ„ُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)



Kemudian ayo kita coba lakukan hal-hal yang menyenangkan ketika monster itu muncul sehingga kita tetap menyadari masih ada monster itu, namun kita merasakan hal yang menyenangkan. Dengan begitu pelan-pelan kita akan menerima monster itu dan syukur-syukur dari kesenangan misalnya hobi menjadi pendapatan seperti Mei Mei. hehe


Jadi, marilah kita rangkul monster yang ada dalam diri kita atau anak dan keluarga terdekat. Marilah kita banyak mengingat Allah SWT agar hati kita menjadi tenang. Semoga kita bisa menjadi versi diri kita yang lebih baik dari hari ke hari. aamiin




Sumber https://rumaysho.com/25391-inilah-manfaat-dzikir-yang-luar-biasa-hadits-jamiul-ulum-wal-hikam-50.html



May 26, 2022 No comments

 

Pernahkah kamu merasakan ketilka ada kejadian yang kurang menyenangkan atau malah membuat emosimu meledak-ledak kamu ingin  ‘menghilang’ seketika atau kabur ke suatu tempat seperti di film-film?

Bagaimana jika hal tersebut bisa kita lakukan di dunia nyata ya? Sepertinya seru. Hihihi. Mengapa kita perlu membuat ‘healing spot’ ini ya? Adakah manfaatnya untuk kita?

Pada tulisan sebelumnya, jika saya telah mencoba ‘senyum palsu’, sekarang saatnya kita memiliki ‘senyum asli’. Saya menyebut senyum asli adalah senyum yang benar-benar timbul dengan sendiirinya. Bukan dipaksakan seperti ‘palsu.

Nah, senyum ini salah satunya dengan membuat ‘healing spot’.  Healing spot ini adalah tempat kita bisa ‘kabur’ sejenak, menenangkan diri kita dan melakukan apa yang kita suka sehingga kita bisa tersenyum dengan sendirinya. Senyum ini terjadi karena hati kita sudah senang.

Ketika kita sudah senang dan tersenyum puas, tentu ketika berinteraksi dengan orang lain akan lebih menyenangkan ‘kan? Tidak ada yang namanya senyum palsu karena senyum yang terpancar dari diri kita adalah senyum alami yang indah.

Healing spot tiap orang bisa berbeda-beda tergantung minat dan atensinya. Versi  healing spot saya adalah kamar tidur yang cantik dan nyaman. Dari dulu, kamar merupakan area privacy favorit saya. Saya membaca komik, belajar, mendengarkan musik, dan istirahat saat remaja dulu.

Kalau dulu saya menghias dan mengecat kamar saya dengan gambar dan warna yang saya inginkan, sekarang saya hias dengan menggunakan wallpaper. Saya membuat spot meja kerja  saya, walaupun saya juga suka gunakan untuk dandan. Hihihi.

Di dalam spot favorit, melakukan hal yang saya sukai sangat membantu saya untuk ‘healing’ dengan cepat. Contohnya ketika tadi pagi saya entah mengapa sangat kesal dengan dapur yang penuh barang dan berantakan. Rasanya sangat sesak untuk berada di situ, saya perlu ‘healing’ sejenak mengembalikan amunisi untuk membereskannya nanti.

Anak-anak bersama dengan ayahnya, saya beralih menuju ke kamar saya. Saya duduk di kursi pink saya kemudian terlihat sebuah eyebrow stick yang baru saja kubeli. “Aha. Aku dandan saja!” Aku pun mulai mengaplikasikan peralatan makeup ku dan yaa aku kembali tersenyum.

Aku kembali ke anak-anakku dan suamiku dengan wajah berseri lagi. Senyum kembali dan tambah cantik dengan pulasan makeup tadi. Hihihi. Hati kita nyaman, hati anak-anak dan suami pun aman tidak terkena cipratan emosi saat si mama PMS. Suami berangkat kerja dengan tersenyum.

Setelah rasanya energi kembali menipis, saatnya saya ‘ngecas’ diri di dalam kamar saya. Melihat langit biru dan pepohon nan hijau, kicauan burung yang indah dan udara yang segar, ah waktu yang tepat untuk menenangkan tubuh.

Saya ambil posisi duduk yang nyaman di tempat tidur saya. Saya pejamkan mata dan mulai menikmati suguhan Allah SWT secuil kesegaran cpitaanNya. Saya resapi udara yang mengalir ke paru-paru sambil berdizikir mengingatNya. Alhamdulillah menyenangkan sekali.

Menyadari nafas juga menyadari segala macam memori, mengingatkan kita untuk peduli terhadap diri termasuk merawat hati dari segala macam emosi sebagai bentuk  syukur kepada Ilahi.

Semakin rileks di saat tiupan angin juga semakin silir saya semakin mengantuk,  saya berniat mengistirahatkan tubuh saya. nikmat sekali rasanya tidur siang kali ini. Angin terus berhembus seolah mendukungku untuk rehat sejenak, aku pun terlelap sangat nyenyak.

Begitu aku bangun, angin masih banyak berhembus. Alhamdulillah badanku terasa sangat segar, perasaanku sangat baik. Aku suka terbangun dalam kamarku yang sejuk. Aku benar-benar merasa nyaman di healing spot ku ini.

Begitulah sedikit aktivitasku dalam healig spot-ku. Efeknya, setelah mengisi energi aku bisa sangat produktif dan senyum seharian. Apakah kamu tertarik membuat healing spot versi dirimu? Tidak mesti di kamar, bisa juga di dapur, mushola, ruang tamu. Setelah saya bersemangat, saya jadi tertantang untuk mengubah dapur saya menjadi healing spot berikutnya. Hihiihi.   

Semoha bermanfaat, Selamat mencoba!

 

May 23, 2022 No comments

Apakah kamu pernah merasakan tiba-tiba mood tidak baik karena suatu kondisi tertentu namun harus melakukan hal yang penting dengan segera? 

Ketika mood sedang buruk biasanya kita ingin 'healing' sejenak, mengambil jeda untuk mengatur nafas dan emosi supaya kita beraktivitas lagi seperti biasa. 

Taukah kamu? Ada cara simpel nan praktis yang bisa kamu coba tanpa perlu menunggu waktu lama. 

Saya pernah mendengar teman saya yang psikolog klinis mengatakan bahwa, "Tersenyumlah, walau senyum itu senyum palsu." Beliau mengatakan bahwa otak kita tidak bisa mengingat hal yang buruk atau tidak menyenangkan ketika tersenyum. 

Teman saya satu lagi lulusan S2 psikologi memberi tips dengan 2-2-7.. Yaitu tarik bibir ke kanan dan ke kiri 2 cm, lalu tahan senyum selama tujuh detik. 

Kalau saya mah ga cukup 7 detik. Hahhaa. Butuh beberapa menit bagi saya untuk bisa netral lagi. 

Ada kejadian di pagi hari yang membuat saya bad mood dan hari itu juga sebenarnya jadwal saya on call. 

Nah, pas bad mood banget tiba-tiba ada pasien. Laah. Hati sudah tak karuan butuh siap-siap segera. Sambil mencoba 'nyengir' memaksa untuk tersenyum. Hihi. 

Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit saya coba terus tersenyum. 'Kan orang tidak ada yang melihat. Toh ketutupan masker. Hihi. 

Alhamdulillah sekitar 15 menit setelah menahan nyengir alias senyum perasaan saya membaik. Saya dapat kembali berinteraksi baik dengan perawat dan pasien. 

Mendengar cerita saya, suami juga mempraktekkannya. Ceritanya nih saat dia membeli popok anak. Tidak seperti biasanya, ada permasalahan di kasir dengan pembeli yang berujung antri sangat lama, sedangkan kasir cuma buka satu. 

Jadi suami mencoba senyum yang tertutup masker selama antri dan perjalanan pulang ke rumah. Alhamdulillah katanya berhasil. 

Mendengar suami juga berhasil mengendalikan emosinya saya sangat senang. Lalu, saya punya ide bagaimana kalau anak saya melakukannya juga ya? 

Soalnya anak saya yang pertama juga butuh dibimbing mengelola emosinya. 

Benar saja, keesokan pagi harinya Si Kakak sudah merengek kesal karena kesulitan dalam memakai inner jilbab dan memasukan rambutnya dengan rapi. 

Dia berteriak dan mengambek. Aha. Setelah saya bantu dia merapikan jilbabnya, karena dia sudah menyadari dirinya kesal dan penyebabnya. Saya ajak dia mencoba release. 

"Kakak mau coba kayak Mama dan Ayah? Kemarin Mama sama Ayah habis senyum jadi mendingan emosinya." Tanyaku. 

Ekspresi Meira antara mau dan enggak. Mungkin ia bingung karena tidak pernah seperti ini sebelumnya. 

"Mama temenin mau?" Tanyaku sambil langsung nyengir eh senyum. Hehhe. 

Meira mengangguk lalu menyengirkan bibirnya mengikutiku. 

"Ayo kita tahan." Ucapku sambil nyengir. Hihihi. Lucu memang. Sambil naik mobil kami tahan senyuman. Ayah yang nyetir pun mau ikut nemenin senyum. Yang paling manis si bayi Hiro juga ikutan senyum. 

Selang beberapa waktu kemudian tak kami sadari emosi Kakak sudah kembali ceria. Yeayyy. Alhamdulillah berhasil. Cara ini lebih efektif dan 'ringan' bagi anak maupun ibunya. Hahaha. Coba deh. 

Ah tapi gimana donk kalau memang udah mood jelek sejelek-jeleknya. Ga mau senyum ah. Ga mau ngomong dulu. 

Yaudah.. Kita sadari dan terima aja dulu. Hayuk kita coba lakukan apa yang bikin kita senang. 

Lihat tentang binatang peliharaan? Membaca atau menulis? 

Cuci muka? 

Sikat gigi? 

Atau meminta usapan di punggung? 

Nah.. Ketika sudah mendingan. Hayuk kita latihan senyum lagi…  percantik diri.. Kita kembali netral lagi…  

Bagaimana sobat, berniat mencoba? Semoga bermanfaat ya. 

Selamat tersenyum lebar. 

May 21, 2022 No comments

 


Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan umat muslim setelah menjalani puasa selama tiga puluh hari lamanya setelah menahan lapar, hawa nafsu, perilaku bahkan hati dan pikiran dari keburukan.

Tibalah hari yang dinantikan, hari yang  mana biasanya orang bermaaf-maafan dan saling mengucap doa “Taqabalallahu minna wa minkum” - Semoga Allah SWT menerima amalan kami dan amalan kalian semua.

Pertanyaannya, apakah permintaan maaf kita itu tulus dari hati? Apakah kita mengucapkannya hanya sekedar ucapan biasa ke orang banyak atau benar yang kita ucapkan? Mampukah kita mengucapkan langsung kepada orang yang memang pernah tersakiti oleh kita?

Perlu kesadaran, keberanian dan keikhlasan mendatangi orang yang bersangkutan untuk kita jalin silaturahim lagi. Di Jawa, ada tradisi sungkuman yang khidmat yang tidak saya jumpai di Sumatera.  Dengan sungkeman menjadi media pertemuan kita dengan orang lain yang tidak bisa kita tolak.

Nah, saat inilah kita bisa memanfaatkan momen untuk memaafkan orang tersebut. Akan lebih mudah jika kita langsung berada di dekat orang yang bersangkutan. Adanya permintaan maaf dari salah satu pihak. Kita dengarkan dan rasakan getaran suara, kita lihat gerakan tubuh yang terjadi, sambutlah sikap permintaan seperti apapun yang didapat.

Bisa jadi ada yang masih canggung meminta maaf, tidak mengapa kita rangkul dan terima ia apa adanya sehingga ia benar-benar merasa maafnya diterima. Jika ada yang sampai nangis tersedu-sedu, sudahlah kasihanilah dia karena dia benar-benar menyesal dan bisa jadi dia tidak ada niat sama sekali melakukannya.

Tidak ada orang yang sempurna, begitupun kita. Bukankah kita juga sama-sama manusia yang berdosa? Tidak inginkah dosa kita diampuni Alah SWT? Berdosalah kita jika ada yang meminta maaf tidak kita maafkan. Jika ia tidak minta maaf, marilah kita terima apa yang terjadi  atas kehendak Allah SWT dan beri waktu hati kita untuk memaafkanya sedikit demi sedikit. Biarlah hati itu terketuk untuk memaafkannya seutuhnya. Lihatlah kesungguhannya mendekat kepada kita.

Ketika kita bisa memaafkan dan menperlakukan dengan baik orang tersebut, timbul rasa hangat dan dekat antar keduanya. Inilah kemenangan yang sebenarnya. Tanda dari orang yang lulus Ramadhan adalah selalu berusaha menjadi orang yang paling utama, bersih hatinya, mulia akhlaknya dan benar ucapannya.

Rasulullah SAW ditanya: “Siapa orang yang paling utama?”

Beliau menjawab,”Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.”

Para sahabat berkata,”Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya, lalu apakah yang dimaksud dengan orang bersih hatinya?”

Beliau menjawab,”Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kezaliman padanya, serta tidak ada pula rasa dendam dan hasad.” (HR. Ibnu Majah no.4216, hadis dari Abdullah bin ‘Amr, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 2889).

Inilah tanda diterimanya amal. Sesungguhnya di antara tanda diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.  Dengan memaafkan, InsyaAllah akan mencetus kebaikan lainnya. Semoga kita tergolong orang yang mudah memaafkan. Aamiin.

May 13, 2022 No comments

 


Momen lebaran sering dimanfaatkan para pedagang untuk menghabiskan stock barang dagangan dengan berlomba diskon besar-besaran. Apakah kita sebagai umat mulim sudah berbelanja dengan bijak saat menjelang lebaran? Apalagi  media belanja online menjadi pilihan utama di masa pandemi saat ini. Mengapa kita perlu bijak dalam berbelanja? Bagaimana sebenarnya fiqih berbelanja dalam Islam?

Cairnya THR (Tunjangan Hari Raya) saat menjelang lebaran seolah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk membelanjakannya habis untuk kebutuhan lebaran. Mulai dari membeli pakaian, perabotan rumah, make up atau benda lain yang secara subjektif memenuhi kepuasan batin konsumen.

Apakah tradisi tersebut sudah tepat? Apakah kita berbelanja atas kebutuhan atau keinginan?  Islam sendiri tidak pernah mengajarkan belanja lebaran, apalagi besar-besaran. Namun, sebagian muslim sudah tak dapat lagi menghentikan kebiasaan turun-temurun itu.

Kita tidak bisa melepaskan hukum Islam terhadap laku keseharian kita, tak terkecuali berbelanja. Berbelanja bisa menjadi berkah dengan berbelanja yang  cerdas dan sesuai syariat. Dengan berbelanja kita dapat memutar roda perekonomian, kita menolong banyak orang dan saling membutuhkan.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q. S Al Maa’idah:2)

Jika kita berbelanja dengan niat tolong menolong dan mengandung unsur kebaikan dan ketakwaan, maka di situlah kegiatan berbelanja mendatangkan keberkahan. Namun, berbelanja akan mendatangkan murka Allah SWT jika perbuatan menjurus pada perbuatan dosa dan permusuhan.  Pembeli bisa berdosa bila boros, mubazir, foya-foya dan lainnya.

Sedangkan penjual  berdosa jika berdagang mengandung penipuan, rekayasa, manipulasi dan sejenisnya. Pembeli dan penjual sama-sama dimurkai Allah jika transaksi jual belinya berujung permusuhan.

Sebagai contoh, saya baru saja memesan produk makeup dari toko online di sebuah marketplace. Saya  membeli karena memang bahan makeup tersebut sudah habis dan saya butuhkan.  Saya mencari  produk tersebut, namun saya tidak secara teliti dan berdiskusi dengan penjual  sebelum  membayar.

Ketika barang sudah sampai rumah, saya mengecek tanggal kadaluwarsa produk. Ternyata ada sedikit manipulasi tanggal kadaluarsa. Di kotak kemasana ada tulisan tahun seperti ditutupi, namun ketika dilihat seksama bisa terlihat angkanya. Begitu juga tulisan di produknya, walaupun berusaha menghilangkan tanggal expired, tahun expired masih jelas tertulis.

Dari situ saya merasa tertipu dan mengajukan pengembalian barang. Ketika saya konfirmasi ke penjual awalnya mereka menyangkal tahun pembuatannya, tapi saya jelaskan lagi tahun expirednya. Akhirnya mereka menerima  pengembalian dana dan barang. Walauapun mereka tidak meminta maaf, saya usahakan selesaikan baik-baik.

Nah, selanjutnya dana yang mereka kembalikan dalam bentuk dana simpanan di marketplace itu. Sebisa mungkin akan langsung saya gunakan dananya agar tidak mengendap di marketplace tersebut dan tidak mengambil keuntungan di dalamnya untuk menghindari riba. Sebagaimana dalam ayat “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

Jadi, marilah kita bijak  ketika berbelanja mengembalikannya pada hukum Islam agar kita selamat dunia akhirat. Aamiin.

 

 

April 29, 2022 No comments


Hati kita mungkin bisa diibaratkan rumah yang kita tempati. Apakah rumah mencerminkan perilaku manusianya? 

Saya ingat ketika mood saya sedang jelek, perilaku sayan menjadi berantakan. Kalau mood baik, saya akan berperilaku rapi. 

Kalau melihat rumah yang rapi, timbul kepuasan setelah melakukan makeover ruangan. 

Menata balik tata letak furniture, menggeser rak buku, lemari, dan sebagai nya sungguh membuat suasana baru. 

Jika dikaitkan dengan fitrah, hal yang memang seharusnya ada dan dipenuhi. Kondisi suasana hati atau emosi dan keindahan rumah sama-sama merupakan fitrah estetika. 

Fitrah estetika ini jika dikaitkan dengan menata rumah, juga bisa dengan berkebun, memperbaiki perabot, mengubah warna cat dan fungsi ruangan. Dengan menata rumah yang indah, berarti kita juga memenuhi kebutuhan fitrah kita. 

Kita perlu mengatur cahaya yang masuk ke dalam ruangan sesuai dengan kenyamanan kita agar ruangan tidak terlalu gelap ataupun terlalu terang. 

Unsur alam dapat kita tambahkan, bisa taman kering atau halaman belakang rumah dengan tanaman hias, jika suka melihara hewan kita bisa juga memelihara hewan yang kita sukai. 

Institute kesehatan mental pusat universitas Heidelberg di Mainnheim Jerman menyatakan bahwa tata ruang yang baik berpengaruh untuk saraf manusia, yaitu memberi rangsangan positif dan menghindari stress. 

Cat kuning dikabarkan dapat membantu pelepasan hormon bahagia yaitu serotonin, sedangkan warna putih, hijau dan biru membuat perasaan lebih tenang dan membantu mengurangi efek bosan dan mendukung produktivitas karena merangsang otak untuk lebih aktif.

Yang saya rasakan ketika melakukan hal-hal di atas sangat berpengaruh positif terhadap suasana hati. 


Sampah berupa barang-barang yang sudah tidak terpakai dan perlu dibuang, sama dengan sampah yang ada di hati dan memori. 


Marie Kondo mengajak kita untuk membereskan perabotan rumah dengan memilih barang yang mendatangkan kebahagiaan.


Menurutnya keberhasilan menata rumah juga berarti si penghuni berhasil menata kehidupan mereka.


Kita bersihkan rumah, bersihkan hati. Kita tata rumah berarti kita menata hati kita lagi. Bukankah rumah adalah tempat yang seharusnya kita merasa nyaman berada di dalamnya? 


Begitu juga dengan hati kita, kita perlu nyaman dengan perasaan kita sendiri. Kita perlu nyaman dengan yang mempengaruhi perasaan kita, yaitu apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan dari panca indera kita. 


Yuk, kita tata hati mulai dari menata rumah. Semoga di bulan yang suci ini rumah dan hati kita kembali menjadi suci. Aaamiin. 


April 27, 2022 No comments

 



Kapan terakhir kali kita bersedekah? Apakah yang kamu rasakan ketika bersedekah? Apakah ada perbedaan yang kita rasakan sebelum dan setelah bersedekah?


Sedekah sebagai bentuk kepedulian berhubungan dengan kebahagian dan kesehatan. Yang saya rasakan ketika bersedekah adalah saya merasa senang dan puas. Apakah saya merasa bahagia? Ya. Salah satu aktivitas yang membuat saya bahagia adalah bersedekah. 


Saya selalu tersenyum dan bersemangat jika bersedekah. Ketika melihat orang lain tersenyum juga menularkan energi positif itu kepada saya. Hormon-hormon kebahagiaan endorfin, serotonin pun keluar sehingga tubuh lebih sehat. 


Dari hasil penelitian, Post dkk menemukan bahwa aspek psikologis dari bersedekah adalah  keikhlasan dan afeksi. Ketika kita memberi dari apa yang kita usahakan (misalnya berusaha bicara yang baik-baik saja), di situ lah ada keikhlasan dan kasih sayang. 


Sedekah bukan dilihat dari harta yang diberikan, tetapi dari intensi psikologis  yang terjadi. Niat bersedekah tak sebatas materi. Yang penting niat. Dari memberi hanya seplastik gula, membuat takjil berupa sate buah untuk berbuka puasa, berilah saja apa yang kau punya. Bahkan dalam lisanmu itu sedekah. Mengucapkan kebaikan, kita niatkan untuk sedekah. 


Menjadi volunteer juga merupakan sedekah karena kita menyedekahkan waktu, tenaga atau pikiran untuk kepentingan bersama. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Gimenez dkk, dimana orang yang  melakukan voluntary activity menunjukkan kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan ketika tidak melakukan voluntary activity. 


Hal yang saya rasakan sesuai dengan penelitian Lu yang menyatakan bahwa kebahagiaan   dapat   dicapai   dengan   merasa   puas (contentment),   bersyukur,   memberi   secara   bijak   (wisdom of giving) dan mengolah  jiwa  (self-cultivation). 


Dari hasil penelitian Ahmad Rusdi dkk, mahasiswa yang memiliki perilaku bersedekah yang tinggi menunjukkan kebahagiaan yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang memiliki perilaku bersedekah yang rendah. 


Mahasiswa  yang  memiliki perilaku bersedekah yang  tinggi memiliki meaning,  positive  emotion, dan achievement yang  lebih tinggi  secara  signifikan  dibandingkan  siswa  yang  memiliki perilaku bersedekah yang  rendah 


Wah, ternyata bersedekah sudah dibuktikan mendatangkan kebahagiaan. Nah, tunggu apalagi nih.. Yuk kita sedekah supaya hati kita merasa bahagia.




April 26, 2022 No comments

 


Sharing Is caring, berbagi adalah peduli. Kata yang banyak digumamkan di jagad raya. Sebenarnya apa yang disharingkan? Apa yang dipedulikan? Darimana kita tahu bahwa orang yang berbagi itu benar-benar peduli? Kalau logika bertanya bisa seperti itu.

Namun tidak dengan hati. Apa yang dibagikan dengan hati, InsyaAllah akan diterima dengan hati, apakah dia benar peduli? Itu sudah bukan pertanyaan lagi. jika tidak dengan hati, bagaimana orang melakukannya. Apakah berbagi dengan terpaksa akan terasa di hati?

Mengenai sharing, dalam Instutut Ibu Profesional yang dibagikan adalah kebaikan kita. Berbagi apa yang kamu miliki, tidak harus berupa materi, bisa juga tentang semangat diri. Nah inilah proyek kebaikan yang sedang kukerjakan, Marsh Mello- “Masyarakat Sehat melalui Diri Lo.”

Insya Allah aku akan berbagi ilmu yang telah kupelajari dan juga pengalaman berharga yang mungkin tidak semua orang mengalaminya. Aku akan berbagi mengenai kesehatan mental, bagaimana melatih jiwa yang sehat holistik.

Aku ditawari untuk berbagi ilmu mengenai kesehatan gigi dan mulut selama bulan Ramadhan dalam sebuah komunitas. Memang aku perlu menyediakan waktu untuk belajar dan membuat materi, namun aku senang dengan prosesnya aku berhasil nambah ilmu dan aku merasa ada manfaat yang bisa aku berikan.

Berbagi apa lagi yang bisa? Aku biasa berbagi makanan kepada mbak yang bantu di rumah. Aku suka berbagi karena aku anggap bersedekah. Bersedekah itu bukan hanya materi, namun apa yang kita punya walau berupa senyuman.

Menyingkirkan ranting di jalan merupakan sedekah. Memberi makan hewan adalah sedekah. Lantas sedekah itu adalah bentuk berbagi kebaikan. Ah aku teringat namaku. Tengku Chairun Mamnun, artinya ‘kebaikan yang terus-menerus’.

Aku menyukai identitas namaku. Semoga aku bisa berbuat kebaikan terus- menerus Ya Allah. Aamiin. kebaikan saat ini yang bisa kuberikan adalah pikiranku. Dengan menulis, membuat konten MarhMello dan tentu saja praktek sebagai dokter gigi. InsyaAllah pikiranku akan diliputi hal yang baik-baik juga karena untuk melayani orang lain.

Inilah kebaikan yang akan aku lakukan dengan konsisten, kalau Kamu?

April 20, 2022 No comments

Keluarga


Harta yang paling berharga adalah keluarga

Istana yang paling indah adalah keluarga

Puisi yang paling bermakna adalah keluarga

Mutiara tiada tara adalah keluarga


Lagu di atas siapa yang tidak kenal? Lagu yang tak lekang oleh zaman. Aku dengar ketika aku zaman kanak-kanak hingga anakku yang menyanyikannya. 


Jika seluruh keluarga dimaknai sesuatu yang paling berharga, paling indah, paling diprioritaskan maka sangatlah aman damai sentosa dunia ini. 


Keluarga yang diidamkan, seperti relasi yang hangat antar anggota keluarga, saling melindungi dan melengkapi, semua menunaikan peran dan kewajiban masing-masing, keluarga sebagai tempat kembali. 


Setiap insan mendambakan keluarga impiannya. Pertanyaannya, apakah keluarga di Indonesia benar-benar merasakan kehadiran keluarga bak surga dunia? 


Angka perceraian yang terus meningkat, kasus depresi meningkat sehingga melejit munculnya komunitas-komunitas terkait peduli anak, rumah tangga dan kesehatan mental. 


Dalam pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Indonesia, Faktor pemicu depresi bisa berasal dari dalam keluarga. Kejadian dalam pernikahan seperti pertengkaran, perceraian, kematian pasangan. 


Problem orang tua, orang tua yang jarang di rumah menjadi pemicu stres anak dan remaja. Bahkan keluarga yang tidak harmonis berisiko tinggi menyebabkan orang dengan gangguan jiwa. 


Masalah ini tidak bisa dianggap sepele, keluarga perlu segera kembali berfungsi seperti tujuan awalnya. Keluarga perlu menjadi bahan bakar penyehat mental individunya, bukan sebaliknya. 


Kebutuhan dasar psikologis harus dipenuhi, seperti kasih sayang, harga diri, rasa aman dan nyaman, berekspresi, batasan yang jelas. Tiap individu butuh didengar, dimengerti, dihargai dan dianggap penting. 


Oleh karena itu marilah kita mulai dari memenuhi kebutuhan psikologis kita sendiri dulu. Jika kebutuhan dasar kita sudah terpenuhi, kita tentu akan bisa memenuhi kebutuhan psikologis keluarga kita.


Jika setelah kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis terpenuhi, InsyaAllah keluarga akan menjadi harta yang paling berharga setelah iman kita terhadap Allah SWT. 


Tiap individu menjalankan kewajiban dan tidak ada hak yang terdzolimi. Semua anggota keluarga bisa sehat mentalnya dan bisa berkontribusi untuk masyarakatnya. 


Semoga seluruh individu dan keluarga yang sedang diuji keadaan psikogisnya mendapat pertolongan dan rahmat Allah SWT. Aamiin. 

March 22, 2022 No comments
Assalamu'alaikum wr, wb. 

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi challenge Pit Stop 4, Golden Clue Connect "Financial Literacy for Kids".

Ada dua pilihan tantangan, yaitu membuat celengan atau habit menabung. Kedua adalah perencanaan alokasi uang saku anak. 

Berhubung celengan Meira udah penuh, kemudian ada celengan yang sudah "tersabotase" oleh si mbak dan Meira belum dikasi uang saku. 

Tantangan kali ini jadinya nyoba mengajari Meira merencanakan alokasi uang yang terkumpul di celengannya. 

Mama memberi lima mangkok yang ditempel sticky notes bertuliskan alokasi untuk diri (yang mau dibelanjakan), sedekah (di sini mama ngajarin di rezeki kita rezeki orang lain juga), nabung (untuk sesuatu yang diinginkannya), untuk hobi dan dana darurat (mama menjelaskan jika kadangkala kita butuh uang tiba-tiba, seperti tahun lalu kita harus berangkat ke Medan sewaktu atok meninggal. Di situ banyak sekali uang yang terpakai.) 




Meira baru usia enam tahun, katanya dia ingin uangnya dibelikan semua untuk mainan. Boleh, tetapi mama juga perlu mengajarkan sejak dini yang sebaiknya seperti apa. 

Disini mama mengenalkan mengapa perlu merencanakan alokasi uangnya supaya uangnya tidak langsung habis semua. 

Nah, karena Meira belum paham konsep persentase Mama menjelaskan dengan angka 10. Jika kita memiliki 10, perlu dibagi lima. Meira mau bagi berapa untuk masing-masing pos? 

Meira awalnya mau memberi angka 6, yang berarti 60% untuk diri (dibelanjakan). Mama bilang maksimal 5. Karena terlalu boros kalau lebih dari 5. Meira setuju. Setelah itu untuk alokasi lainnya Meira bilang masing-masing kasi 1. Nah karena ada sisa 1. Mama bilang, lebih baik kalau satunya ditambahkan untuk menabung. 

Nah, nanti kalau misalnya Meira mau menabung lagi Meira tinggal masukkan ke pos tadi secara bergantian. Ga boleh ada yang kosong. Meira saat ini tidak sekolah formal sehingga Alhamdulillah belum perlu memberi uang saku. Hehe. 

Begitu pembelajaran singkat perencanaan alokasi uang Meira. Semoga ke depannya bisa dia alokasikan dengan bijak ketika punya uang saku sendiri. Aamiin. 
March 08, 2022 No comments

Assalam'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Tulisan kali ini akan membahas challenge yang akan kulakukan dalam belajar ilmu finansial bersama tim ch connect, mahasiswa bunda produktif ibu profesional. 

Tiap materi yang disampaikan juga disertai challenge yang sebenarnya perlu juga kita sadari untuk lakukan terlepas ikut kelas ini apa ga. 

Challenge pertama sudah aku kumpulkan pada tulisan sebelumnya mengenai insight pembelajaran pertama. 

Challenge di Pit Stop 2 adalah belajar menabung menghadapi keuangan keluarga menuju society 5.0.

Pas sekali, aku memang ingin menabung. 

Tujuan menabung ini ada yang untuk tiket mengunjungi orang tua dan pengembangan karir, tentu saja aku ingin menjadi teladan bagi anak-anakku. 

Aku ingin mengajari mereka bagaimana bisa berbakti kepada orang tua walaupun sudah tinggal jauh di luar pulau. 

Aku tidak tahu akan tinggal dimana anak-anakku nanti, mungkin mereka akan ingat ketika masa itu datang nanti dan semoga menjadi anak yang berbakti. 

Nah, sebelumnya aku berpikir apa menabung di celengan saja? Soalnya juga ada challenge untuk anak tentang kebiasaan menabung. 

Cuma kupikir, untuk menabung tiket akan lebih aman jika ditabung di bank. Aku jadi teringat celengan anakku dibongkar dan uangnya diambil mbak yang kerja di rumah. Hahaha. Ya sudahlah. 

Jadi sekalian saja saya ajarkan bagaimana menabung yang aman kan ya. Biar ga dicolong orang, apalagi untuk jumlah uang yang besar. Menabung bank juga sekarang bisa buka rekening secara online. 

Aku akan mengenalkan inilah namanya teknologi dan perkembangan zaman. Kalau dulu menabung dalam celengan, terus simpan ke bank dan sekarang dipermudah menabung di bank digital. 

Aku akan mencoba membuka bank digital di Bank BSI. Hmm aku buka berapa ya?

oke aku coba buka dua. 

Satu untuk tabungan tiket ke Medan. Satu untuk tabungan untuk ikut kelas dan sertifikasi NLP Coach. 

Mengapa ini penting bagiku? Selama aku masih punya orang tua aku ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. 

Video call saja mungkin tidak cukup, apalagi tipe mama yang hanya sekedarnya dan langsung tutup jika video call. 

Aku tahu bahasa cintanya kemungkinan besar adalah quality time. Makanya aku coba memenuhi itu. 

Sebelum pindah ke Jogja bahkan sampai sekarang aku tidak berniat menjadi PNS dengan alasan aku tidak ingin terikat supaya bisa mengunjungi orang tuaku kapan saja aku mau. 

Aku yakin keputusanku itu tepat karena benar saja, ketika papaku sakit. Aku harus segera terbang kesana untuk mengunjunginya.

Ternyata aku perlu merawatnya beberapa bulan sampai sembuh. Hingga akhirnya aku ikhlas ketika ia pulang ke Rahmatullah, aku masih sempat berbakti kepadanya. 

Namun, saat itu uang yang terpakai untuk tiket dan biaya perawatan ini itu sangat besar. Aku menyadari pengaturan keuangan saat itu belum terkelola baik sehingga saat ini perlu aku alokasikan sendiri biaya untuk ke Medan sana nanti. 

Kedua, mengapa aku penting menbuat tabungan kelas dan sertifikasi NLP Coach? 

Aku telah mengatakan kepada papa saat itu aku sedang ikut kelas NLP dan aku berencana ingin menjadi Coach. Jadi ini aku anggap janjiku dan perlu aku realisasikan. Terlebih aku memang saat ini lagi membutuhkan ilmu ini. Ini adalah kunci bagiku untuk bisa menjalani aspek kehidupan lainnya. 

Alhamdulillah sudah jadi dua rekening tabungan baru. Semoga bisa istiqomah menabung dan dimudahkan Allah SWT jalan nabungnya. Aamiin


February 18, 2022 No comments


Mungkin selama tiga puluh tahun aku hidup di dunia ini aku belum mencintai diriku apa adanya. Luka pernikahan orang tua yang kusaksikan sebelum menikah, kini terulang dalam pernikahanku. Mampukah aku mencintai diri ini apa adanya? 

Menurut dosen Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII), Hazhira Qudsyi S.Psi., M.A., self love adalah cinta dan kasih sayang tanpa syarat yang diarahkan pada diri sendiri, apapun bentuk dan situasinya. 

Aah.. Benar. Mencintai diri apa adanya itu adalah mencintai tanpa syarat. Tidak harus menjadi sosok istri maupun ibu yang benar-benar ideal seperti yang kuinginkan. Tidak mengapa jika seorang dokter gigi juga menjadi ibu rumah tangga.

Tidak mengapa juga belum sekolah spesialis dan belum mencapai kemampuan finansial yang diinginkan. Tidak mengapa jika saat ini belum bisa membahagiakan dan membanggakan orang tua. Tidak mengapa jika saat ini masih berada di bawah roda kehidupan. 

Apa aku terlalu banyak syarat untuk diri ini? Kejam sekali diri ini. Jika untuk diri sendiri saja aku banyak syarat, apalagi untuk orang lain. Bagaimana bisa aku mencintai suami dan anak tanpa syarat jika ke diri sendiri saja penuh syarat? 

Aku merenung lagi, apakah aku benar-benar sudah mencintai diriku? 

Mencintai diri sendiri artinya menerima diri sendiri sebagai mana adanya, memiliki harga diri, citra diri yang positif dan penerimaan diri, hal ini menjadi kunci hubungan yang sehat dan bahagia. 

Astaghfirullahaladzim. Semoga tulisan ini menjadi bentuk taubat dan penggugur dosaku selama ini. Semoga yang akan aku curahkan ini akan menjadi pengingatku dan membuka pintu keharmonisan rumah tangga dari jalan mencintai diri sendiri. 

Menurutku, bentuk kasih sayang terhadap diri atau bahasa kerennya self compassion yang paling penting adalah pada pola pikir, sudut pandang terhadap diri dan pemaknaan positif terhadap situasi. 

Mengapa pola pikir? Karena dari pola pikir ini akan mempengaruhi perasaan bahagia, kondisi fisik dan perilaku kita sehari-hari. 

Apakah ini mudah dijalankan? Oh tidak. Apalagi bagi seorang empati yang menyerap segala rasa di lingkungannya sehingga berisiko berpengaruh terhadap mental dan pola pikirnya. Jadi ini sangat perlu dilatih. 

Saat ini aku perlu berlatih terhadap pola pikirku dan aku perlu menulis untuk menstimulasinya. Oleh karena itu, aku ikut KLIP sebagai bentuk kasih sayangku terhadap diriku.

Menyediakan waktu untuk menulis, sama artinya menyediakan waktu untuk mengasihi dan merawat diri.

“Mencintai diri sendiri bukanlah suatu kesombongan dan keegoisan, namun hal itu terjadi secara alamiah atau dalam Islam disebut kodrat.” Pernyataan Bu Hazira ini sesuai dengan konsep fitrah individualitas, bahwa sudah ter-install konsep cinta dalam diri kita dan kebutuhan untuk memenuhinya. 

Ada orang di luar sana yang pro kontra dengan me time. Menurut mereka me time hanya membuang waktu yang tidak bermanfaat. 

Bermanfaat atau tidak tergantung aktivitas yang kita pilih kan? Bagiku yang penting bagaimana bisa menyeimbangkan dan memenuhi hak waktu untuk ibadah, diri, anak dan suami. 

Aku memilih me time ku untuk belajar, menulis, rileksasi, olahraga, on call praktek sebagai dokter gigi dan shopping kebutuhan. Inilah cara me time default-ku. 

Tapi ada juga aku menonton youtube bebas hanya sekadar hiburan di saat-saat tertentu. Di saat aku sedang tidak ingin berpikir apa-apa. Hihi. Tawa canda merupakah fitrah yang perlu dipenuhi juga itu dalam situasiku saat ini. 

Cuma aku perlu menyadari. Apakah ini sudah cukup? Butuh berapa lama? Apakah rasa penasaranmu sudah terpuaskan? Biasanya setelah itu selesai. Perlu pasang alarm juga kali ya supaya cut-off…

Apakah ini bentuk apresiasi diri? Ya tergantung kita tujuannya apa. Kalau kita berniat nonton suatu film untuk apresiasi diri atas berhasil melakukan sesuatu ya itu memang apresiasi. 

Apresiasi favorit harianku adalah mandi air hangat dengan sabun aromatherapy, memakai wewangian. Apresiasi terbaik untuk tubuhku sebelum istirahat. 

Jika bocah 17 bulan dan 6 tahun sudah tidur atau aman bersama ayahnya. Aku  sangat senang merilekskan sekitar mata dengan eye roll on, meneteskan serum ke wajahku. Namun, aktivitas ini jarang terlaksana karena si bayi udah merengek minta nenen. Memang balada emak punya bayi nih. Teerimaa… 

Aku juga suka mengapresiasi diriku dengan makanan! 

Akhir-akhir ini ada durian Sibolga di jual di Jogja. Rasanya seperti oase di tengah gurun. Alhamdulillah.. Bahagianya kangen kota Medan tersampaikan. 

Makanan coklat, es krim, snack memang enak ya.. Namun kelihatannya tubuh kita kurang senang dengan makanan manis tersebut. 

Biasanya aku sarapan pagi dengan buah. Namun, ketika ada kejadian tak terduga menyebabkan aku makan berat selama seminggu dan tentu saja beli es krim, cokelat yang menaikkan emosi positif seketika. 

Namun setelahnya kurang enak di badan, selain lingkar perut bertambah ya. Hihi. Ketika saya kembali sarapan dengan buah, ada sensasi senang pada tubuh saya. Mungkin seperti tanaman yang baru disiram. Ah segarnyaa.. 

Kita perlu berterima kasih kepada tubuh kita dan menyenangkannya karena telah mendukung kita melakukan aktivitas kita seharian. Ketika kurasa aku butuh psikolog untuk menata mentalku, aku pun tak ragu minta pertolongan. 

Seperti Bu Hazira bilang, "Dengan adanya konsep mencintai diri sendiri kita tidak akan mengambil keputusan yang akan merusak apa yang telah Allah berikan pada kita. Hal ini bisa terjadi karena kita akan menghargai dan menjaga kesehatan fisik dan mental diri sendiri. Mencintai diri sendiri juga merupakan bentuk cinta kepada Allah Swt."

Menurut pandangan Islam sudah dijelaskan tentang konsep mencintai diri sendiri, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. “Barangsiapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.” Hadist tersebut sangat relevan dengan konsep self love.

Self love yang benar didasarkan pada cinta kita kepada Allah dan Rasulnya, karena itulah cinta tertinggi dan sebenar-benarnya cinta. 

MaasyaAllah. Alhamdulillah dengan menulis topik self love aku bisa belajar untuk mencintai diriku dengan lebih baik. Semoga para bunda di luar sana juga bisa diberi kemudahan dalam menerima dan mencintai dirinya apa adanya juga. Aaamin 



February 16, 2022 1 comments



Sehat itu ternyata bukan hanya mengenai fisik, tetapi juga termasuk finansial. Fisik yang sakit tentu saja mempengaruhi finansial untuk berobat.


Namun, finansial yang tidak sehat berpotensi juga untuk bikin sakit kepala ya.. Apakah Bunda pernah mengalaminya?


Bahkan finansial menjadi salah satu isue yang paling berpengaruh dalam kasus perceraian.


Wah, mending kita cegah ya bunda efek finansial yang tidak baik. Gimana caranya? Yuk kita belajar bareng-bareng, bunda.


Kita bisa mengawali pencegahan ataupun menata kembali finansial kita dengan belajar.


Sekarang banyak ilmu bertebaran baik berbayar atau gratis secara online. Bunda bisa belajar dengan siapapun dan kapanpun.


Kali ini saya belajar mengenai finansial dari para Ibu Profesional yang tergabung dalam kelas Bunda Produktif.


Co House Connect membungkus program belajar dengan unik, yaitu membuat Zona Alodia (zona finansial), Zona Negotium (zona bisnis) dan Zona Nutima (zona teknologi).


Wah.. Lengkap sekali yaa perjalan belajar yang disuguhkan Co House Connect. Terima kasih sebelumnya Mbak Retno dan kawan-kawan telah mengizinkan kami ikut belajar selama sebulan..


Bismillah. Semoga saya bisa mengikuti setiap kelasnya dan menerapkan ilmunya dengan baik. Aamiin.


Kelas Perdana dimulai dengan judul " Membangun Kebiasan Finansial Baru di  New Normal ".


Apa yang insight yang didapat?


Di masa yang tidak pasti seperti sekarang ini yang paling penting adalah MENYIAPKAN DANA DARURAT  dan MENYIAPKAN DANA AFTERLIFE.


Mengapa perlu menyiapkan dana darurat di masa kenormalan baru sekarang?


Tentu saja tidak asing bagi kita fenomena individu yang terkena dampak pekerjaannya sehingga berdampak pada sumber penghasilannya, banyak wanita yang menjadi single parent dan terpaksa menjadi tulang punggung keluarga, dan kejadian wabah atau bencana yang terjadi tiba-tiba.


Selain itu, fenoma kematian yang tidak pandang usia bisa kapan saja menghampiri kita khan..


Kita akan ditanya untuk apa umur kita dihabiskan, dari mana dan untuk apa harta kita gunakan, bagaimana kita mengamalkan ilmu kita, dan untuk apa tubuh kita digunakan.


Jika kita sudah mengalokasikan dana untuk kedua hal tersebut, InsyaAllah kita akan lebih tenang menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. Aamiin.


Selain itu, kita memang perlu mengelola kebiasaan belanja sesuai prioritas kita saat ini.


Apakah pendapatan kita berkurang, tetap atau bertambah. Kita perlu menyesuaikan pengeluaran.


Yang tidak kalah penting adalah mampukah kita membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang keinginan? Karena memang dalam kondisi tertentu bisa saja merupakan kebutuhan.


Yang terakhur, kita perlu berbagi dan membantu lebih banyak masyarakat yang membutuhkan.


Oleh karena itu yuk, sehatkan finansial kita.

Semoga sedikit yang saya tulis ini bisa bermanfaat ya Bunda.


February 11, 2022 No comments
Dalam bukunya bu Okina Fitiriani, disebutkan ada berbagai cara membangun kedekatan, salah satunya yaitu fokus pada hal baik. 

Perbanyak memuji dan hilangkan mencela atau menegur yang tidak efektif. Saya akan berbagi cerita tentang anak saya. 

Ketika selesai bermain di Jogja Bay, anak saya yang pertama, Meira yang berumur enam tahun begitu tergoda melihat gula kapas atau arum manis berbagai macam karakter. 

Banyak anak yang membeli gulungan gula kapas besar berwarna-warni itu sehingga ia semakin ingin memilikinya walaupun ia tau orang tuanya kurang menyetujui itu. 

Awalnya saya dan suami memang tidak setuju sehingga Meira mulai diam, membelakangi kami, dan terdengar suara isakan kecil. 

Terakhir kali dia membeli gula kapas seperti itu sekitar dua tahun lalu. Mungkin saja momen ini bisa menjadi pendekatan bagi kami. 

Kami lalu membuat membuat kesepakatan dengan Meira. Pertama kami mengajak ia menyadari bahwa kandungan gula kapas itu hanya gula. 

Pengetahuan bahwa asupan gula terlalu banyak tidak baik bagi tubuh  sudah ia ketahui sejak lama dari buku bacaannya. 

Ia kadang juga ikut mendengar info tentang kesehatan yang didengar mamanya. 

Sehari-hari pun dia tidak mengonsumsi permen kecuali sesekali diberikan temannya. 

Jadi kami pikir tidak apa sekali ini jika ingin membeli gula kapas besar itu. Namun, kami perlu membuat kesepakatan. 

Berhubung ukuran gula kapas yang begitu besar, kami menawarkan dia perlu berbagi bersama anggota keluarga lainnya. 

Awalnya ia tidak mau, setelah diberi pilihan mau beli dan berbagi atau tidak beli sama sekali. Akhirnya ia menyetujuinya. 

Kemudian, tentu saja dia nanti perlu menyikat gigi dengan sungguh-sungguh karena gula itu begitu banyak dan lengket. 
Kalau ini dia langsung mengangguk. 

Akhirnya Meira membeli gula kapas itu bersama ayahnya sedangkan saya menunggu di mobil bersama adiknya. 

Ketika mereka tiba menghampiri kami, raut wajah Meira sudah berubah. Sumringah merekah memainkan gula kapas yang dibungkus dengan plastik besar. 

Saya pun bertanya berapa harganya ke suami. Suami bilang, "empat puluh ribu."
Kaget saya mendengarnya. 

Begitu juga mbak Nanda, asisten kami langsung bilang bahwa sayang uang segitu. 

Alhamdulillah saat itu saya tidak terpancing mencela, menegur atau marah- marah. 

Maklum ya Ibu-Ibu dikala mau irit pasti shock kalau ada uang yang rasanya terbuang untuk hal yang ga penting. Hihihi. 

Oke. Gula kapas mungkin ga penting bagi kita, tapi mungkin pada saat itu penting bagi anak saya. 

Momen yang dia ingat tentang gula kapas ketika dulu kami di Jogja Expo Center, membeli hamster yang imut. 

Saat ini saya perlu menciptakan momen bersama anak, membayar hutang pengasuhan selama saya belum optimal membersamainya dua tahun ini. 

Jadi, yang perlu saya lakukan adalah memberi pengertian bahwa uang empat puluh ribu rupiah itu adalah uang yang sangat banyak. 

Sebenarnya uang itu bisa digunakan untuk apa, dikaitkan dengan uang di celengan yang dia punya butuh waktu untuk bisa mengumpulkan sebanyak itu. 

Oke. Sampai di rumah, setelah makan malam barulah boleh memakan gula kapas. 

Itulah aturan di rumah kami, makanan utama prioritas. Jika ada makanan lain bisa dikonsumsi setelah itu. 

Ayah, mama dan Meira pun makan gula kapas dengan riang. Kedekatan bertambah. Alhamdulillah.. 

Alhamdulillah adik Hiro sudah tidur sehingga selamat dari gula kapas. Hehe
Kami tidak langsung sikat gigi, perlu menunggu sekitar 30 menit agar suasana mulut menjadi netral. 

Namun, selama menunggu ternyata kami sudah terlalu lelah. Akhirnya mama dan ayah tertidur tanpa sikat gigi. Hahaha  

Saya terbangun tengah malam dan baru menyikat gigi saat itu. Saya pikir, "Yah.. Semuanya ga sikat gigi deh." Ada rasa kecewa. 

Besoknya saya coba bicara ke Meira. Eh.. Ternyata dia katanya sudah sikat gigi...
Saya tanya kapan? Katanya ketika mama tidur. 

Apa dia sikat sama ayah? Katanya ayah juga tidur. Berarti kakak sikat gigi sendiri? 
Iya. 

Waaaah.. Saya mendengar itu bahagia banget. Anaknya menepati janjinya. Saya puji dan saya katakan bangga kepadanya  

This is about TRUST. 
Bukannya ini yang ingin dicapai dalam pendekatan? 

Alhamdulillah.. Jika kita fokus pada hal yang baik, InsyaAllah akan terjadi hal baik juga. 

Dari kejadian di atas, ada beberapa hal baik yang bisa kita petik. Mulai dari pengendalian diri, negosiasi, keuangan, dan kemandirian hingga akhirnya trust yang didapatkan. 

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi bunda ya.. Semoga kita bisa melatih diri kita untuk fokus pada hal yang baik-baik. Aamiin. 
January 10, 2022 No comments
Penolakan adalah tanda bahwa kedekatan dan kepercayaan belum terbangun dengan baik. 

Anak menolak diajak sikat gigi ataupun menolak melakukan hal lain kemungkinan besar karena belum dekat. 

Seperti halnya Bunda dan suami. Sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan perlu membangun  kedekatan dan kepercayaan dulu kepada calon suami dan keluarganya kan...

Nah sama dengan anak, ternyata kita juga perlu melakukan pendekatan. Walaupun kita tahu itu anak kandung kita, belum tentu kita tahu apakah mereka merasa dekat dengan kita. 

Apakah selama ini kita sebagai tempatnya berlabuh ketika perasaannya sedang kalut? 

Apakah selama ini ia mau membuka dirinya, bercerita kegiatannya tanpa diminta? 

Apakah selama ini kita cukup waktu untuk membersamainya? 

Apakah selama ini waktu yang digunakan bersamanya sudah berkualitas? 

Apakah selama kita bersamanya jiwa kita juga hadir menemaninya? 

Jika belum, mungkin kita bisa memulai pendekatan ini dari diri kita sendiri dulu. 
Saya pernah mencoba teknik ini, Bunda juga bisa mencobanya. 

Pertama, Bunda ambil posisi yang nyaman.. Bunda bisa pejamkan mata dan atur nafas. 

Hadirkan orang yang ingin menyambung kembali komunikasi atau kuatkan komunikasi dengannya. 

Hadirkan ia di hadapan bunda, lalu tanyakan ke diri Bunda. Apa yang sebenarnya menghalangi untuk menguatkan komunikasi dengannya. 

Tanyakan pada diri bunda. 
Izinkan diri bunda untuk melepaskan penghalang. 

Katakan pada diri, "saya mengizinkan dan memutuskan diri saya untuk melepaskan penghalang."

"Saya izinkan untuk menyambungkan kembali komunikasi dengan orang ini."
Rasakan penghalang yang selama ini menghalangi Bunda keluar dan lepas. 

Bayangkan Bunda tersambung dengan orang tersebut saat ini. Katakan padanya "saya mengizinkan diri saya untuk menghadirkan rasa tersambung dengan orang ini."

Saya menyiapkan ini untuk kehidupan saya yang lebih baik ke depannya. Rasakan rasa fisik ini menguat antara bunda dan orang ini. 

Bayangkan rasa tersambung ini dalam bentuk yang terbayangkan oleh anda. 
Boleh dalam bentuk jembatan atau tali yang menghubungkan bunda dan anak. 

Ataupun berupa ikatan yang mengikat bunda berdua. 
Apapun bentuknya itu. 
Rasakan rasa tersambung ini menguat sehingga bunda merasakan bisa berkomunikasi lebih baik dengannya. 

Izinkan rasa tersambung ini menguat, semakin membaik dan sesuai dengan apa yang Bunda harapkan. 

Jika sudah dirasa cukup, tarik nafas panjang. Kembali hadir di sini. 
  
Bagaimana perasaan Bunda terhadap sang anak sekarang? Semoga perasaan Bunda semakin mendorong untuk melakukan pendekatan ke anak ya bund.. 

AKSI

Langkah pertama yang saya lakukan dengan suami adalah menyediakan WAKTU. 

Setelah jalan pagi, sarapan bersama, saya dan suami mengajak anak-anak menggelar alas di rumput halaman belakang rumah. 

Kami membawa sikat gigi, odol dan gelas untuk berkumur. Oh iya, sikat gigi yang menyenangkan tidak harus di kamar mandi kok.. 

Kami duduk di alas yang terhampar di rumput, disinari matahari pagi yang masih hangat. 

Semua anggota keluarga memegang sikat giginya masing-masing. Ayah, mama, kakak dan bayi 16 bulan turut bersiap memeriahkan 'piknik' sikat gigi ini.. 

Odol sudah dioleskan, mulut sudah menyengir lebar. Gelas tampungan sudah siap... Mulaiiiiii. 

"Sruk.. Sruk.. Srukk.. " Kami semua melakukan ritual pagi yang menyenangkan. 

Sesekali berbicara dengan mulut berbusa dan menampung limpahan busa dari pasta gigi cukup menyenangkan juga. 

Si bayi pun ikut-ikutan menyikat giginya walaupun bisa dipastikan sikatnya belum menyapu sempurna giginya. Hihihi

Cara ini sangat manjur! Semua bisa sikat gigi dengan riang, tanpa paksaan, dan jelas memberikan pengalaman berbeda bagi anak. 

Kami merasa lebih dekat dan lebih hangat.. Sikat gigi bersama-sama malam harinya pun kami lanjutkan di kamar. 

Kebersamaan membuat kami lebih dekat. Minat menyikat gigi pun meningkat. 
Semoga yang kami lakukan menjadi inspirasi yang bermanfaat. Aamiin





January 09, 2022 No comments

" Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (Q.S Al Kahf:68) 

Bismillahirrahmanirrahim.. 

Hai Bunda, gimana perasaannya setelah membaca tulisan saya sebelumnya? 
Apakah pelajaran yang bisa kita dapatkan? 

Saya harap semoga lewat tulisan saya ada secercah cahaya yang masuk ke dalam hati Bunda ya... Aamiin.

Oke, kalau di tulisan sebelumnya saya membahas salah satu penyebab anak sulit diajak sikat gigi adalah peta antara ibu dan anak yang belum tersampaikan dan dipahami satu sama lain. 

Kali ini ini kita coba akan membahas kelanjutannya.. 
Sebenarnya apa sih yang paling penting dalam komunikasi kita? 

Yuk.. Yuk.. Cek perasaan lagi sekarang.. Siap membuka hati untuk belajar bersama? 
Here we go !!! 

Dalam komunikasi, perlu ada TUJUAN yang spesifik. 
Misalnya, anak paham kalau dia tidak mau menyikat gigi sekarang dia perlu menyampaikan kapan persisnya dia akan menyikat giginya. 

Tujuannya adalah agar si anak tetap menyikat giginya. Kita kan jadi tahu kondisi yang diinginkannya. 

Kita bisa peka terhadap ekspresi dan gesturenya. Kita bisa memahami latar belakang mengapa ia belum mau sikat gigi dan kita bisa fleksibel menghadapinya. 

Ternyata anak mau sikat gigi setelah menyelesaikan bacaannya. Dari sini kita bisa tahu cara ngomongnya gimana. 

"Kakak selesai bacaannya kira-kira berapa menit lagi? " Kita tanyakan ke anak. 
"Lima belas menit lagi ma." Jawabnya. 
"Oke. Nanti lima menit sebelum waktunya selesai mama ingetin ya.. " Sambil kita belai kepalanya. 

Nah. Kita bisa bicara dengan tambahan memenuhi BAHASA CINTAnya. Bahasa cinta ini salah satu kunci agar pesan kita bisa diterima. 

Bahasa cinta itu ada berupa pujian atau kata-kata positif, kebersamaan atau quality time, hadiah, pelayanan, dan sentuhan fisik. 

Misalnya, cara bicara di atas anak yang bahasa cintanya sentuhan fisik. Kita sambil belai kepalanya. 

Jika bahasa cintanya pujian kita bisa menambahkan kalimat, "wah. Rajin sekali anak mama baca buku. Mama bangga deh kakak rajin. Mama tambah bangga kalau kakak juga rajin sikat gigi."

Jika bahasa cintanya kebersamaan. Bunda bisa menemani membaca buku dulu sampai selesai, kemudian sikat gigi bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. 

Jika bahasa cintanya hadiah, bunda bisa membuat reward chart untuk membangun kebiasaan menyikat gigi selama 30 hari. 

Anak akan mendapat "bintang" tiap kali selesai menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. 

Jika bintang sudah penuh, anak bisa mendapat reward sesuai kesepakatan sebelumnya. 

Untuk anak yang bahasa cintanya pelayanan, anak suka melayani maupun dilayani. 

Bunda bisa membawakan ataupun menyediakan set sikat maupun pasta gigi kesayangannya. 

Wah.. Ternyata bentuk komunikasi itu bisa beragam cara ya bund.. Yang penting tujuannya tercapai, anak mau sikat gigi. Hehe.

Jika cara-cara di atas belum berhasil, InsyaAllah akan ada banyak cara jika tujuan kita pasti. 

Jika dalam sehari minimal kita sikat gigi dua kali sehari. Insyaa Allah akan ada 60 cara untuk anak bisa menyikat giginya selama sebulan. 

Dr.Albert Mehrabian (1971) menyatakan bahwa elemen yang paling berpengaruh adalah bahasa tubuh 55%, kemudian intonasi suara 38%, terakhir kata yang diucapkan hanya berpengaruh 7%. 

Penting diingat, ketika kita mengajak anak menyikat gigi adalah bahasa tubuh kita ya Bund.. 

Jadi sebenarnya percuma juga kalau kita cerewet yah.. Pesannya cuma nyampe 7% ternyata.. Huhu. 

Untuk anak yang cara belajarnya tipe visual.. Boleh banget kita coba bermacam ekspresi bund.  Bisa jadi malah membuat atmosfer yang menyenangkan. 

Untuk anak yang tipe auditori (suka dengan nada), Bunda perlu hati-hati dan menyadari kalau nada suara bunda sudah meninggi. Ups.. Setel kalem lagi ya bund. Hihi. 

Alih-alih menyalahkan anak, coba kita ingat-ingat lagi ucapan kita ketika mengajak anak sikat gigi. 

Apakah tujuan komunikasi kita tercapai?
Apakah cara menyampaikan pesan kita sudah sesuai?
Bagaimana respon anak ketika kita ajak komunikasi?
Apa yang bisa bunda pelajari dari proses komunikasi ini?
Terakhir bagaimana langkah selanjutnya jika cara hari ini belum berhasil? 

Kira-kira demikian, yang bisa kita coba pahami dalam mengajak anak menyikat giginya. 

Semoga bermanfaat dan tetap semangat belajar bersama ya Bunda
Terima kasih telah membaca tulisan saya. 

Semoga kita semua bisa berkomunikasi yang lebih baik lagi untuk anak dan keluarga kita. Aamiin. 


Yogyakarta, 7 Januari 2022

-Dentist mama-





January 07, 2022 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Seorang istri, ibu, dan dokter gigi.

Follow Us

Labels

aliran rasa anak sehat ASI awareness bahagia belajar kesehatan gigi belajardarikesalahan bijak belanja breastfeeding bunda sayang campingground cerdas finansial cerebral palsy chconnect danaucermin dekorasi dokter gigi anak dongeng dzikir emosi empati financiallitercyforkids fiqih belanja fitrah estetika fitrahseksualitas flexibility game level 12 game level 4 game level 5 game level 6 game level 7 game level 8 gamelevel11 gaya belajar anak gigi anak goldenclueconnect guathejungleofknowledge hari 1 hari 10 hari 11 hari 12 hari 13 hari 14 hari 15 hari 16 hari 17 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hati healing hidup human model of the world hutankupucekatan I love to learn ibu bekerja ibu profesional ibu sehat IBUAGENPERUBAHAN IBUBERKOFERENSI ibuku dokterku ibuprofeional ibuprofesional Idul Fitri Ilovemath inimakananbesarku inimakananku institut ibu profesional institutibuprofesional jatuhbangun jeda jurnal30hari kamar kebaikan kebunapel kedekatan keluarga keluarga multimedia kesehatan kesehatan anak kesehatan gigi kesehatan keluarga kesehatan mental kesehatanmental KIP 2019 KLIP komunikasi komunikasi anak komunikasi produktif konflik kuliah bunda sayang Kuliah Bunsay IIP kuliahbundasayang lacakkekuatanmu learningbyteaching lebaran LEVEL 10 level 9 manajemenqalbu marah matharoundus melatih kecerdasan melatih kemandirian memaafkan memori mengajak sikat gigi menjadiyoutuber mental health menyapih menyikat gigi menyusui menyusui saat covid monster mood muhasabah mulai nulis NLP parenting pekanmentorship pengembangandiri pernikahan Personal mastery Personal Mastey personalmastery pertemuankeluargamanajemenwaktudangadget perubahan petaperjalananbelajar petualangmasadepan pohon literasi proses rasa tersambung resolusi tahun baru sabar sedekah sehat finansial sehat holistik sehat mental sehat sosial sehatfinansial selamat selflove Seminar semua anak adalah bintang Senyum sesal sharig is caring sikat gigi surahyunus tahap kepompong tahapkepompong tahapulat tantangan 10 hari tantangan10hari telurhijau telurmerah telurorange temukan cara belajarmu temukanterampillmu thebestversionofyou Think Creative tobat turning red

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2022 (20)
    • ▼  June (1)
      • Menikmati Proses
    • ►  May (4)
      • Monster
      • Healing Spot
      • Cara Instan Mengubah Mood
      • Bagaimana Caranya Memaafkan saat Idul Fitri?
    • ►  April (4)
      • Memahami Fiqih Shopping saat Lebaran
      • Menata hati dengan Menata Rumah
      • Mau bahagia, yuk sedekah!
      • Sehat mental dengan Sharing?
    • ►  March (2)
      • Keluarga
      • Perencanaan Alokasi Uang Anak
    • ►  February (3)
      • Sehat finansial- Belajar Menabung
      • Self Love
      • Menuju Sehat Finansial
    • ►  January (6)
      • KLIP- Day 6- Saatnya Membangun Kedekatan (Part 2)
      • KLIP- Day 5- Saatnya Membangun Kedekatan (Part 1)
      • KLIP Day 4- Mengapa Anakku Tidak Mau Diajak Sikat ...
  • ►  2021 (33)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (16)
    • ►  March (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  March (13)
    • ►  February (17)
    • ►  January (13)
  • ►  2019 (144)
    • ►  December (12)
    • ►  November (17)
    • ►  October (8)
    • ►  September (18)
    • ►  August (19)
    • ►  July (24)
    • ►  June (12)
    • ►  May (16)
    • ►  April (15)
    • ►  March (3)
  • ►  2018 (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)

Created with by ThemeXpose