TANTANGAN 10 HARI (T10H ) BUNDA SAYANG - MELATIH KECERDASAN – DAY 8

by - June 25, 2019


Day 8 Family Project: Tour de Talent ala Meira- Dokter Mata

Meira sangat menyukai hal-hal tentang kedokteran. Kalau ditanya udah besar mau jadi apa, pastinya jawabannya ‘Dokter Kucing’. Maklum Meira udah lumayan sering terpapar dengan hal-hal kesehatan karena ayah dan mama kerjanya di rumah sakit. Hari ini, mama ada janjian dengan dokter mata untuk pemasangan hard lense RGP. Sebelumnya Meira sudah pernah ikut dan kooperatif bahkan senang bertemu dengan dokter residen yang melayani. Ada insiden sendal Meira putus. Awalnya dia merengek karena sendalnya rusak. Tetapi mama tetap mengajaknya berjalan, Alhamdulillah dia mau jalan tanpa sendal walaupun dia bilang lantainya dingin.

Sementara menunggu dokternya datang, kami menunggu di ruang tunggu. Mama dan ayah memberi Meira tantangan apakah nanti dia berani bicara ke dokter dan memberi biskuit sebagai tanda terima kasih? Meira geleng-geleng kepala. Kami coba terus motivasi, tapi sepertinya dia masih enggan. Tiba-tiba ada anak kecil sebesar Meira memakai maju TK mendekat. Mama langsung menyapa anak itu dan mengajak Meira untuk berkenalan. “Namanya siapa?” tanya Meira.”Zahra.” jawab anak itu. “ke sini sama siapa?”tanya mama. “ayah, bunda, adek.”katanya. “yang  periksa siapa?” tanya mama lagi. “adek” katanya. Secara mengejutkan Meira langsung mengeluarkan bekal jajanan semalam yang diberi tante Hellen kepada anak itu. Wah.. hebat. Kakak mau berbagi, berarti jajanannya tidak jadi dikasi ke dokter. Hihi. Meira langsung memberi oreo dan makan bersama-sama, mereka terlihat akrab dan tertawa-tawa. Tidak lupa mama sambil memberi edukasi untuk menyikat gigi setelah memakan makanan manis dan lengket. Mama menunjukkan oreo yang menempel di gigi kelihatan hitam. Selanjutnya meira memberi permen lagi. Dasar meira. Hihi. Kemudian Meira mengeluarkan stetoskopnya yang bisa bunyi. Benda kesayanganya itu sengaja dipakai dan mengajak Zahra main dokter-dokteran. Mama lalu bertanya, “Kak Zahra udah besar mau jadi apa?” “dokter”katanya. “Kalau Kak Meira da besar mau jadi apa?” “Dokter kuciiing!!”

Aha.. mama selipkan cerita. “ada seorang manusia berbicara kepada Allah,
Manusia: Ya Allah, saya ingin menjadi dokter.
Allah SWT: kenapa kamu ingin menjadi dokter?
Manusia: karena saya ingin menolong orang Ya Allah.
Allah SWT: baik sekali. Akan kuberi pahala bagi orang yang berbuat baik. Tapi, kalau ingin menjadi dokter kalian harus belajar yang baik.
Manusia: kenapa Ya Allah?
Allah SWT: karena Aku menciptakan manusia dengan sempurna. Ada pembuluh darah, jantung, paru. Semuanya harus dijaga. (Meira sudah mengerti tentang tubuh manusia dari bukunya.)
Manusia: baik ya Allah.

“Mengerti? “ mama menatap mereka yang mengangguk-angguk. Kebetulan ada serombongan anak koas yang sibuk bolak-balik memasuki ruangan. Mama mengajak Meira dan zahra memperhatikan “tuh, lihat. Mereka mau menjadi dokter. Mereka belajar kesana kemari menemui guru. Kayak gitu kalau menjadi dokter.” Meira dan Zahra melihat dan tentu saja kembali bermain-main.  Alhamdulillah Meira udah pintar sosialisasi. Sesekali meira juga ikut gabung ke keluarga Zahra. Meira pun dikasi snack. Karena melihat Meira dan Zahra senang, adik zahra pun bergabung main bersama. Mama pun menyapanya dan melihat oh iya, mata kanannya strabismus. Mereka bertiga pun main bersama mengelilingi poli mata. Mama memperhatikan dari jauh dan melihat mereka mendatangi tiap departemen dan berhenti di depan pintunya. “ini angka berapa?” tanya Zahra. “limaaa!!!” jawab Meria semangat. Begitulah tiga bocah kecil itu tanpa sendal mendatangi pintu demi pintu, MaaSya Allah bijak sekali.

Akhirnya giliran adik Zahra dipanggil, tidak lama mama pun dipanggil memasuki ruangan satunya. Mama mengingatkan Meira lagi untuk tetap tenang. Mama tahu rasa ingin tahu Meira besar dan mama yakin Meira bisa mengendalikan dirinya. Benar saja, Meira sangat tenang sambil memperhatikan mama dan dokter mata yang menjelaskan panjang lebar. Hal lucu yang dilakukannya adalah ketika Meira mengarahkan tangan mama memegang pedal alat periksa mata, pertama tangan kiri, kemudian tangan kanan. Mama tetap tenang mendengarkan penjelasan dokter sambil membiarkan aksi Meira dalam diamnya tersebut. Meira ternyata masih ingat posisi mama diperiksa bulan lalu. Dikiranya mungkin mama harus diperiksa dengan alat itu lagi, padahal mama hanya diajarin cara memakai dan melepas RGP. Hihi.

 Setelah penjelasan dokter selesai, mama latihan lagi didampingi dokter residen. Nah,, setelah tadi hanya diam memperhatikan mama, di sini Meira mulai menunjukkan rasa ingin tahunya. Dia minta dipangku, ingin ikut megang senter juga, dan berbicara dengan dokter residen yang ramah. Meira mengikuti mama ketika diperiksa lagi memakai kacamata, dia ingin tahu dan ingin menyentuh tapi mama kasi isyarat dengan tangan. Alhamdulillah Meira bisa mengendalikan dirinya. Akhirnya dia foto-foto dengan tante dokter residen. Yeayyy. Alhamdulillah pengalaman hari ini menyenangkan dan terkendali..

Kecerdasan yang dilatih:
·         Kecerdasan intelektual
·         Kecerdasan spiritual
·         Kecerdasan emosional
·         Kecerdasan menghadapi tantangan










You May Also Like

0 comments