Youtube Instagram
  • Home
  • Tentang Saya
  • Jadwal Praktek
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Kontak Kami

drg. Ayyum Berbagi

 


Banyak orang tua bilang, “Nikmati aja prosesnya. Jalani aja.”

Ya itu mungkin karena ketika kita sudah melewatinya, waktu yang sudah berlalu seperti tidak berasa. Seperti misalnya, ga berasa sekarang sudah punya anak dua. Ga berasa Si kakak udah enam tahun aja, ga berasa Si adek udah mau dua tahun. Ketika mengingat sebuah momen sekolah atau kuliah rasanya seperti baru kemarin.

Sama seperti ketika papaku melepas diriku ketika aku menikah.  Beliau bilang, “ Baru rasanya gendong-gendong kakak, sekarang udah nikah.” Kurang lebih seperti itu. Ya karena beliau sangat sibuk bekerja sehingga jarang menghabiskan waktu buat kami.

Itu jika kita tarik dari sudut pandang masa depan ketika melihat apa-apa saja yang telah kita lalui.

Masalahnya, ketika kita menjalaninya di masa sekarang , rasanya berdarah-darah!  Hahahha. Terus, apakah kita perlu mengambil sedikit momen di masa depan yang kita inginkan ketika sedang terpuruk di masa sekarang?

Apakah istilahnya internalisasi, memotivasi diri atau membuat anchore ketika kita sedang kesulitan di masa sekarang dengan mengingat tujuan (ingin seperti apa kita di masa depan) atau ingin mengenang yang seperti apa kita di masa lalu. Mungkin bisa kita coba.

Cuma memang perlu kita menjauh dari diri kita saat ini (diasosiasi) agar kita menyadari situasi kita saat ini. Coba bayangkan seolah-olah kita mellhat diri kita sendiri dari atas. Apakah yang kita lakukan sudah selaras dengan tujuan hidup kita? apakah yang kita lakukan sudah termasuk dalam aksi untuk mencapai tujuan itu? Sudah berproseskah kita?

Jika kita ingin menikmati proses, maka satu-satunya cara adalah kita benar-benar hadir dalam proses itu sendiri. Kita sadari kita sedang berproses, kita terima jatuh bangun yang berulang-ulang terjadi. Sekecil apapun itu progresnya tetaplah progres. Itulah proses.

Ketika sedang merasa sangat menyakitkan dalam prosesnya, rangkullah dirimu. Berilah welas asih kepada diri kita sendiri sampai kita tenang dan bisa bangkit lagi. Semuanya akan berubah, rasa itu juga berubah seiring detik demi detik mengubah hari ke esok.

Ketika sedang berada di titik terendah, dimana terasa kita merasa lemah dan ingin menyerah. Disitulah letak kita disuruh pasrah. Bahwa kita hanya manusia lemah yang hanya butuh pertolongan Allah SWT. Kita bukan manusia yang harus selalu tampil sempurna. Terimalah..

Ketika kita tidak bisa menerima takdir yang kita benci, tidak kita sukai. Kita selalu bertanya kenapa ini terjadi. Kenapa harus terjadi pada diri ini? Namun sudahkah kita berefleksi? Apakah yag Allah ingin kehendaki?

Pikiran kita. Ya mungkin Allah ingin menguji pemikiran kita, pandangan kita terhadap Allah SWT. Bagaimana kita diuji untuk percaya bahwa apa yang ditakdirkanNya baik. Walaupun dalam pandangan kita apa yang terjadi sangatlah buruk.

Astaghfirullahaladzim..

Beranikah kita melampaui pengetahuan Allah SWT? Semua yang kita pertanyakan atas apa yang terjadi kadang tidak butuh jawaban. Karena yang diinginkan Allah SWT hanyalah ketaatan kita dalam menjalani ujian kehidupan.

Bukankah Allah SWT menghendaki kebaikan? Bukankah Allah SWT selalu memberimu pertolongan? Lantas apa yang kau ragukan?

Berbahagialah wahai teman, engkau adalah manusia pilihan.

Dengan ujian ini ajang untuk meningkatkan iman.

Hingga akhirnya nanti kau lulus merasakan kebahagiaan.  

June 20, 2022 No comments



I see your monsters

I see your pain

Tell me your problems

I'll chase them away


I'll be your lighthouse

I'll make it okay

When I see your monsters

I'll stand there so brave

And chase them all away


Lagu di atas sempat viral dan menjadi lagu yang disenangi kaum ibu maupun anak. Kata-kata monster seolah menjadi kata yang cukup mewakili kondisi bagian diri kita yang ‘menakutkan’ ketika emosi kita meledak menjadi kemarahan. 


Sebenarnya apakah monster itu memang harus diusir atau perlu justru perlu dirangkul? Lagu di atas niatnya baik, yaitu ingin membuat orang yang memiliki monster itu merasa nyaman. Lantas, bagaimana jika diri kita sendirilah yang sepatutnya menghadapi monster itu dengan berani?


Berani menerima jika memang ada monster dalam diri kita. Berani menghadapi bagaimana membawa monster ini dengan lebih menyenangkan sehingga akhirnya kita menikmati kebersamaan kita ketika monster itu muncul. 


Saya suka belajar mengambil hikmah dari menonton film animasi, sekalian mengajarkan anak-anak nilai-nilai baik yang bisa diambil. Mengenai monster ini kami sekeluarga nonton film yang berjudul “Turning Red”.


Saya akan membahas nilai dari sudut pandang menerima monster ini. Mei Mei, tokoh utama dalam film ini ketika berusia 13 tahun mengalami perubahan hormonal dan tingkah laku layaknya remaja yang sedang pubertas.


Menariknya ada hal lain yang berubah pada dirinya, yaitu dirinya berubah menjadi panda merah besar kuat yang bisa merusak sekitarnya. Hal ini merupakan kejadian turun temurun dari leluhurnya yang juga dialami nenek, bibi-binya dan ibunya. 


Ketka emosinya tidak terkendali ia akan berubah menjadi panda merah besar. Awalnya Mei Mei sangat tidak suka keadaan yang menimpa dirinya. Dia ingin menutupi perubahan yang terjadi pada dirinya, salah satunya rambutnya yang berwarna merah. 


Tetapi teman-teman dekat Mei malah menyukai dirinya dan menerima apa adanya. Menurut mereka panda merah itu lucu dan keren. Mei menyadari bahwa bersama dengan temannya membuat ia tenang dan aman membuat ia kembali menjadi manusia. 


Ia kemudian melatih mengendalikan emosinya dengan membayangkan ia berada bersama teman-temannya. Mei Mei bisa beradaptasi dengan cepat dan melakukan hal-hal menyenangkan bersama temannya dalam bentuk panda merah. 


Tiba saatnya ritual untuk pemisahan panda merah dan dirinya berlangsung, Mei Mei tidak tega berpisah dengan sosok panda merah yang ada dalam dirinya. Dia tidak ingin memisahkan dirinya dengan monster itu seperti yang dilakukan nenek, ibu dan bibi-bibinya, justru ingin mempertahankannya. 


Ia memilih panda merah tetap menjadi bagian dari dirinya dan tidak menutupi lagi, malah dengan sosoknya itu ia bisa menarik pengunjung kuil keluarganya dan menambah pendapatan dari hasil penjualan souvenir panda merah. 


Nah, dari situ kita bisa belajar Mei Mei berhasil menerima sosok monster yang muncul dan mengendalikan emosi penyebab ia berubah menjadi monster. Ia tidak memandang dirinya monster lagi, namun panda merah warisan leluhur yang membanggakan.


Penerimaan dan keputusan yang diambilnya itu menjadikan ia lebih dewasa dan diterima keluarga dan lingkungannya. Akhirnya Mei Mei  bahagia dengan dirinya sendiri dan keluarganya.


Kita bisa belajar, wajar jika ada monster yang muncul jika ada trigger atau masalah karena kita manusia tidak sempurna. Namun, kita perlu mencari apa penyebabnya dan berani menghadapi bagaimana mengendalikannya. Semakin kita latih mengendalikan emosi kita kita lama-lama akan beradaptasi dengan monster itu. 


Sebagai seorang muslim sudah ada solusi untuk tenang dalam mengendalikan emosi. Jika Mei Mei ingat teman-temanya, kita ingat Allah SWT dengan berdzikir. Seperti dalam ayat Quran sebagai berikut: 


الَّذِينَ آمَÙ†ُوا ÙˆَتَØ·ْÙ…َئِÙ†ُّ Ù‚ُÙ„ُوبُÙ‡ُÙ…ْ بِذِÙƒْرِ اللَّÙ‡ِ ۗ Ø£َÙ„َا بِذِÙƒْرِ اللَّÙ‡ِ تَØ·ْÙ…َئِÙ†ُّ الْÙ‚ُÙ„ُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)



Kemudian ayo kita coba lakukan hal-hal yang menyenangkan ketika monster itu muncul sehingga kita tetap menyadari masih ada monster itu, namun kita merasakan hal yang menyenangkan. Dengan begitu pelan-pelan kita akan menerima monster itu dan syukur-syukur dari kesenangan misalnya hobi menjadi pendapatan seperti Mei Mei. hehe


Jadi, marilah kita rangkul monster yang ada dalam diri kita atau anak dan keluarga terdekat. Marilah kita banyak mengingat Allah SWT agar hati kita menjadi tenang. Semoga kita bisa menjadi versi diri kita yang lebih baik dari hari ke hari. aamiin




Sumber https://rumaysho.com/25391-inilah-manfaat-dzikir-yang-luar-biasa-hadits-jamiul-ulum-wal-hikam-50.html



May 26, 2022 No comments

 

Pernahkah kamu merasakan ketilka ada kejadian yang kurang menyenangkan atau malah membuat emosimu meledak-ledak kamu ingin  ‘menghilang’ seketika atau kabur ke suatu tempat seperti di film-film?

Bagaimana jika hal tersebut bisa kita lakukan di dunia nyata ya? Sepertinya seru. Hihihi. Mengapa kita perlu membuat ‘healing spot’ ini ya? Adakah manfaatnya untuk kita?

Pada tulisan sebelumnya, jika saya telah mencoba ‘senyum palsu’, sekarang saatnya kita memiliki ‘senyum asli’. Saya menyebut senyum asli adalah senyum yang benar-benar timbul dengan sendiirinya. Bukan dipaksakan seperti ‘palsu.

Nah, senyum ini salah satunya dengan membuat ‘healing spot’.  Healing spot ini adalah tempat kita bisa ‘kabur’ sejenak, menenangkan diri kita dan melakukan apa yang kita suka sehingga kita bisa tersenyum dengan sendirinya. Senyum ini terjadi karena hati kita sudah senang.

Ketika kita sudah senang dan tersenyum puas, tentu ketika berinteraksi dengan orang lain akan lebih menyenangkan ‘kan? Tidak ada yang namanya senyum palsu karena senyum yang terpancar dari diri kita adalah senyum alami yang indah.

Healing spot tiap orang bisa berbeda-beda tergantung minat dan atensinya. Versi  healing spot saya adalah kamar tidur yang cantik dan nyaman. Dari dulu, kamar merupakan area privacy favorit saya. Saya membaca komik, belajar, mendengarkan musik, dan istirahat saat remaja dulu.

Kalau dulu saya menghias dan mengecat kamar saya dengan gambar dan warna yang saya inginkan, sekarang saya hias dengan menggunakan wallpaper. Saya membuat spot meja kerja  saya, walaupun saya juga suka gunakan untuk dandan. Hihihi.

Di dalam spot favorit, melakukan hal yang saya sukai sangat membantu saya untuk ‘healing’ dengan cepat. Contohnya ketika tadi pagi saya entah mengapa sangat kesal dengan dapur yang penuh barang dan berantakan. Rasanya sangat sesak untuk berada di situ, saya perlu ‘healing’ sejenak mengembalikan amunisi untuk membereskannya nanti.

Anak-anak bersama dengan ayahnya, saya beralih menuju ke kamar saya. Saya duduk di kursi pink saya kemudian terlihat sebuah eyebrow stick yang baru saja kubeli. “Aha. Aku dandan saja!” Aku pun mulai mengaplikasikan peralatan makeup ku dan yaa aku kembali tersenyum.

Aku kembali ke anak-anakku dan suamiku dengan wajah berseri lagi. Senyum kembali dan tambah cantik dengan pulasan makeup tadi. Hihihi. Hati kita nyaman, hati anak-anak dan suami pun aman tidak terkena cipratan emosi saat si mama PMS. Suami berangkat kerja dengan tersenyum.

Setelah rasanya energi kembali menipis, saatnya saya ‘ngecas’ diri di dalam kamar saya. Melihat langit biru dan pepohon nan hijau, kicauan burung yang indah dan udara yang segar, ah waktu yang tepat untuk menenangkan tubuh.

Saya ambil posisi duduk yang nyaman di tempat tidur saya. Saya pejamkan mata dan mulai menikmati suguhan Allah SWT secuil kesegaran cpitaanNya. Saya resapi udara yang mengalir ke paru-paru sambil berdizikir mengingatNya. Alhamdulillah menyenangkan sekali.

Menyadari nafas juga menyadari segala macam memori, mengingatkan kita untuk peduli terhadap diri termasuk merawat hati dari segala macam emosi sebagai bentuk  syukur kepada Ilahi.

Semakin rileks di saat tiupan angin juga semakin silir saya semakin mengantuk,  saya berniat mengistirahatkan tubuh saya. nikmat sekali rasanya tidur siang kali ini. Angin terus berhembus seolah mendukungku untuk rehat sejenak, aku pun terlelap sangat nyenyak.

Begitu aku bangun, angin masih banyak berhembus. Alhamdulillah badanku terasa sangat segar, perasaanku sangat baik. Aku suka terbangun dalam kamarku yang sejuk. Aku benar-benar merasa nyaman di healing spot ku ini.

Begitulah sedikit aktivitasku dalam healig spot-ku. Efeknya, setelah mengisi energi aku bisa sangat produktif dan senyum seharian. Apakah kamu tertarik membuat healing spot versi dirimu? Tidak mesti di kamar, bisa juga di dapur, mushola, ruang tamu. Setelah saya bersemangat, saya jadi tertantang untuk mengubah dapur saya menjadi healing spot berikutnya. Hihiihi.   

Semoha bermanfaat, Selamat mencoba!

 

May 23, 2022 No comments

Apakah kamu pernah merasakan tiba-tiba mood tidak baik karena suatu kondisi tertentu namun harus melakukan hal yang penting dengan segera? 

Ketika mood sedang buruk biasanya kita ingin 'healing' sejenak, mengambil jeda untuk mengatur nafas dan emosi supaya kita beraktivitas lagi seperti biasa. 

Taukah kamu? Ada cara simpel nan praktis yang bisa kamu coba tanpa perlu menunggu waktu lama. 

Saya pernah mendengar teman saya yang psikolog klinis mengatakan bahwa, "Tersenyumlah, walau senyum itu senyum palsu." Beliau mengatakan bahwa otak kita tidak bisa mengingat hal yang buruk atau tidak menyenangkan ketika tersenyum. 

Teman saya satu lagi lulusan S2 psikologi memberi tips dengan 2-2-7.. Yaitu tarik bibir ke kanan dan ke kiri 2 cm, lalu tahan senyum selama tujuh detik. 

Kalau saya mah ga cukup 7 detik. Hahhaa. Butuh beberapa menit bagi saya untuk bisa netral lagi. 

Ada kejadian di pagi hari yang membuat saya bad mood dan hari itu juga sebenarnya jadwal saya on call. 

Nah, pas bad mood banget tiba-tiba ada pasien. Laah. Hati sudah tak karuan butuh siap-siap segera. Sambil mencoba 'nyengir' memaksa untuk tersenyum. Hihi. 

Sepanjang perjalanan menuju Rumah Sakit saya coba terus tersenyum. 'Kan orang tidak ada yang melihat. Toh ketutupan masker. Hihi. 

Alhamdulillah sekitar 15 menit setelah menahan nyengir alias senyum perasaan saya membaik. Saya dapat kembali berinteraksi baik dengan perawat dan pasien. 

Mendengar cerita saya, suami juga mempraktekkannya. Ceritanya nih saat dia membeli popok anak. Tidak seperti biasanya, ada permasalahan di kasir dengan pembeli yang berujung antri sangat lama, sedangkan kasir cuma buka satu. 

Jadi suami mencoba senyum yang tertutup masker selama antri dan perjalanan pulang ke rumah. Alhamdulillah katanya berhasil. 

Mendengar suami juga berhasil mengendalikan emosinya saya sangat senang. Lalu, saya punya ide bagaimana kalau anak saya melakukannya juga ya? 

Soalnya anak saya yang pertama juga butuh dibimbing mengelola emosinya. 

Benar saja, keesokan pagi harinya Si Kakak sudah merengek kesal karena kesulitan dalam memakai inner jilbab dan memasukan rambutnya dengan rapi. 

Dia berteriak dan mengambek. Aha. Setelah saya bantu dia merapikan jilbabnya, karena dia sudah menyadari dirinya kesal dan penyebabnya. Saya ajak dia mencoba release. 

"Kakak mau coba kayak Mama dan Ayah? Kemarin Mama sama Ayah habis senyum jadi mendingan emosinya." Tanyaku. 

Ekspresi Meira antara mau dan enggak. Mungkin ia bingung karena tidak pernah seperti ini sebelumnya. 

"Mama temenin mau?" Tanyaku sambil langsung nyengir eh senyum. Hehhe. 

Meira mengangguk lalu menyengirkan bibirnya mengikutiku. 

"Ayo kita tahan." Ucapku sambil nyengir. Hihihi. Lucu memang. Sambil naik mobil kami tahan senyuman. Ayah yang nyetir pun mau ikut nemenin senyum. Yang paling manis si bayi Hiro juga ikutan senyum. 

Selang beberapa waktu kemudian tak kami sadari emosi Kakak sudah kembali ceria. Yeayyy. Alhamdulillah berhasil. Cara ini lebih efektif dan 'ringan' bagi anak maupun ibunya. Hahaha. Coba deh. 

Ah tapi gimana donk kalau memang udah mood jelek sejelek-jeleknya. Ga mau senyum ah. Ga mau ngomong dulu. 

Yaudah.. Kita sadari dan terima aja dulu. Hayuk kita coba lakukan apa yang bikin kita senang. 

Lihat tentang binatang peliharaan? Membaca atau menulis? 

Cuci muka? 

Sikat gigi? 

Atau meminta usapan di punggung? 

Nah.. Ketika sudah mendingan. Hayuk kita latihan senyum lagi…  percantik diri.. Kita kembali netral lagi…  

Bagaimana sobat, berniat mencoba? Semoga bermanfaat ya. 

Selamat tersenyum lebar. 

May 21, 2022 No comments

 


Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan umat muslim setelah menjalani puasa selama tiga puluh hari lamanya setelah menahan lapar, hawa nafsu, perilaku bahkan hati dan pikiran dari keburukan.

Tibalah hari yang dinantikan, hari yang  mana biasanya orang bermaaf-maafan dan saling mengucap doa “Taqabalallahu minna wa minkum” - Semoga Allah SWT menerima amalan kami dan amalan kalian semua.

Pertanyaannya, apakah permintaan maaf kita itu tulus dari hati? Apakah kita mengucapkannya hanya sekedar ucapan biasa ke orang banyak atau benar yang kita ucapkan? Mampukah kita mengucapkan langsung kepada orang yang memang pernah tersakiti oleh kita?

Perlu kesadaran, keberanian dan keikhlasan mendatangi orang yang bersangkutan untuk kita jalin silaturahim lagi. Di Jawa, ada tradisi sungkuman yang khidmat yang tidak saya jumpai di Sumatera.  Dengan sungkeman menjadi media pertemuan kita dengan orang lain yang tidak bisa kita tolak.

Nah, saat inilah kita bisa memanfaatkan momen untuk memaafkan orang tersebut. Akan lebih mudah jika kita langsung berada di dekat orang yang bersangkutan. Adanya permintaan maaf dari salah satu pihak. Kita dengarkan dan rasakan getaran suara, kita lihat gerakan tubuh yang terjadi, sambutlah sikap permintaan seperti apapun yang didapat.

Bisa jadi ada yang masih canggung meminta maaf, tidak mengapa kita rangkul dan terima ia apa adanya sehingga ia benar-benar merasa maafnya diterima. Jika ada yang sampai nangis tersedu-sedu, sudahlah kasihanilah dia karena dia benar-benar menyesal dan bisa jadi dia tidak ada niat sama sekali melakukannya.

Tidak ada orang yang sempurna, begitupun kita. Bukankah kita juga sama-sama manusia yang berdosa? Tidak inginkah dosa kita diampuni Alah SWT? Berdosalah kita jika ada yang meminta maaf tidak kita maafkan. Jika ia tidak minta maaf, marilah kita terima apa yang terjadi  atas kehendak Allah SWT dan beri waktu hati kita untuk memaafkanya sedikit demi sedikit. Biarlah hati itu terketuk untuk memaafkannya seutuhnya. Lihatlah kesungguhannya mendekat kepada kita.

Ketika kita bisa memaafkan dan menperlakukan dengan baik orang tersebut, timbul rasa hangat dan dekat antar keduanya. Inilah kemenangan yang sebenarnya. Tanda dari orang yang lulus Ramadhan adalah selalu berusaha menjadi orang yang paling utama, bersih hatinya, mulia akhlaknya dan benar ucapannya.

Rasulullah SAW ditanya: “Siapa orang yang paling utama?”

Beliau menjawab,”Setiap orang yang bersih hatinya dan benar ucapannya.”

Para sahabat berkata,”Orang yang benar ucapannya telah kami pahami maksudnya, lalu apakah yang dimaksud dengan orang bersih hatinya?”

Beliau menjawab,”Dia adalah orang yang bertakwa (takut) kepada Allah, yang suci hatinya, tidak ada dosa dan kezaliman padanya, serta tidak ada pula rasa dendam dan hasad.” (HR. Ibnu Majah no.4216, hadis dari Abdullah bin ‘Amr, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 2889).

Inilah tanda diterimanya amal. Sesungguhnya di antara tanda diterimanya kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.  Dengan memaafkan, InsyaAllah akan mencetus kebaikan lainnya. Semoga kita tergolong orang yang mudah memaafkan. Aamiin.

May 13, 2022 No comments

 


Momen lebaran sering dimanfaatkan para pedagang untuk menghabiskan stock barang dagangan dengan berlomba diskon besar-besaran. Apakah kita sebagai umat mulim sudah berbelanja dengan bijak saat menjelang lebaran? Apalagi  media belanja online menjadi pilihan utama di masa pandemi saat ini. Mengapa kita perlu bijak dalam berbelanja? Bagaimana sebenarnya fiqih berbelanja dalam Islam?

Cairnya THR (Tunjangan Hari Raya) saat menjelang lebaran seolah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk membelanjakannya habis untuk kebutuhan lebaran. Mulai dari membeli pakaian, perabotan rumah, make up atau benda lain yang secara subjektif memenuhi kepuasan batin konsumen.

Apakah tradisi tersebut sudah tepat? Apakah kita berbelanja atas kebutuhan atau keinginan?  Islam sendiri tidak pernah mengajarkan belanja lebaran, apalagi besar-besaran. Namun, sebagian muslim sudah tak dapat lagi menghentikan kebiasaan turun-temurun itu.

Kita tidak bisa melepaskan hukum Islam terhadap laku keseharian kita, tak terkecuali berbelanja. Berbelanja bisa menjadi berkah dengan berbelanja yang  cerdas dan sesuai syariat. Dengan berbelanja kita dapat memutar roda perekonomian, kita menolong banyak orang dan saling membutuhkan.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q. S Al Maa’idah:2)

Jika kita berbelanja dengan niat tolong menolong dan mengandung unsur kebaikan dan ketakwaan, maka di situlah kegiatan berbelanja mendatangkan keberkahan. Namun, berbelanja akan mendatangkan murka Allah SWT jika perbuatan menjurus pada perbuatan dosa dan permusuhan.  Pembeli bisa berdosa bila boros, mubazir, foya-foya dan lainnya.

Sedangkan penjual  berdosa jika berdagang mengandung penipuan, rekayasa, manipulasi dan sejenisnya. Pembeli dan penjual sama-sama dimurkai Allah jika transaksi jual belinya berujung permusuhan.

Sebagai contoh, saya baru saja memesan produk makeup dari toko online di sebuah marketplace. Saya  membeli karena memang bahan makeup tersebut sudah habis dan saya butuhkan.  Saya mencari  produk tersebut, namun saya tidak secara teliti dan berdiskusi dengan penjual  sebelum  membayar.

Ketika barang sudah sampai rumah, saya mengecek tanggal kadaluwarsa produk. Ternyata ada sedikit manipulasi tanggal kadaluarsa. Di kotak kemasana ada tulisan tahun seperti ditutupi, namun ketika dilihat seksama bisa terlihat angkanya. Begitu juga tulisan di produknya, walaupun berusaha menghilangkan tanggal expired, tahun expired masih jelas tertulis.

Dari situ saya merasa tertipu dan mengajukan pengembalian barang. Ketika saya konfirmasi ke penjual awalnya mereka menyangkal tahun pembuatannya, tapi saya jelaskan lagi tahun expirednya. Akhirnya mereka menerima  pengembalian dana dan barang. Walauapun mereka tidak meminta maaf, saya usahakan selesaikan baik-baik.

Nah, selanjutnya dana yang mereka kembalikan dalam bentuk dana simpanan di marketplace itu. Sebisa mungkin akan langsung saya gunakan dananya agar tidak mengendap di marketplace tersebut dan tidak mengambil keuntungan di dalamnya untuk menghindari riba. Sebagaimana dalam ayat “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

Jadi, marilah kita bijak  ketika berbelanja mengembalikannya pada hukum Islam agar kita selamat dunia akhirat. Aamiin.

 

 

April 29, 2022 No comments


Hati kita mungkin bisa diibaratkan rumah yang kita tempati. Apakah rumah mencerminkan perilaku manusianya? 

Saya ingat ketika mood saya sedang jelek, perilaku sayan menjadi berantakan. Kalau mood baik, saya akan berperilaku rapi. 

Kalau melihat rumah yang rapi, timbul kepuasan setelah melakukan makeover ruangan. 

Menata balik tata letak furniture, menggeser rak buku, lemari, dan sebagai nya sungguh membuat suasana baru. 

Jika dikaitkan dengan fitrah, hal yang memang seharusnya ada dan dipenuhi. Kondisi suasana hati atau emosi dan keindahan rumah sama-sama merupakan fitrah estetika. 

Fitrah estetika ini jika dikaitkan dengan menata rumah, juga bisa dengan berkebun, memperbaiki perabot, mengubah warna cat dan fungsi ruangan. Dengan menata rumah yang indah, berarti kita juga memenuhi kebutuhan fitrah kita. 

Kita perlu mengatur cahaya yang masuk ke dalam ruangan sesuai dengan kenyamanan kita agar ruangan tidak terlalu gelap ataupun terlalu terang. 

Unsur alam dapat kita tambahkan, bisa taman kering atau halaman belakang rumah dengan tanaman hias, jika suka melihara hewan kita bisa juga memelihara hewan yang kita sukai. 

Institute kesehatan mental pusat universitas Heidelberg di Mainnheim Jerman menyatakan bahwa tata ruang yang baik berpengaruh untuk saraf manusia, yaitu memberi rangsangan positif dan menghindari stress. 

Cat kuning dikabarkan dapat membantu pelepasan hormon bahagia yaitu serotonin, sedangkan warna putih, hijau dan biru membuat perasaan lebih tenang dan membantu mengurangi efek bosan dan mendukung produktivitas karena merangsang otak untuk lebih aktif.

Yang saya rasakan ketika melakukan hal-hal di atas sangat berpengaruh positif terhadap suasana hati. 


Sampah berupa barang-barang yang sudah tidak terpakai dan perlu dibuang, sama dengan sampah yang ada di hati dan memori. 


Marie Kondo mengajak kita untuk membereskan perabotan rumah dengan memilih barang yang mendatangkan kebahagiaan.


Menurutnya keberhasilan menata rumah juga berarti si penghuni berhasil menata kehidupan mereka.


Kita bersihkan rumah, bersihkan hati. Kita tata rumah berarti kita menata hati kita lagi. Bukankah rumah adalah tempat yang seharusnya kita merasa nyaman berada di dalamnya? 


Begitu juga dengan hati kita, kita perlu nyaman dengan perasaan kita sendiri. Kita perlu nyaman dengan yang mempengaruhi perasaan kita, yaitu apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan dari panca indera kita. 


Yuk, kita tata hati mulai dari menata rumah. Semoga di bulan yang suci ini rumah dan hati kita kembali menjadi suci. Aaamiin. 


April 27, 2022 No comments
Older Posts

About me

About Me

Seorang istri, ibu, dan dokter gigi.

Follow Us

Labels

aliran rasa anak sehat ASI awareness bahagia belajar kesehatan gigi belajardarikesalahan bijak belanja breastfeeding bunda sayang campingground cerdas finansial cerebral palsy chconnect danaucermin dekorasi dokter gigi anak dongeng dzikir emosi empati financiallitercyforkids fiqih belanja fitrah estetika fitrahseksualitas flexibility game level 12 game level 4 game level 5 game level 6 game level 7 game level 8 gamelevel11 gaya belajar anak gigi anak goldenclueconnect guathejungleofknowledge hari 1 hari 10 hari 11 hari 12 hari 13 hari 14 hari 15 hari 16 hari 17 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hati healing hidup human model of the world hutankupucekatan I love to learn ibu bekerja ibu profesional ibu sehat IBUAGENPERUBAHAN IBUBERKOFERENSI ibuku dokterku ibuprofeional ibuprofesional Idul Fitri Ilovemath inimakananbesarku inimakananku institut ibu profesional institutibuprofesional jatuhbangun jeda jurnal30hari kamar kebaikan kebunapel kedekatan keluarga keluarga multimedia kesehatan kesehatan anak kesehatan gigi kesehatan keluarga kesehatan mental kesehatanmental KIP 2019 KLIP komunikasi komunikasi anak komunikasi produktif konflik kuliah bunda sayang Kuliah Bunsay IIP kuliahbundasayang lacakkekuatanmu learningbyteaching lebaran LEVEL 10 level 9 manajemenqalbu marah matharoundus melatih kecerdasan melatih kemandirian memaafkan memori mengajak sikat gigi menjadiyoutuber mental health menyapih menyikat gigi menyusui menyusui saat covid monster mood muhasabah mulai nulis NLP parenting pekanmentorship pengembangandiri pernikahan Personal mastery Personal Mastey personalmastery pertemuankeluargamanajemenwaktudangadget perubahan petaperjalananbelajar petualangmasadepan pohon literasi proses rasa tersambung resolusi tahun baru sabar sedekah sehat finansial sehat holistik sehat mental sehat sosial sehatfinansial selamat selflove Seminar semua anak adalah bintang Senyum sesal sharig is caring sikat gigi surahyunus tahap kepompong tahapkepompong tahapulat tantangan 10 hari tantangan10hari telurhijau telurmerah telurorange temukan cara belajarmu temukanterampillmu thebestversionofyou Think Creative tobat turning red

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2022 (20)
    • ▼  June (1)
      • Menikmati Proses
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (6)
  • ►  2021 (33)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (16)
    • ►  March (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  March (13)
    • ►  February (17)
    • ►  January (13)
  • ►  2019 (144)
    • ►  December (12)
    • ►  November (17)
    • ►  October (8)
    • ►  September (18)
    • ►  August (19)
    • ►  July (24)
    • ►  June (12)
    • ►  May (16)
    • ►  April (15)
    • ►  March (3)
  • ►  2018 (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)

Created with by ThemeXpose