Youtube Instagram
  • Home
  • Tentang Saya
  • Jadwal Praktek
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Kontak Kami

drg. Ayyum Berbagi

Dalam bukunya bu Okina Fitiriani, disebutkan ada berbagai cara membangun kedekatan, salah satunya yaitu fokus pada hal baik. 

Perbanyak memuji dan hilangkan mencela atau menegur yang tidak efektif. Saya akan berbagi cerita tentang anak saya. 

Ketika selesai bermain di Jogja Bay, anak saya yang pertama, Meira yang berumur enam tahun begitu tergoda melihat gula kapas atau arum manis berbagai macam karakter. 

Banyak anak yang membeli gulungan gula kapas besar berwarna-warni itu sehingga ia semakin ingin memilikinya walaupun ia tau orang tuanya kurang menyetujui itu. 

Awalnya saya dan suami memang tidak setuju sehingga Meira mulai diam, membelakangi kami, dan terdengar suara isakan kecil. 

Terakhir kali dia membeli gula kapas seperti itu sekitar dua tahun lalu. Mungkin saja momen ini bisa menjadi pendekatan bagi kami. 

Kami lalu membuat membuat kesepakatan dengan Meira. Pertama kami mengajak ia menyadari bahwa kandungan gula kapas itu hanya gula. 

Pengetahuan bahwa asupan gula terlalu banyak tidak baik bagi tubuh  sudah ia ketahui sejak lama dari buku bacaannya. 

Ia kadang juga ikut mendengar info tentang kesehatan yang didengar mamanya. 

Sehari-hari pun dia tidak mengonsumsi permen kecuali sesekali diberikan temannya. 

Jadi kami pikir tidak apa sekali ini jika ingin membeli gula kapas besar itu. Namun, kami perlu membuat kesepakatan. 

Berhubung ukuran gula kapas yang begitu besar, kami menawarkan dia perlu berbagi bersama anggota keluarga lainnya. 

Awalnya ia tidak mau, setelah diberi pilihan mau beli dan berbagi atau tidak beli sama sekali. Akhirnya ia menyetujuinya. 

Kemudian, tentu saja dia nanti perlu menyikat gigi dengan sungguh-sungguh karena gula itu begitu banyak dan lengket. 
Kalau ini dia langsung mengangguk. 

Akhirnya Meira membeli gula kapas itu bersama ayahnya sedangkan saya menunggu di mobil bersama adiknya. 

Ketika mereka tiba menghampiri kami, raut wajah Meira sudah berubah. Sumringah merekah memainkan gula kapas yang dibungkus dengan plastik besar. 

Saya pun bertanya berapa harganya ke suami. Suami bilang, "empat puluh ribu."
Kaget saya mendengarnya. 

Begitu juga mbak Nanda, asisten kami langsung bilang bahwa sayang uang segitu. 

Alhamdulillah saat itu saya tidak terpancing mencela, menegur atau marah- marah. 

Maklum ya Ibu-Ibu dikala mau irit pasti shock kalau ada uang yang rasanya terbuang untuk hal yang ga penting. Hihihi. 

Oke. Gula kapas mungkin ga penting bagi kita, tapi mungkin pada saat itu penting bagi anak saya. 

Momen yang dia ingat tentang gula kapas ketika dulu kami di Jogja Expo Center, membeli hamster yang imut. 

Saat ini saya perlu menciptakan momen bersama anak, membayar hutang pengasuhan selama saya belum optimal membersamainya dua tahun ini. 

Jadi, yang perlu saya lakukan adalah memberi pengertian bahwa uang empat puluh ribu rupiah itu adalah uang yang sangat banyak. 

Sebenarnya uang itu bisa digunakan untuk apa, dikaitkan dengan uang di celengan yang dia punya butuh waktu untuk bisa mengumpulkan sebanyak itu. 

Oke. Sampai di rumah, setelah makan malam barulah boleh memakan gula kapas. 

Itulah aturan di rumah kami, makanan utama prioritas. Jika ada makanan lain bisa dikonsumsi setelah itu. 

Ayah, mama dan Meira pun makan gula kapas dengan riang. Kedekatan bertambah. Alhamdulillah.. 

Alhamdulillah adik Hiro sudah tidur sehingga selamat dari gula kapas. Hehe
Kami tidak langsung sikat gigi, perlu menunggu sekitar 30 menit agar suasana mulut menjadi netral. 

Namun, selama menunggu ternyata kami sudah terlalu lelah. Akhirnya mama dan ayah tertidur tanpa sikat gigi. Hahaha  

Saya terbangun tengah malam dan baru menyikat gigi saat itu. Saya pikir, "Yah.. Semuanya ga sikat gigi deh." Ada rasa kecewa. 

Besoknya saya coba bicara ke Meira. Eh.. Ternyata dia katanya sudah sikat gigi...
Saya tanya kapan? Katanya ketika mama tidur. 

Apa dia sikat sama ayah? Katanya ayah juga tidur. Berarti kakak sikat gigi sendiri? 
Iya. 

Waaaah.. Saya mendengar itu bahagia banget. Anaknya menepati janjinya. Saya puji dan saya katakan bangga kepadanya  

This is about TRUST. 
Bukannya ini yang ingin dicapai dalam pendekatan? 

Alhamdulillah.. Jika kita fokus pada hal yang baik, InsyaAllah akan terjadi hal baik juga. 

Dari kejadian di atas, ada beberapa hal baik yang bisa kita petik. Mulai dari pengendalian diri, negosiasi, keuangan, dan kemandirian hingga akhirnya trust yang didapatkan. 

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi bunda ya.. Semoga kita bisa melatih diri kita untuk fokus pada hal yang baik-baik. Aamiin. 
January 10, 2022 No comments
Penolakan adalah tanda bahwa kedekatan dan kepercayaan belum terbangun dengan baik. 

Anak menolak diajak sikat gigi ataupun menolak melakukan hal lain kemungkinan besar karena belum dekat. 

Seperti halnya Bunda dan suami. Sebelum melanjutkan ke jenjang pernikahan perlu membangun  kedekatan dan kepercayaan dulu kepada calon suami dan keluarganya kan...

Nah sama dengan anak, ternyata kita juga perlu melakukan pendekatan. Walaupun kita tahu itu anak kandung kita, belum tentu kita tahu apakah mereka merasa dekat dengan kita. 

Apakah selama ini kita sebagai tempatnya berlabuh ketika perasaannya sedang kalut? 

Apakah selama ini ia mau membuka dirinya, bercerita kegiatannya tanpa diminta? 

Apakah selama ini kita cukup waktu untuk membersamainya? 

Apakah selama ini waktu yang digunakan bersamanya sudah berkualitas? 

Apakah selama kita bersamanya jiwa kita juga hadir menemaninya? 

Jika belum, mungkin kita bisa memulai pendekatan ini dari diri kita sendiri dulu. 
Saya pernah mencoba teknik ini, Bunda juga bisa mencobanya. 

Pertama, Bunda ambil posisi yang nyaman.. Bunda bisa pejamkan mata dan atur nafas. 

Hadirkan orang yang ingin menyambung kembali komunikasi atau kuatkan komunikasi dengannya. 

Hadirkan ia di hadapan bunda, lalu tanyakan ke diri Bunda. Apa yang sebenarnya menghalangi untuk menguatkan komunikasi dengannya. 

Tanyakan pada diri bunda. 
Izinkan diri bunda untuk melepaskan penghalang. 

Katakan pada diri, "saya mengizinkan dan memutuskan diri saya untuk melepaskan penghalang."

"Saya izinkan untuk menyambungkan kembali komunikasi dengan orang ini."
Rasakan penghalang yang selama ini menghalangi Bunda keluar dan lepas. 

Bayangkan Bunda tersambung dengan orang tersebut saat ini. Katakan padanya "saya mengizinkan diri saya untuk menghadirkan rasa tersambung dengan orang ini."

Saya menyiapkan ini untuk kehidupan saya yang lebih baik ke depannya. Rasakan rasa fisik ini menguat antara bunda dan orang ini. 

Bayangkan rasa tersambung ini dalam bentuk yang terbayangkan oleh anda. 
Boleh dalam bentuk jembatan atau tali yang menghubungkan bunda dan anak. 

Ataupun berupa ikatan yang mengikat bunda berdua. 
Apapun bentuknya itu. 
Rasakan rasa tersambung ini menguat sehingga bunda merasakan bisa berkomunikasi lebih baik dengannya. 

Izinkan rasa tersambung ini menguat, semakin membaik dan sesuai dengan apa yang Bunda harapkan. 

Jika sudah dirasa cukup, tarik nafas panjang. Kembali hadir di sini. 
  
Bagaimana perasaan Bunda terhadap sang anak sekarang? Semoga perasaan Bunda semakin mendorong untuk melakukan pendekatan ke anak ya bund.. 

AKSI

Langkah pertama yang saya lakukan dengan suami adalah menyediakan WAKTU. 

Setelah jalan pagi, sarapan bersama, saya dan suami mengajak anak-anak menggelar alas di rumput halaman belakang rumah. 

Kami membawa sikat gigi, odol dan gelas untuk berkumur. Oh iya, sikat gigi yang menyenangkan tidak harus di kamar mandi kok.. 

Kami duduk di alas yang terhampar di rumput, disinari matahari pagi yang masih hangat. 

Semua anggota keluarga memegang sikat giginya masing-masing. Ayah, mama, kakak dan bayi 16 bulan turut bersiap memeriahkan 'piknik' sikat gigi ini.. 

Odol sudah dioleskan, mulut sudah menyengir lebar. Gelas tampungan sudah siap... Mulaiiiiii. 

"Sruk.. Sruk.. Srukk.. " Kami semua melakukan ritual pagi yang menyenangkan. 

Sesekali berbicara dengan mulut berbusa dan menampung limpahan busa dari pasta gigi cukup menyenangkan juga. 

Si bayi pun ikut-ikutan menyikat giginya walaupun bisa dipastikan sikatnya belum menyapu sempurna giginya. Hihihi

Cara ini sangat manjur! Semua bisa sikat gigi dengan riang, tanpa paksaan, dan jelas memberikan pengalaman berbeda bagi anak. 

Kami merasa lebih dekat dan lebih hangat.. Sikat gigi bersama-sama malam harinya pun kami lanjutkan di kamar. 

Kebersamaan membuat kami lebih dekat. Minat menyikat gigi pun meningkat. 
Semoga yang kami lakukan menjadi inspirasi yang bermanfaat. Aamiin





January 09, 2022 No comments

" Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (Q.S Al Kahf:68) 

Bismillahirrahmanirrahim.. 

Hai Bunda, gimana perasaannya setelah membaca tulisan saya sebelumnya? 
Apakah pelajaran yang bisa kita dapatkan? 

Saya harap semoga lewat tulisan saya ada secercah cahaya yang masuk ke dalam hati Bunda ya... Aamiin.

Oke, kalau di tulisan sebelumnya saya membahas salah satu penyebab anak sulit diajak sikat gigi adalah peta antara ibu dan anak yang belum tersampaikan dan dipahami satu sama lain. 

Kali ini ini kita coba akan membahas kelanjutannya.. 
Sebenarnya apa sih yang paling penting dalam komunikasi kita? 

Yuk.. Yuk.. Cek perasaan lagi sekarang.. Siap membuka hati untuk belajar bersama? 
Here we go !!! 

Dalam komunikasi, perlu ada TUJUAN yang spesifik. 
Misalnya, anak paham kalau dia tidak mau menyikat gigi sekarang dia perlu menyampaikan kapan persisnya dia akan menyikat giginya. 

Tujuannya adalah agar si anak tetap menyikat giginya. Kita kan jadi tahu kondisi yang diinginkannya. 

Kita bisa peka terhadap ekspresi dan gesturenya. Kita bisa memahami latar belakang mengapa ia belum mau sikat gigi dan kita bisa fleksibel menghadapinya. 

Ternyata anak mau sikat gigi setelah menyelesaikan bacaannya. Dari sini kita bisa tahu cara ngomongnya gimana. 

"Kakak selesai bacaannya kira-kira berapa menit lagi? " Kita tanyakan ke anak. 
"Lima belas menit lagi ma." Jawabnya. 
"Oke. Nanti lima menit sebelum waktunya selesai mama ingetin ya.. " Sambil kita belai kepalanya. 

Nah. Kita bisa bicara dengan tambahan memenuhi BAHASA CINTAnya. Bahasa cinta ini salah satu kunci agar pesan kita bisa diterima. 

Bahasa cinta itu ada berupa pujian atau kata-kata positif, kebersamaan atau quality time, hadiah, pelayanan, dan sentuhan fisik. 

Misalnya, cara bicara di atas anak yang bahasa cintanya sentuhan fisik. Kita sambil belai kepalanya. 

Jika bahasa cintanya pujian kita bisa menambahkan kalimat, "wah. Rajin sekali anak mama baca buku. Mama bangga deh kakak rajin. Mama tambah bangga kalau kakak juga rajin sikat gigi."

Jika bahasa cintanya kebersamaan. Bunda bisa menemani membaca buku dulu sampai selesai, kemudian sikat gigi bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. 

Jika bahasa cintanya hadiah, bunda bisa membuat reward chart untuk membangun kebiasaan menyikat gigi selama 30 hari. 

Anak akan mendapat "bintang" tiap kali selesai menyikat gigi pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. 

Jika bintang sudah penuh, anak bisa mendapat reward sesuai kesepakatan sebelumnya. 

Untuk anak yang bahasa cintanya pelayanan, anak suka melayani maupun dilayani. 

Bunda bisa membawakan ataupun menyediakan set sikat maupun pasta gigi kesayangannya. 

Wah.. Ternyata bentuk komunikasi itu bisa beragam cara ya bund.. Yang penting tujuannya tercapai, anak mau sikat gigi. Hehe.

Jika cara-cara di atas belum berhasil, InsyaAllah akan ada banyak cara jika tujuan kita pasti. 

Jika dalam sehari minimal kita sikat gigi dua kali sehari. Insyaa Allah akan ada 60 cara untuk anak bisa menyikat giginya selama sebulan. 

Dr.Albert Mehrabian (1971) menyatakan bahwa elemen yang paling berpengaruh adalah bahasa tubuh 55%, kemudian intonasi suara 38%, terakhir kata yang diucapkan hanya berpengaruh 7%. 

Penting diingat, ketika kita mengajak anak menyikat gigi adalah bahasa tubuh kita ya Bund.. 

Jadi sebenarnya percuma juga kalau kita cerewet yah.. Pesannya cuma nyampe 7% ternyata.. Huhu. 

Untuk anak yang cara belajarnya tipe visual.. Boleh banget kita coba bermacam ekspresi bund.  Bisa jadi malah membuat atmosfer yang menyenangkan. 

Untuk anak yang tipe auditori (suka dengan nada), Bunda perlu hati-hati dan menyadari kalau nada suara bunda sudah meninggi. Ups.. Setel kalem lagi ya bund. Hihi. 

Alih-alih menyalahkan anak, coba kita ingat-ingat lagi ucapan kita ketika mengajak anak sikat gigi. 

Apakah tujuan komunikasi kita tercapai?
Apakah cara menyampaikan pesan kita sudah sesuai?
Bagaimana respon anak ketika kita ajak komunikasi?
Apa yang bisa bunda pelajari dari proses komunikasi ini?
Terakhir bagaimana langkah selanjutnya jika cara hari ini belum berhasil? 

Kira-kira demikian, yang bisa kita coba pahami dalam mengajak anak menyikat giginya. 

Semoga bermanfaat dan tetap semangat belajar bersama ya Bunda
Terima kasih telah membaca tulisan saya. 

Semoga kita semua bisa berkomunikasi yang lebih baik lagi untuk anak dan keluarga kita. Aamiin. 


Yogyakarta, 7 Januari 2022

-Dentist mama-





January 07, 2022 No comments
Assalamu'alaikum wr.wb. 

Kuteringat peranku sebagai dokter berkewajiban mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam lingkaran terkecil, untuk keluarga dan untuk diri sendiri. Mungkin ini.langkah kecil untuk aksi yang besar. 

Aku adalah dokter gigi yang sedang cuti selama pandemi. Mendapat nur untuk memilih memprioritaskan sang buah hati.

Sampa hari ini aku telah mengatur asupan gizi. Mengikuti hello healthy untuk support system diri. 

Namun ada satu masalah yang memberatkan hati. Ya.. Masalah gigi. Gigi si bayi. 

Bayi kuat, Hiro ini dalam pikiranku tadi sangatlah sulit. Apa2 sulit. Makan sulit, sikat gigi sulit. Ku tahu aku tak pantas berpikir seperti itu. 

Apalagi di saat periode pra menstruasi. Dimana terjadi gejolak emosi. Diriku sangat frustasi. 

Pernah terpikir jelek beberapa Bulan lagi, aku merasa tidak becus sebagai dokter gigi. Bagaimana mau berbagi jika anak.sendiri tidak bisa diatasi. 

Aku tahu jika aku berhasil mengatasi ini akan menjadi solusi bagi ibu2 lainnya. Semoga aku berhasil menjalaninya. 

Namun kutahu, Allah SWT selalu memberi petunjuk. Aku berdoa terus, aku pasrah meminta pertolongannya. 

Sampai terjadi hari ini, ketika ku sudah lelah. Kuajak dirku dan Hiro berbaring di kasur. 

Ku ingin mengambil nafas sejenak, kuingin menenangkan sejenak. Hiro pun posisi nenen. 

"Oh tadi dia dah cemil buah. Gapapa dia tidur." Lalu kusetel audio afirmasi positif selama 5 menit. Akupun.mulai rileks.. 

Jumat, waktu bersih berkah. 
Hiro sudah tertidur. "Aha. Gimana aku coba membersihkan giginya."

Kuambil set alat scaler yang tinggal tiga peninggalan masa koas. Sudah kusterilan tadi. Aku pun.menyiapkannya dengan tisu.

Aku sentuh dengan sangat hati-hati bibir mungil bayi yang sangat menggemaskan ini wajahnya ketika tidur. 

Kucoba melenggangkan alat scaler manual, menyapu plak secara perlahan seperti menyapu dedaunan yang berserakan. Wkwkw. 

"Astaghfirullah. Tebal sekali plaknya " batinku. Sisa kacang tadi malam dan sarapan alpikat, susu, kacang almond tadi. 

Yah jelas timbunan plak itu juga dari plak sejak beberapa bulan lalu. Momen dimana kebersihan giginya terabaikan. 

Yah.. Qadarullah. Situasi saat ini berbeda dari dulu. Aku waktu itu harus dibantu orang lain dalam mengasuh Hiro berhubung fase penyembuhanku. 

Akibatnya kelalaian dalam pembersihan gigi yang optimal. Kekurang gigihan membersihkan gigi ketika anaknya ga mau sikat gigi. 

Gigi hiro white spot dan karies kecil! Jder. Serasa disambar gledek. "Ok. Masih bisa diselamatkan, belum terlambat, fokus pada solusi." Aku menenangkan diri sendiri. 

Masih banyak gigi anak orang lain yang lebih parah. Hiburku maksa. Hahahaha. 

Ya malulah secara mamanya dokter gigi, masa gigi anaknya rusak. Itu pikirku waktu itu. 

Cuma ini rencana Allah SWT. Yang seperti kubilang tadi, mungkin Allah ingin aku lebih menjiwai posisi sebagai ibu-ibu awam. 

Okeee. Tenang. Balik ke pembersihan dengan scaler tadi. Alhamdulillah bisaaaa.. Yeaayy aku senang sekali... 

Habis pake alat supra gingiva, kemudian lanjut yang subgingiva

Kucoba lagi dengan sikat.gigi interdental. Hmm.ga terlalu bisa masuk ke celahnya krn mungkin ni sikat untuk gigi dewasa. 

Kalau misalnya scaler interdentalku masih ada mungkin bisa. Huhuhu. Kuteringat peraltanku, kaca mulut warna-warni yang udah tercecer ntah di RStempat aku bekerja sebelumnya. Huhu. 

Kuingin bersihin lagi. Kuambil kassa dan sikat gigi. Apakah berhasil? 
Jreng... Jreng no. Kepala hiro geleng-geleng.

Kok bisa ya? Padahal tidur. Kuteringat meira dulu pun gtu. Juga susah saat bersihin pas tidur. 

Ternyata yang efektif si alat scaler ini. Hoho. Karena bentuk ujungnya kecil. Jadi si bayi ga berasa. 

Kalo jari emaknya atau sikat gigi langsung berasa yak krn gede. Wkwkw. 

Ahaa! Jadi ide bisnis ni. Bisaaa ga siih kalo.aku bikin produk scaler yang aman dipake iBu2 untuk bersihin gigi bayinyaaa.. 

Yang pake silicon gtu ssih. Ttp ad part tajam tapi yang aman buat gusi. Trus warna2 nya bagus kayak peralatan2 masak warna warniny yang cute itu. Wkwkw

Cuma kerja sama dengan siapa yaaa? Toeeeeng. Big question. Thomasong?

Terus tadi juga mau aplikasikan clinpro varnish.. Yang berhasil cuma gigi atas. Itupun ga semua. 

Semangat. Nanti malam lanjut lagi!

Terus atur rencana lagi. Kalau dipikir2, kalau memang susah sikat gigi atau kassa ketika si anak ni melek. 

Memang pas anak tidur utk dpt gigi bersih. Itu pun pake scaler. 
Yah waktu memang habis di situ. 

Ketika biasanya pikiran, mumpung anak tidur bisa ini itu. Yah kalo.udah kasus kayak gini mesti ada yang dilepas. 

Untuk.mendapatkan sesuatu perlu ada yang dilepas dan diikhlaskan. Teringat kata hughes. Hihi. 

Ya daripada plaknya makin banyak... Daripada gigi anaknya makin rusakk...
Prioritas manaaa?

Yah lagi-lagi pilihan. 
Saya merasa ini tugas saya, salah satu misi hidup saya. 

Kenapa saya diberi ilmu tentang kesehatan gigi. Kenapa saya saat ini disuruh Allah SWT seluruhnya untuk keluarga saya. 

Oke jalankan! 
Bicara ke suami tentang strategi yang kurencanakan. 

Pertama, kondisi anak susah disikati giginya, aku anggap aj risiko karies tinggi. 
Supaya hasinya maksimal. Hehhehe

Jadi pendekatannya yaitu dari jenis makanan dulu. Hiro ikut makanan sehat aja. Yoghurt yang no sugar aja. 

cemil juga banyakin buah aj. Biskuit atau yang manis-manis itu perlu sangat dikurangi. Komunikasikan ke katering ga usah pake cemilan lahi. 

Kedua, disiplin bersihkan kalau dia tidur. Berarti selalu sediakan scaler. 
Terus tetap lah habis sarapan diajak sikat atau lap pake kassa. 

Ketiga, oles varnish fluoride 3 bulan sekali. Karena ngejer remineralisasi. 

Keempat, sikat gigi bareng2 semuanya. Riang. Senang. Ciptakan atmosfer. 

Kelima, bacakan cerita gigi, roleplay sikat gigi boneka kenkou, 

Keenam, ayo bikin produk eskrim probiotiiiiik! 


January 07, 2022 No comments
Bismillahirrahmanirrahim. 

"Anakku kok sulit disuruh sikat gigi sih?"
"Ih kok dari tadi diajak sikat gigi masih main juga sih ?!"  Banyak tingkah anak lainnya yang kadang membuat ibu keluar sungutnya. 

Sebenarnya, apa yang terjadi dalam kejadian tersebut? 
Sadarkah bunda itu adalah bentuk komunikasi kita? 
Apa itu komunikasi?

Komunikasi berdasarkan KBBI ( Kamu Besar Bahasa Indonesia) adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; 

Kalau kita cermati, kejadian di atas pesan belum dipahami dan terima si anak. Mengapa bisa terjadi demikian? 

Tahukah bunda, bahwa setiap insan memiliki "Peta" atau cara berpikirnya masing-masing. Termasuk anak kita. 

Selama ini kita berpikir bahwa anak kita adalah manusia yang bisa kita "atur". Padahal mereka memiliki cara main tersendiri dalam "peta" mereka. Begitupun kita, para orang tua.

Manusia merespon peta pikiran mereka, bukan wilayah. Dimana wilayah merupakan kejadian keseluruhan. 

Tidak jarang dalam sebuah kejadian, selalu ada dua versi cerita bahkan lebih 'kan.. Hal itu disebabkan semua manusia punya petanya masing-masing. 

Awalnya kejadian ditangkap oleh indera penglihatan, pendengaran ataupun penciuman, peraba, dan perasa. 

Kemudian informasi yang masuk diproses. Bisa dihilangkan (delesi), ada yang dihubung-hubungkan dengan kejadian sebelumnya (distorsi), dan ada yang disamakan (generalisasi). 

Belum lagi ada keyakinan atau belief pengalaman masa lalu yang juga berperan dalam memaknai sebuah kejadian. 

Misalnya, saat Bunda mengajak si kecil sikat gigi dengan nada tinggi, memburu-buru, memarahi, ataupun menakut-nakuti. 

Sama caranya ketika bunda menyuruh anak merapikan mainan yang berserakan di lanta.

Kejadian yang ditangkap si anak bisa jadi men-generalisasi ucapan atau kalimat yang disampaikan bunda hanya omelan. 

Bisa jadi informasi "ajakan sikat gigi, sikat gigi itu penting untuk menjaga kesehatan gigi" itu hilang.. 

Sudah terselimuti pemikiran, "Bunda ngomel terus."

Bisa jadi juga dalam pikiran si anak menghubungkan dengan kejadian sebelumnya ketika menyikat gigi. 

Ketika giginya disikatin, gusinya rasanya sakit karena sikat yang terlalu keras sehingga ia enggan menyikat gigi. 

Hal-hal yang ada dalam petanya tersebut akan memunculkan pemikiran seperti, "Bunda ngomel terus, kalau aku sikat gigi nanti sakit." 

Pemikiran ini akan mempengaruhi perasaannya. Rasa tidak nyaman karena diomeli, rasa kesal, ataupun takut sakit. 

Perasaan ini mempengaruhi respon tubuh (fisiologi) dan juga perilaku. Anak malah menjauh atau menutup mulutnya. Sehingga akhirnya ga mau sikat gigi. 

Nah kira-kira seperti kalau kita lihat dari peta anak. Peta kita pun demikian bunda..


Kejadian anak tidak mau diajak sikat gigi, 
Dalam pikiran bisa jadi kita hapus (delesi) perilaku anak yang baik. 

Bisa jadi kita anggap sama dengan perilaku anak yang tidak menurut, tidak merapikan mainannya dengan segera. 

Menghubungkannya dengan perilaku lainnya yang tidak mau makan, tidak mau mandi, hal-hal yang bikin emaknya spanning. Hihi. 

Yang muncul di pikiran apaaa, Bund?
Seperti yang di atas tadi. 

"Uh.. Anakku susah diajak sikat gigi. "
"Ni anak ga tau emaknya perlu segera berangkat kerja."
"Ni anak bertele-tele."

Atau bahkan jahatnya kita melabel anak ya bund.. Astaghfirullah..
Padahal ini peta kita SENDIRI!

Yuk, cek perasaan bunda ketika muncul pikiran itu di kepala. Gimana rasanya?
Apakah bunda merasa kesal, marah, khawatir atau apa? 

Kita cek lagi nafas kita bagaimana, semakin memburu atau tidak, coba bunda lihat ke cermin perubahan wajah bunda. 

Itulah yang diliat anak, Bund..
EKSPRESI bunda.... 

Sekarang bunda coba seolah-olah memutar rekaman suara bunda ketika mengajak anak sikat gigi. 

Itulah suara yang DIDENGARKAN anak, Bund..
Menyenangkan atau sebaliknya suara itu?
Menentramkan atau justru mengkhawatirkan. Bahkan menakutkan?

Coba bunda amati ekspresi anak bunda ketika diajak sikat gigi. 
Lihat cara nafasnya,
Lihat perubahan otot wajahnya, 
Perunahan bibir bawahnya,

Dengarlah perubahan suaranya,
Perubahan intonasi suaranya,
Kata apakah yang diulang-ulangnya?

Mungkin sesekali kita boleh meniru ekspresi dan gerak tubuh si anak agar kita memahami apa yang mereka rasakan. 

Dari kita memahami terlebih dahulu, perasaan kita akan lebih baik ketika anak belum mau diajak sikat gigi. 

Perilaku kita pun akan mendukung untuk membuat cara baru yang akan diterima anak dalam menyikat giginya. 

Dengan demikian, kita bisa terus berlatih untuk kreatif mengajak anak sikat gigi dengan cara yang menyenangkan
 
Selamat mencoba bunda. Semoga tulisan ini bermanfaat. Aamiin. 

Dentistmama. 

5 Januari 2022



 


January 05, 2022 No comments
Bismillahirrahmanirrahim..

Agustus 2020, saat kehamilan 9 bulan aku menantang diriku untuk mencoba menulis. Menulis untuk yang pertama kali dalam balutan buku antologi. 

"Menyapih dengan Cinta". Ya itulah karya tulisan pertamaku. Aku berharap akan menteskan karya-karya bermanfaat lainnya. 

Tulisanku di tahun lalu berupa jurnal pembelajaranku selama perkuliahan Bunda Cekatan di Institut Ibu Profesional. 

Aku menulis syair selama 30 hari tentang "Personal Mastery". Pengendalian diri terhadap situasi dan kondisi yang kadang menyayat hati. Eaak.

Lantas, tahun 2022 mau buat karya apa? 
Hmm.. Sejujurnya belum terpikirkan buat apa. Biasanya karya itu dibuat mengikuti arus kehidupan. Wkwkwk

Sampai pada akhir tahun 2021. Ada pengumuman yang menarik perhatianku dalam grup HIMA Trancity Yogyakarta, grup dimana mahasiswi Institut sedang cuti kuliah. 


"Yeay!

Pendaftaran KLIP 2022,

Sudah dibuka.

Jangan sampai terlewat ya,🤗

 29 Desember 2021 - 19 Januari 2022.

Mari bersama-sama meningkatkan jam terbang menulis kita.

Karena menulis, perkara berlatih.

Yuk, berlatih konsistensi menulis bersama KLIP.

#KelasLiterasiIbuProfesional
#ibuprofesional2021
#ibuprofesionalforindonesia
#semestakaryauntukindonesia
#womenincooLABoration
#IP4ID2022
#KLIP2022MengantarCahaya "


Begitulah pengumumannya. Sejak tanggal 29 Desember 2021. Namun, aku baru mendaftar hari ini, tanggal 4 Januari 2022. Hahaha.

Kenapa sih lama amat daftarnya? 

Pertama, jelas masih ada sedikit unsur penundaan. Sehingga memprioritaskan kegiatan lain. Huhu. 

Kedua, masih terbawa suasana tahun baru. Wkwkw

Ketiga, perlu mengendus apa saja yang dilakukan jika bergabung dengan KLIP

Keempat, perlu diskusi dengan suami. 

Terakhir, barulah memutuskan perkara. 

Panjangdaah.... Hihihi

Walaupun terpotong 3 hari, saya tidak menyesal dengan pertimbangan yang saya lakukan. Berhubung ini adalah komitmen selama 1 tahun ke depan. 

"Karena menulis perkara berlatih."

Ringan namun dalam maknanya. Saya langsung terbayang penulis ternama karena terus berlatih, terus menambah jam terbang. Saya mau mulai dari mana?

Bismillah.. Mungkin di sini titik start saya. Semoga saya bisa komitmen menulis selama satu tahun penuh, setiap hari di pagi hari untuk membawa cahaya pagi. Aaamiin. 

Sekian tulisan perdana saya di tahun 2022 ini. Semoga apa saja yang saya tuliskan nanti bisa menjadi karya untuk semesta. Aamiin. 


January 04, 2022 1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Seorang istri, ibu, dan dokter gigi.

Follow Us

Labels

aliran rasa anak sehat ASI awareness bahagia belajar kesehatan gigi belajardarikesalahan bijak belanja breastfeeding bunda sayang campingground cerdas finansial cerebral palsy chconnect danaucermin dekorasi dokter gigi anak dongeng dzikir emosi empati financiallitercyforkids fiqih belanja fitrah estetika fitrahseksualitas flexibility game level 12 game level 4 game level 5 game level 6 game level 7 game level 8 gamelevel11 gaya belajar anak gigi anak goldenclueconnect guathejungleofknowledge hari 1 hari 10 hari 11 hari 12 hari 13 hari 14 hari 15 hari 16 hari 17 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hati healing hidup human model of the world hutankupucekatan I love to learn ibu bekerja ibu profesional ibu sehat IBUAGENPERUBAHAN IBUBERKOFERENSI ibuku dokterku ibuprofeional ibuprofesional Idul Fitri Ilovemath inimakananbesarku inimakananku institut ibu profesional institutibuprofesional jatuhbangun jeda jurnal30hari kamar kebaikan kebunapel kedekatan keluarga keluarga multimedia kesehatan kesehatan anak kesehatan gigi kesehatan keluarga kesehatan mental kesehatanmental KIP 2019 KLIP komunikasi komunikasi anak komunikasi produktif konflik kuliah bunda sayang Kuliah Bunsay IIP kuliahbundasayang lacakkekuatanmu learningbyteaching lebaran LEVEL 10 level 9 manajemenqalbu marah matharoundus melatih kecerdasan melatih kemandirian memaafkan memori mengajak sikat gigi menjadiyoutuber mental health menyapih menyikat gigi menyusui menyusui saat covid monster mood muhasabah mulai nulis NLP parenting pekanmentorship pengembangandiri pernikahan Personal mastery Personal Mastey personalmastery pertemuankeluargamanajemenwaktudangadget perubahan petaperjalananbelajar petualangmasadepan pohon literasi proses rasa tersambung resolusi tahun baru sabar sedekah sehat finansial sehat holistik sehat mental sehat sosial sehatfinansial selamat selflove Seminar semua anak adalah bintang Senyum sesal sharig is caring sikat gigi surahyunus tahap kepompong tahapkepompong tahapulat tantangan 10 hari tantangan10hari telurhijau telurmerah telurorange temukan cara belajarmu temukanterampillmu thebestversionofyou Think Creative tobat turning red

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2022 (20)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ▼  January (6)
      • KLIP- Day 6- Saatnya Membangun Kedekatan (Part 2)
      • KLIP- Day 5- Saatnya Membangun Kedekatan (Part 1)
      • KLIP Day 4- Mengapa Anakku Tidak Mau Diajak Sikat ...
      • KLIP Day 3- Jurnal IBuku dokterku. manajer kesehat...
      • KLIP Day 2 - Mengapa Anakku Tidak Mau Diajak Sikat...
      • KLIP Day 1 - Kita Mulai lagi
  • ►  2021 (33)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (16)
    • ►  March (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  March (13)
    • ►  February (17)
    • ►  January (13)
  • ►  2019 (144)
    • ►  December (12)
    • ►  November (17)
    • ►  October (8)
    • ►  September (18)
    • ►  August (19)
    • ►  July (24)
    • ►  June (12)
    • ►  May (16)
    • ►  April (15)
    • ►  March (3)
  • ►  2018 (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)

Created with by ThemeXpose