Youtube Instagram
  • Home
  • Tentang Saya
  • Jadwal Praktek
  • Parenting
  • Kesehatan
  • Kontak Kami

drg. Ayyum Berbagi


Hari-3:

Saya heran, mengapa belum ada komunikasi produktif yang saya terapkan hari ini. Padahal seharian saya menghabiskan waktu dengan keluarga. Mulai siaran radio di MqFM sampai silaturahim ke rumah teman suami. Sampai menjelang malam, belum ada juga ide yang muncul nanti laporan bunsay mau dibuat gimana. Selepas maghrib, saya mengusulkan ke suami untuk pergi ke event out of the boox berhubung lumayan dekat dengan posisi kami saat itu. Tubuh sih rasanya udah capek, tapi rasa penasaran melihat sale buku mengalahkan segalanya. Hah ha

Tiba di lokasi, kami langsung menuju spot buku anak. Baris demi baris kami lalui sambil sesekali membuka isi buku yang menarik. Meira pun senang membaca buku yang diminatinya. Ayahnya juga berjalan-jalan sendiri melihat buku yang diminatinya. Sampai akhirnya, di spot buku import. Jeng jeng. Ulala. Ada beberapa jenis buku yang rawan. Benar saja, Meira langsung mengambil sound book gitar yang sedang trend di BBW Jakarta kemarin. Langsung dipeluknya buku gitar itu. Apalagi ada sesuatu yang memancing mata. Sebuah kotak berwarna ungu yang berlubang di tengahnya terlihat kuda pony cantik warna ungu. Intuisi saya mengatakan, “ini Meira pasti minta. Hmm.. bisa dipraktekkan ini komunikasi produktifnya.” Selain rasa tertantang, ada juga sih rasa penasaran emaknya pingin lihat apa sih isi dari kuda pony itu. Wkwkwk

Saya ambiil lah kotak kuda pony warna ungu itu, “Oh, ini buku cerita plus mainan clay sejenis playdoh.” Batinku. Sangat lucu bentuk koper dengan wajah cute pony ungu.




“Mau ituuuuuuu,” Meira teriak sangat antusias. “Koper kuda pony….” Dia langsung berusaha meraih untuk melihatnya. Saya biarkan dia melihatnya. “Ma, Kak Meira mau koper kuda Pony..” pintanya. “Kakak mau ini?” tanyaku dengan tenang.”iya ma.” Jawabnya dengan mantap. “Coba kakak tanya sama ayah.” sambil menunjuk lokasi ayahnya berada. Benar saja, Meira langsung ngacir mencari ayahnya. Sebenernya saya merasa iba membuat situasi yang membuatnya berharap seperti itu, apalagi sepertinya kondisi badan Meira yang biasanya full charged juga terlihat sudah mulai lelah karena lumayan gerah juga di dalam gedung itu.

Ntah apa yang dibilangnya kepada ayahnya, saya lanjut mencari buku yang kira-kira saya butuhkan. Saya biarkan saja momen dia berusaha merayu ayahnya sampai beberapa saat. Sudah merasa cukup, saya ingin mengajak pulang. Saya ketemu ayahnya, tetapi tidak melihat Meira. “Mana Meira, yah?” tanyaku. “tuh, nyariin mama.” Jawabnya seraya menunjuk sisi lain jalur di sebelah kiri. Meira kelihatan celingukan kesana-kemari mencari berlawanan arah. Saya samperin akhirnya ketemu ia langsung menggandengku. “maaaa.. dimana koper pony nya…” wajahnya kelihatan bingung. “kakak tarok dimana?” tanyaku. “ga tau.”balasnya.

“Ponynya besok lagi ya..” kata ayahnya. Kami terus berjalan menuju kasir. Meira mulai mengeluarkan emosinya seperti yang saya prediksi. “PONIIIIIIII…… MAU PONIIIIIIII…..hu hu maaaaaa.. Poniiii…” tangisnya mulai pecah dan keliatan sekali sudah mengantuk. Saya mencoba untuk tenang, karena biasanya kalau dia sudah benar- benar ngantuk mau apa yang kita bilang pasti mental. Ada sedikit rasa khawatir apakah bisa menerapkan komunikasi produktif pada situasi seperti itu. Meira tetap menangis dan mulai menarik perhatian pengunjung lainnya. Ayahnya mulai menggendong Meira supaya lebih tenang, saya dengan sigap membayar buku-buku yang sudah saya pilih tadi sambil mengelus-elus punggung Meira.

Saya dan suami tetap tenang, sambil mengelus-ngelus kepala Meira yang ada di gendongan ayahnya. Tiba di mobil, Meira minta saya duduk bersamanya di kursi belakang. Karena memang sudah mengantuk dan perlu ditenangkan, saya pun mengiyakan. Jam menunjukkan pukul 20.10 WIB, waktu biasanya dia mulai mengantuk. Mungkin hari ini ia ngantuk lebih awal karena sudah asyik bermain seharian di luar. Saya masih memeluk dan mengelus Meira sampai tenang. Lalu mulailah saya buka pembicaraan, “Kakak sedih?” Meira menjawab dengan anggukan. “Kakak mau koper kuda poni?” lanjutku. “iyaaa. Huuu.” Dia mulai menangis lagi. “lho.. kakak kan udah punya koper merah di rumah.” Saya mengajaknya berpikir. “kakak ga mau koper yang merah, dikasihkan ke anak yang di panti asuhan aja.” Suaranya sudah kembali bijak tanpa tangisan. Wah.. saya terkesan ini anak mikirnya mau berbagi ke temannya, walaupun modus untuk mendapatkan apa yang diinginkan.hihi

“Kakak, kalau kakak mau berbagi itu bagus.” Sambil ngelus-ngelus kepalanya. “kalau kakak mau beli koper kuda poni, kakak nabung dulu. Di rumah ada dua celengan kan?” Meira mengangguk. “yang besar buat kak Meira, yang kecil gambar kapal buat dibagikan ke teman. Kalau yang besar udah penuh, kita beli koper kuda poninya, ya?” jelasku sambil memeluknya. Meira mengangguk tanda sudah menerima apa yang terjadi padanya malam ini. Alhamdulilah  Meira tenang di sepanjang perjalanan sambil saya pijitin kakinya yang katanya sakit dan akhirnya Meira tertidur pulas.  

Begitulah cerita hari ini, orang tua harus belajar tega dan tetap tenang dalam mendidik anaknya mengendalikan/ menahan keinginan yang belum bisa didapat, supaya di masa dia beranjak dewasa ia bisa mengendalikan dirinya dengan baik. Alhamdulillah saya hari ini bisa: 
·         mengendalikan emosi
·         intonasi suara ramah
·      jelas dalam memberikan pujian (tetapi saya belum mengatakan kritik bahwa saya tidak suka akan perilakunya meminta dengan cara nangis-nangis di depan umum karena saat itu memaklumi kondisi Meira yang sudah sangat mengantuk)
·         mengatakan keinginan
·         menunjukkan empati
·         observasi
·         kaidah 7-38-55


  


  


March 31, 2019 No comments


Hari-2:

            Hari ini ada kejadian menarik yang berkesaaaan dan cukup membuat saya berpikir gagal melatih komunikasi produktif. Bukannya produktif, tetapi saya malah membuat miskomunikasi dengan suami. Lagi-lagi bermula dari chat. Jadi hari ini ceritanya Meira masih dititipkan ke sekolah karena saya masih mengikuti diklat hari terakhir di RS. Terus, berhubung saya ada pekerjaan yang penting dan mendesak saya stay fokus ke kerjaan. Waktu sudah melewati jam seharusnya jemput Meira. Nah,, saya chat ayahnya bilang kalau saya belum ini itu lagi ngerjain ini itu. Dibalasnya “apa jemput terus solat…..” saya membalas,”ya, makasih sayang.” Lanjutlah saya mengerjakan tugas dengan tenang. Sampai menjelang magrib, hati saya mulai gelisah. Mengapa ni Meira dan ayahnya belum sampai. Biasanya ga pernah selama ini. Saya berdoa dalam hati semoga keadaan mereka baik-baik saja. Terus saya raih HP, saya telpon suami untuk kepastiannya. Saya terka pasti lagi di jalan nih. Tulisan connecting muncul di layar dan waktu panggilan tertera di screen WA call. “Halo..” dengar suara si suami dari sana. Hati saya makin gelisah,, suaranya kok tenang bangeetttttt sepiii tanpa suara jalanan. “Yah?? Dimana? “ saya semakin panik. “Di kantor. ” Tenang banget nih orang. “Meira belum dijemput yah????” nada suara saya berubah. Saking paniknya hari sudah maghrib, air mata saya keluar. Saya sangat cemas kondisi Meira di sekolah. Walaupun InsyaAllah aman karena Meira pasti di rumah bu Kepala Sekolah yang tepat di sebelah sekolah. “loh.. bukan mama yang jemput? “ lalu saya bilang kondisi saya lagi tidak bisa jemput, jadi ayahnya bersedia jemput. Saya langsung liat hp satunya. Rupanya tadi bu Kepsek sempat WA, langsung saya konfirmasi tadi ada miskomunikasi dengan suami. Saya cek lagi chat dengan suami tadi. Astaghfirullah… ternyata kalimat “apa jemput terus solat”, saya kira apa itu adalah abg. Saya kira abang yang jempuuut! Astaghfirullah saya salah lihat.  Apa karena mata saya lelah. Saya merasa sangaaat bersalah. T_T

            Setelah solat maghrib saya mencoba menenangkan diri dan memaafkan diri dulu. Sampai yang ditunggu telah tiba, langsunglah saya menghamburkan diri untuk memeluk dan mencium anak dan suami. Sambil menatap mata suami, saya menjelaskan dimana tadi miskomunikasinya dilanjutkan dengan meminta maaf. Suami tersenyum dan berkata dengan tenang, “iya sayang, abang maafkan”. Duh cess..adem rasanya, alhamdulillah..

            Poin komunikasi produktif yang berhasil dilatih: clear & clarify, kaidah 7-38-55, intensity of eye contact, I’m responsible for my communication result. Alhamdulillah… walaupun diawali dengan kejadian yang tidak diinginkan, tapi di akhir cerita kita bisa mengakiri dengan yang baik. J

Karena dua hari ini komunikasi langsung dengan suami kurang, besok saya ingin melatih komunikasi produktif dengan berkomunikasi langsung. Insya Allah besok ingin mencoba poin “choose the right time”.

March 29, 2019 No comments


Hari Pertama:

Hari ini saya tidak banyak bicara dengan suami saya. Bukannya kami diam-diaman, berantem atau   tidak peduli satu sama lain. Tapi karena hari ini merupakan hari yang cukup panjang sebagai hari aktualisasi diri. Di hari Kamis Pahing ini, orang-orang pada mengenakan pakaian adat Jawa. Lain dengan saya dan teman-teman PDGI, kami kompak mengenakan seragam ungu orange dalam kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka World Oral Health Day. Jadi, kami disuruh ngumpul di lokasi sekolah tujuan harus tepat pukul 07.00 WIB. Naaah, saking hebohnya persiapan pergi, belum lagi sarapan, Meira mau sekolah, ayahnya mau kerja, alhasil lebih banyak aksi daripada komunikasi. Yang ada tindakan langsung bergotong royong menolong satu sama lain. No speak, action only. hahaha

Siang hari niat hati ingin istirahat mengontak suami. Tak disangka, aktualisasi tetap berlanjut. Jadinya baru bisa mengontak suami setelah sholat ashar di masjid RSIY PDHI. Berhubung hari ini adalah hari pertama game bunsay level 1, saya tidak ingin melewatkan menyetor tugas dan inigin mempraktekkan dengan sungguh-sungguh bersama suami. Suami memang kemarin bertanya apakah ada materi komunikasi produktif yang bisa dibaca. Jadi, saya share lah materinya beserta syarat-syarat kelulusan. Saya bilang, “tolong dibaca ya sayang (emoticon kiss love)”. Suami pun membalas dengan sayang-sayangan juga. Hahaha. Momen yang saya rindukan panggil sayang-sayang.  Terus, saya kirimkan dan minta tolong printkan checklist komunikasi produktif, semua badge high ending energy yang saya peroleh dan form daily planner untuk motivasi saya menjalani perkuliahan bunsay. Saya mencoba menerapkan clear and clarify dalam hal ini.  Lembar apa saja yang perlu diprint, berapa jumlahnya, dan gimana formatnya, adalah informasi yang saya berikan. Dan ternyata suami juga melakukan hal sama. Suami juga memberi pujian untuk badge yang saya dapatkan, senangnyaaa…. .Yang ditunggu pun datang, jeng..jeeng..seperti apa ya hasil printnya? Karenaa, dari beberapa permintaan print sebelumnya, ada aja deh yang miss antara permintaan dan hasilnya. Alhamdulillah hasil printnya sesuai dengan permintaan, dan memang betul prinsip bahwa kita sendiri yang bertanggung jawab dengan hasil komunikasi kita.

Demikian cerita tantangan komunikasi produktif di hari pertama. Dua prinsip komunikasi yang saya praktekkan (Clear and Clarify dan responsibility) alhamdulillah membawa hasil positif. Sampai jumpa di cerita tantangan berikutnya yaa…


March 28, 2019 No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Seorang istri, ibu, dan dokter gigi.

Follow Us

Labels

aliran rasa anak sehat ASI awareness bahagia belajar kesehatan gigi belajardarikesalahan bijak belanja breastfeeding bunda sayang campingground cerdas finansial cerebral palsy chconnect danaucermin dekorasi dokter gigi anak dongeng dzikir emosi empati financiallitercyforkids fiqih belanja fitrah estetika fitrahseksualitas flexibility game level 12 game level 4 game level 5 game level 6 game level 7 game level 8 gamelevel11 gaya belajar anak gigi anak goldenclueconnect guathejungleofknowledge hari 1 hari 10 hari 11 hari 12 hari 13 hari 14 hari 15 hari 16 hari 17 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 7 hari 8 hari 9 hati healing hidup human model of the world hutankupucekatan I love to learn ibu bekerja ibu profesional ibu sehat IBUAGENPERUBAHAN IBUBERKOFERENSI ibuku dokterku ibuprofeional ibuprofesional Idul Fitri Ilovemath inimakananbesarku inimakananku institut ibu profesional institutibuprofesional jatuhbangun jeda jurnal30hari kamar kebaikan kebunapel kedekatan keluarga keluarga multimedia kesehatan kesehatan anak kesehatan gigi kesehatan keluarga kesehatan mental kesehatanmental KIP 2019 KLIP komunikasi komunikasi anak komunikasi produktif konflik kuliah bunda sayang Kuliah Bunsay IIP kuliahbundasayang lacakkekuatanmu learningbyteaching lebaran LEVEL 10 level 9 manajemenqalbu marah matharoundus melatih kecerdasan melatih kemandirian memaafkan memori mengajak sikat gigi menjadiyoutuber mental health menyapih menyikat gigi menyusui menyusui saat covid monster mood muhasabah mulai nulis NLP parenting pekanmentorship pengembangandiri pernikahan Personal mastery Personal Mastey personalmastery pertemuankeluargamanajemenwaktudangadget perubahan petaperjalananbelajar petualangmasadepan pohon literasi proses rasa tersambung resolusi tahun baru sabar sedekah sehat finansial sehat holistik sehat mental sehat sosial sehatfinansial selamat selflove Seminar semua anak adalah bintang Senyum sesal sharig is caring sikat gigi surahyunus tahap kepompong tahapkepompong tahapulat tantangan 10 hari tantangan10hari telurhijau telurmerah telurorange temukan cara belajarmu temukanterampillmu thebestversionofyou Think Creative tobat turning red

recent posts

Blog Archive

  • ►  2022 (20)
    • ►  June (1)
    • ►  May (4)
    • ►  April (4)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
    • ►  January (6)
  • ►  2021 (33)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (16)
    • ►  March (3)
    • ►  February (4)
    • ►  January (3)
  • ►  2020 (46)
    • ►  November (2)
    • ►  June (1)
    • ►  March (13)
    • ►  February (17)
    • ►  January (13)
  • ▼  2019 (144)
    • ►  December (12)
    • ►  November (17)
    • ►  October (8)
    • ►  September (18)
    • ►  August (19)
    • ►  July (24)
    • ►  June (12)
    • ►  May (16)
    • ►  April (15)
    • ▼  March (3)
      • TANTANGAN 10 HARI (T10H ) BUNDA SAYANG - KOMUNIKAS...
      • TANTANGAN 10 HARI (T10H ) BUNDA SAYANG - KOMUNIKAS...
      • Tantangan 10 Hari (T10H ) Bunda Sayang - Komunikas...
  • ►  2018 (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (1)

Created with by ThemeXpose