Youtube Instagram
  • Home
  • Tentang Saya
  • Jadwal Praktek
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Kontak Kami

drg. Ayyum Berbagi

 


Momen lebaran sering dimanfaatkan para pedagang untuk menghabiskan stock barang dagangan dengan berlomba diskon besar-besaran. Apakah kita sebagai umat mulim sudah berbelanja dengan bijak saat menjelang lebaran? Apalagi  media belanja online menjadi pilihan utama di masa pandemi saat ini. Mengapa kita perlu bijak dalam berbelanja? Bagaimana sebenarnya fiqih berbelanja dalam Islam?

Cairnya THR (Tunjangan Hari Raya) saat menjelang lebaran seolah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia untuk membelanjakannya habis untuk kebutuhan lebaran. Mulai dari membeli pakaian, perabotan rumah, make up atau benda lain yang secara subjektif memenuhi kepuasan batin konsumen.

Apakah tradisi tersebut sudah tepat? Apakah kita berbelanja atas kebutuhan atau keinginan?  Islam sendiri tidak pernah mengajarkan belanja lebaran, apalagi besar-besaran. Namun, sebagian muslim sudah tak dapat lagi menghentikan kebiasaan turun-temurun itu.

Kita tidak bisa melepaskan hukum Islam terhadap laku keseharian kita, tak terkecuali berbelanja. Berbelanja bisa menjadi berkah dengan berbelanja yang  cerdas dan sesuai syariat. Dengan berbelanja kita dapat memutar roda perekonomian, kita menolong banyak orang dan saling membutuhkan.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan ketakwaan, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q. S Al Maa’idah:2)

Jika kita berbelanja dengan niat tolong menolong dan mengandung unsur kebaikan dan ketakwaan, maka di situlah kegiatan berbelanja mendatangkan keberkahan. Namun, berbelanja akan mendatangkan murka Allah SWT jika perbuatan menjurus pada perbuatan dosa dan permusuhan.  Pembeli bisa berdosa bila boros, mubazir, foya-foya dan lainnya.

Sedangkan penjual  berdosa jika berdagang mengandung penipuan, rekayasa, manipulasi dan sejenisnya. Pembeli dan penjual sama-sama dimurkai Allah jika transaksi jual belinya berujung permusuhan.

Sebagai contoh, saya baru saja memesan produk makeup dari toko online di sebuah marketplace. Saya  membeli karena memang bahan makeup tersebut sudah habis dan saya butuhkan.  Saya mencari  produk tersebut, namun saya tidak secara teliti dan berdiskusi dengan penjual  sebelum  membayar.

Ketika barang sudah sampai rumah, saya mengecek tanggal kadaluwarsa produk. Ternyata ada sedikit manipulasi tanggal kadaluarsa. Di kotak kemasana ada tulisan tahun seperti ditutupi, namun ketika dilihat seksama bisa terlihat angkanya. Begitu juga tulisan di produknya, walaupun berusaha menghilangkan tanggal expired, tahun expired masih jelas tertulis.

Dari situ saya merasa tertipu dan mengajukan pengembalian barang. Ketika saya konfirmasi ke penjual awalnya mereka menyangkal tahun pembuatannya, tapi saya jelaskan lagi tahun expirednya. Akhirnya mereka menerima  pengembalian dana dan barang. Walauapun mereka tidak meminta maaf, saya usahakan selesaikan baik-baik.

Nah, selanjutnya dana yang mereka kembalikan dalam bentuk dana simpanan di marketplace itu. Sebisa mungkin akan langsung saya gunakan dananya agar tidak mengendap di marketplace tersebut dan tidak mengambil keuntungan di dalamnya untuk menghindari riba. Sebagaimana dalam ayat “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

Jadi, marilah kita bijak  ketika berbelanja mengembalikannya pada hukum Islam agar kita selamat dunia akhirat. Aamiin.

 

 

April 29, 2022 No comments


Hati kita mungkin bisa diibaratkan rumah yang kita tempati. Apakah rumah mencerminkan perilaku manusianya? 

Saya ingat ketika mood saya sedang jelek, perilaku sayan menjadi berantakan. Kalau mood baik, saya akan berperilaku rapi. 

Kalau melihat rumah yang rapi, timbul kepuasan setelah melakukan makeover ruangan. 

Menata balik tata letak furniture, menggeser rak buku, lemari, dan sebagai nya sungguh membuat suasana baru. 

Jika dikaitkan dengan fitrah, hal yang memang seharusnya ada dan dipenuhi. Kondisi suasana hati atau emosi dan keindahan rumah sama-sama merupakan fitrah estetika. 

Fitrah estetika ini jika dikaitkan dengan menata rumah, juga bisa dengan berkebun, memperbaiki perabot, mengubah warna cat dan fungsi ruangan. Dengan menata rumah yang indah, berarti kita juga memenuhi kebutuhan fitrah kita. 

Kita perlu mengatur cahaya yang masuk ke dalam ruangan sesuai dengan kenyamanan kita agar ruangan tidak terlalu gelap ataupun terlalu terang. 

Unsur alam dapat kita tambahkan, bisa taman kering atau halaman belakang rumah dengan tanaman hias, jika suka melihara hewan kita bisa juga memelihara hewan yang kita sukai. 

Institute kesehatan mental pusat universitas Heidelberg di Mainnheim Jerman menyatakan bahwa tata ruang yang baik berpengaruh untuk saraf manusia, yaitu memberi rangsangan positif dan menghindari stress. 

Cat kuning dikabarkan dapat membantu pelepasan hormon bahagia yaitu serotonin, sedangkan warna putih, hijau dan biru membuat perasaan lebih tenang dan membantu mengurangi efek bosan dan mendukung produktivitas karena merangsang otak untuk lebih aktif.

Yang saya rasakan ketika melakukan hal-hal di atas sangat berpengaruh positif terhadap suasana hati. 


Sampah berupa barang-barang yang sudah tidak terpakai dan perlu dibuang, sama dengan sampah yang ada di hati dan memori. 


Marie Kondo mengajak kita untuk membereskan perabotan rumah dengan memilih barang yang mendatangkan kebahagiaan.


Menurutnya keberhasilan menata rumah juga berarti si penghuni berhasil menata kehidupan mereka.


Kita bersihkan rumah, bersihkan hati. Kita tata rumah berarti kita menata hati kita lagi. Bukankah rumah adalah tempat yang seharusnya kita merasa nyaman berada di dalamnya? 


Begitu juga dengan hati kita, kita perlu nyaman dengan perasaan kita sendiri. Kita perlu nyaman dengan yang mempengaruhi perasaan kita, yaitu apa yang kita lihat, kita dengar dan kita rasakan dari panca indera kita. 


Yuk, kita tata hati mulai dari menata rumah. Semoga di bulan yang suci ini rumah dan hati kita kembali menjadi suci. Aaamiin. 


April 27, 2022 No comments

 



Kapan terakhir kali kita bersedekah? Apakah yang kamu rasakan ketika bersedekah? Apakah ada perbedaan yang kita rasakan sebelum dan setelah bersedekah?


Sedekah sebagai bentuk kepedulian berhubungan dengan kebahagian dan kesehatan. Yang saya rasakan ketika bersedekah adalah saya merasa senang dan puas. Apakah saya merasa bahagia? Ya. Salah satu aktivitas yang membuat saya bahagia adalah bersedekah. 


Saya selalu tersenyum dan bersemangat jika bersedekah. Ketika melihat orang lain tersenyum juga menularkan energi positif itu kepada saya. Hormon-hormon kebahagiaan endorfin, serotonin pun keluar sehingga tubuh lebih sehat. 


Dari hasil penelitian, Post dkk menemukan bahwa aspek psikologis dari bersedekah adalah  keikhlasan dan afeksi. Ketika kita memberi dari apa yang kita usahakan (misalnya berusaha bicara yang baik-baik saja), di situ lah ada keikhlasan dan kasih sayang. 


Sedekah bukan dilihat dari harta yang diberikan, tetapi dari intensi psikologis  yang terjadi. Niat bersedekah tak sebatas materi. Yang penting niat. Dari memberi hanya seplastik gula, membuat takjil berupa sate buah untuk berbuka puasa, berilah saja apa yang kau punya. Bahkan dalam lisanmu itu sedekah. Mengucapkan kebaikan, kita niatkan untuk sedekah. 


Menjadi volunteer juga merupakan sedekah karena kita menyedekahkan waktu, tenaga atau pikiran untuk kepentingan bersama. Hal ini dibuktikan dalam penelitian Gimenez dkk, dimana orang yang  melakukan voluntary activity menunjukkan kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan ketika tidak melakukan voluntary activity. 


Hal yang saya rasakan sesuai dengan penelitian Lu yang menyatakan bahwa kebahagiaan   dapat   dicapai   dengan   merasa   puas (contentment),   bersyukur,   memberi   secara   bijak   (wisdom of giving) dan mengolah  jiwa  (self-cultivation). 


Dari hasil penelitian Ahmad Rusdi dkk, mahasiswa yang memiliki perilaku bersedekah yang tinggi menunjukkan kebahagiaan yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang memiliki perilaku bersedekah yang rendah. 


Mahasiswa  yang  memiliki perilaku bersedekah yang  tinggi memiliki meaning,  positive  emotion, dan achievement yang  lebih tinggi  secara  signifikan  dibandingkan  siswa  yang  memiliki perilaku bersedekah yang  rendah 


Wah, ternyata bersedekah sudah dibuktikan mendatangkan kebahagiaan. Nah, tunggu apalagi nih.. Yuk kita sedekah supaya hati kita merasa bahagia.




April 26, 2022 No comments

 


Sharing Is caring, berbagi adalah peduli. Kata yang banyak digumamkan di jagad raya. Sebenarnya apa yang disharingkan? Apa yang dipedulikan? Darimana kita tahu bahwa orang yang berbagi itu benar-benar peduli? Kalau logika bertanya bisa seperti itu.

Namun tidak dengan hati. Apa yang dibagikan dengan hati, InsyaAllah akan diterima dengan hati, apakah dia benar peduli? Itu sudah bukan pertanyaan lagi. jika tidak dengan hati, bagaimana orang melakukannya. Apakah berbagi dengan terpaksa akan terasa di hati?

Mengenai sharing, dalam Instutut Ibu Profesional yang dibagikan adalah kebaikan kita. Berbagi apa yang kamu miliki, tidak harus berupa materi, bisa juga tentang semangat diri. Nah inilah proyek kebaikan yang sedang kukerjakan, Marsh Mello- “Masyarakat Sehat melalui Diri Lo.”

Insya Allah aku akan berbagi ilmu yang telah kupelajari dan juga pengalaman berharga yang mungkin tidak semua orang mengalaminya. Aku akan berbagi mengenai kesehatan mental, bagaimana melatih jiwa yang sehat holistik.

Aku ditawari untuk berbagi ilmu mengenai kesehatan gigi dan mulut selama bulan Ramadhan dalam sebuah komunitas. Memang aku perlu menyediakan waktu untuk belajar dan membuat materi, namun aku senang dengan prosesnya aku berhasil nambah ilmu dan aku merasa ada manfaat yang bisa aku berikan.

Berbagi apa lagi yang bisa? Aku biasa berbagi makanan kepada mbak yang bantu di rumah. Aku suka berbagi karena aku anggap bersedekah. Bersedekah itu bukan hanya materi, namun apa yang kita punya walau berupa senyuman.

Menyingkirkan ranting di jalan merupakan sedekah. Memberi makan hewan adalah sedekah. Lantas sedekah itu adalah bentuk berbagi kebaikan. Ah aku teringat namaku. Tengku Chairun Mamnun, artinya ‘kebaikan yang terus-menerus’.

Aku menyukai identitas namaku. Semoga aku bisa berbuat kebaikan terus- menerus Ya Allah. Aamiin. kebaikan saat ini yang bisa kuberikan adalah pikiranku. Dengan menulis, membuat konten MarhMello dan tentu saja praktek sebagai dokter gigi. InsyaAllah pikiranku akan diliputi hal yang baik-baik juga karena untuk melayani orang lain.

Inilah kebaikan yang akan aku lakukan dengan konsisten, kalau Kamu?

April 20, 2022 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Seorang istri, ibu, dan dokter gigi.

Follow Us

Labels

aliran rasa anak sehat ASI awareness bahagia belajar kesehatan gigi belajardarikesalahan bijak belanja breastfeeding bunda sayang campingground cerdas finansial cerebral palsy chconnect danaucermin dekorasi dokter gigi anak dongeng dzikir emosi empati financiallitercyforkids fiqih belanja fitrah estetika fitrahseksualitas flexibility game level 12 game level 4 game level 5 game level 6 game level 7 game level 8 gamelevel11 gaya belajar anak gigi anak goldenclueconnect guathejungleofknowledge hari 1 hari 10 hari 11 hari 12 hari 13 hari 14 hari 15 hari 16 hari 17 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hati healing hidup human model of the world hutankupucekatan I love to learn ibu bekerja ibu profesional ibu sehat IBUAGENPERUBAHAN IBUBERKOFERENSI ibuku dokterku ibuprofeional ibuprofesional Idul Fitri Ilovemath inimakananbesarku inimakananku institut ibu profesional institutibuprofesional jatuhbangun jeda jurnal30hari kamar kebaikan kebunapel kedekatan keluarga keluarga multimedia kesehatan kesehatan anak kesehatan gigi kesehatan keluarga kesehatan mental kesehatanmental KIP 2019 KLIP komunikasi komunikasi anak komunikasi produktif konflik kuliah bunda sayang Kuliah Bunsay IIP kuliahbundasayang lacakkekuatanmu learningbyteaching lebaran LEVEL 10 level 9 manajemenqalbu marah matharoundus melatih kecerdasan melatih kemandirian memaafkan memori mengajak sikat gigi menjadiyoutuber mental health menyapih menyikat gigi menyusui menyusui saat covid monster mood muhasabah mulai nulis NLP parenting pekanmentorship pengembangandiri pernikahan Personal mastery Personal Mastey personalmastery pertemuankeluargamanajemenwaktudangadget perubahan petaperjalananbelajar petualangmasadepan pohon literasi proses rasa tersambung resolusi tahun baru sabar sedekah sehat finansial sehat holistik sehat mental sehat sosial sehatfinansial selamat selflove Seminar semua anak adalah bintang Senyum sesal sharig is caring sikat gigi surahyunus tahap kepompong tahapkepompong tahapulat tantangan 10 hari tantangan10hari telurhijau telurmerah telurorange temukan cara belajarmu temukanterampillmu thebestversionofyou Think Creative tobat turning red

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2022 (20)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ▼  April (4)
      • Memahami Fiqih Shopping saat Lebaran
      • Menata hati dengan Menata Rumah
      • Mau bahagia, yuk sedekah!
      • Sehat mental dengan Sharing?
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (6)
  • ►  2021 (33)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (16)
    • ►  March (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  March (13)
    • ►  February (17)
    • ►  January (13)
  • ►  2019 (144)
    • ►  December (12)
    • ►  November (17)
    • ►  October (8)
    • ►  September (18)
    • ►  August (19)
    • ►  July (24)
    • ►  June (12)
    • ►  May (16)
    • ►  April (15)
    • ►  March (3)
  • ►  2018 (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)

Created with by ThemeXpose