KLIP Day 2 - Mengapa Anakku Tidak Mau Diajak Sikat Gigi? part.1

by - January 05, 2022

Bismillahirrahmanirrahim. 


"Anakku kok sulit disuruh sikat gigi sih?"
"Ih kok dari tadi diajak sikat gigi masih main juga sih ?!"  Banyak tingkah anak lainnya yang kadang membuat ibu keluar sungutnya. 

Sebenarnya, apa yang terjadi dalam kejadian tersebut? 
Sadarkah bunda itu adalah bentuk komunikasi kita? 
Apa itu komunikasi?

Komunikasi berdasarkan KBBI ( Kamu Besar Bahasa Indonesia) adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak; 

Kalau kita cermati, kejadian di atas pesan belum dipahami dan terima si anak. Mengapa bisa terjadi demikian? 

Tahukah bunda, bahwa setiap insan memiliki "Peta" atau cara berpikirnya masing-masing. Termasuk anak kita. 

Selama ini kita berpikir bahwa anak kita adalah manusia yang bisa kita "atur". Padahal mereka memiliki cara main tersendiri dalam "peta" mereka. Begitupun kita, para orang tua.

Manusia merespon peta pikiran mereka, bukan wilayah. Dimana wilayah merupakan kejadian keseluruhan. 

Tidak jarang dalam sebuah kejadian, selalu ada dua versi cerita bahkan lebih 'kan.. Hal itu disebabkan semua manusia punya petanya masing-masing. 

Awalnya kejadian ditangkap oleh indera penglihatan, pendengaran ataupun penciuman, peraba, dan perasa. 

Kemudian informasi yang masuk diproses. Bisa dihilangkan (delesi), ada yang dihubung-hubungkan dengan kejadian sebelumnya (distorsi), dan ada yang disamakan (generalisasi). 

Belum lagi ada keyakinan atau belief pengalaman masa lalu yang juga berperan dalam memaknai sebuah kejadian. 

Misalnya, saat Bunda mengajak si kecil sikat gigi dengan nada tinggi, memburu-buru, memarahi, ataupun menakut-nakuti. 

Sama caranya ketika bunda menyuruh anak merapikan mainan yang berserakan di lanta.

Kejadian yang ditangkap si anak bisa jadi men-generalisasi ucapan atau kalimat yang disampaikan bunda hanya omelan. 

Bisa jadi informasi "ajakan sikat gigi, sikat gigi itu penting untuk menjaga kesehatan gigi" itu hilang.. 

Sudah terselimuti pemikiran, "Bunda ngomel terus."

Bisa jadi juga dalam pikiran si anak menghubungkan dengan kejadian sebelumnya ketika menyikat gigi. 

Ketika giginya disikatin, gusinya rasanya sakit karena sikat yang terlalu keras sehingga ia enggan menyikat gigi. 

Hal-hal yang ada dalam petanya tersebut akan memunculkan pemikiran seperti, "Bunda ngomel terus, kalau aku sikat gigi nanti sakit." 

Pemikiran ini akan mempengaruhi perasaannya. Rasa tidak nyaman karena diomeli, rasa kesal, ataupun takut sakit. 

Perasaan ini mempengaruhi respon tubuh (fisiologi) dan juga perilaku. Anak malah menjauh atau menutup mulutnya. Sehingga akhirnya ga mau sikat gigi. 

Nah kira-kira seperti kalau kita lihat dari peta anak. Peta kita pun demikian bunda..

Kejadian anak tidak mau diajak sikat gigi, 
Dalam pikiran bisa jadi kita hapus (delesi) perilaku anak yang baik. 

Bisa jadi kita anggap sama dengan perilaku anak yang tidak menurut, tidak merapikan mainannya dengan segera. 

Menghubungkannya dengan perilaku lainnya yang tidak mau makan, tidak mau mandi, hal-hal yang bikin emaknya spanning. Hihi. 

Yang muncul di pikiran apaaa, Bund?
Seperti yang di atas tadi. 

"Uh.. Anakku susah diajak sikat gigi. "
"Ni anak ga tau emaknya perlu segera berangkat kerja."
"Ni anak bertele-tele."

Atau bahkan jahatnya kita melabel anak ya bund.. Astaghfirullah..
Padahal ini peta kita SENDIRI!

Yuk, cek perasaan bunda ketika muncul pikiran itu di kepala. Gimana rasanya?
Apakah bunda merasa kesal, marah, khawatir atau apa? 

Kita cek lagi nafas kita bagaimana, semakin memburu atau tidak, coba bunda lihat ke cermin perubahan wajah bunda. 

Itulah yang diliat anak, Bund..
EKSPRESI bunda.... 

Sekarang bunda coba seolah-olah memutar rekaman suara bunda ketika mengajak anak sikat gigi. 

Itulah suara yang DIDENGARKAN anak, Bund..
Menyenangkan atau sebaliknya suara itu?
Menentramkan atau justru mengkhawatirkan. Bahkan menakutkan?

Coba bunda amati ekspresi anak bunda ketika diajak sikat gigi. 
Lihat cara nafasnya,
Lihat perubahan otot wajahnya, 
Perunahan bibir bawahnya,

Dengarlah perubahan suaranya,
Perubahan intonasi suaranya,
Kata apakah yang diulang-ulangnya?

Mungkin sesekali kita boleh meniru ekspresi dan gerak tubuh si anak agar kita memahami apa yang mereka rasakan. 

Dari kita memahami terlebih dahulu, perasaan kita akan lebih baik ketika anak belum mau diajak sikat gigi. 

Perilaku kita pun akan mendukung untuk membuat cara baru yang akan diterima anak dalam menyikat giginya. 

Dengan demikian, kita bisa terus berlatih untuk kreatif mengajak anak sikat gigi dengan cara yang menyenangkan
 
Selamat mencoba bunda. Semoga tulisan ini bermanfaat. Aamiin. 

Dentistmama. 

5 Januari 2022



 


You May Also Like

0 comments