TANTANGAN 10 HARI (T10H ) BUNDA SAYANG - MELATIH KECERDASAN – DAY 8
Day 8 Family Project: Tour de
Talent ala Meira- Dokter Mata
Meira sangat
menyukai hal-hal tentang kedokteran. Kalau ditanya udah besar mau jadi apa,
pastinya jawabannya ‘Dokter Kucing’. Maklum Meira udah lumayan sering terpapar
dengan hal-hal kesehatan karena ayah dan mama kerjanya di rumah sakit. Hari
ini, mama ada janjian dengan dokter mata untuk pemasangan hard lense
RGP. Sebelumnya Meira sudah pernah ikut dan kooperatif bahkan senang bertemu
dengan dokter residen yang melayani. Ada insiden sendal Meira putus. Awalnya
dia merengek karena sendalnya rusak. Tetapi mama tetap mengajaknya berjalan,
Alhamdulillah dia mau jalan tanpa sendal walaupun dia bilang lantainya dingin.
Sementara
menunggu dokternya datang, kami menunggu di ruang tunggu. Mama dan ayah memberi
Meira tantangan apakah nanti dia berani bicara ke dokter dan memberi biskuit
sebagai tanda terima kasih? Meira geleng-geleng kepala. Kami coba terus
motivasi, tapi sepertinya dia masih enggan. Tiba-tiba ada anak kecil sebesar
Meira memakai maju TK mendekat. Mama langsung menyapa anak itu dan mengajak
Meira untuk berkenalan. “Namanya siapa?” tanya Meira.”Zahra.” jawab anak itu.
“ke sini sama siapa?”tanya mama. “ayah, bunda, adek.”katanya. “yang periksa siapa?” tanya mama lagi. “adek”
katanya. Secara mengejutkan Meira langsung mengeluarkan bekal jajanan semalam
yang diberi tante Hellen kepada anak itu. Wah.. hebat. Kakak mau berbagi,
berarti jajanannya tidak jadi dikasi ke dokter. Hihi. Meira langsung memberi
oreo dan makan bersama-sama, mereka terlihat akrab dan tertawa-tawa. Tidak lupa
mama sambil memberi edukasi untuk menyikat gigi setelah memakan makanan manis
dan lengket. Mama menunjukkan oreo yang menempel di gigi kelihatan hitam.
Selanjutnya meira memberi permen lagi. Dasar meira. Hihi. Kemudian Meira
mengeluarkan stetoskopnya yang bisa bunyi. Benda kesayanganya itu sengaja
dipakai dan mengajak Zahra main dokter-dokteran. Mama lalu bertanya, “Kak Zahra
udah besar mau jadi apa?” “dokter”katanya. “Kalau Kak Meira da besar mau jadi
apa?” “Dokter kuciiing!!”
Aha.. mama selipkan cerita. “ada
seorang manusia berbicara kepada Allah,
Manusia: Ya Allah, saya ingin menjadi dokter.
Allah SWT: kenapa kamu ingin menjadi dokter?
Manusia: karena saya ingin menolong orang Ya Allah.
Allah SWT: baik sekali. Akan kuberi pahala bagi
orang yang berbuat baik. Tapi, kalau ingin menjadi dokter kalian harus belajar
yang baik.
Manusia: kenapa Ya Allah?
Allah SWT: karena Aku menciptakan manusia dengan
sempurna. Ada pembuluh darah, jantung, paru. Semuanya harus dijaga. (Meira
sudah mengerti tentang tubuh manusia dari bukunya.)
Manusia: baik ya Allah.
“Mengerti? “ mama menatap mereka
yang mengangguk-angguk. Kebetulan ada serombongan anak koas yang sibuk
bolak-balik memasuki ruangan. Mama mengajak Meira dan zahra memperhatikan “tuh,
lihat. Mereka mau menjadi dokter. Mereka belajar kesana kemari menemui guru.
Kayak gitu kalau menjadi dokter.” Meira dan Zahra melihat dan tentu saja kembali
bermain-main. Alhamdulillah Meira udah
pintar sosialisasi. Sesekali meira juga ikut gabung ke keluarga Zahra. Meira
pun dikasi snack. Karena melihat Meira dan Zahra senang, adik zahra pun
bergabung main bersama. Mama pun menyapanya dan melihat oh iya, mata kanannya
strabismus. Mereka bertiga pun main bersama mengelilingi poli mata. Mama
memperhatikan dari jauh dan melihat mereka mendatangi tiap departemen dan
berhenti di depan pintunya. “ini angka berapa?” tanya Zahra. “limaaa!!!” jawab
Meria semangat. Begitulah tiga bocah kecil itu tanpa sendal mendatangi pintu
demi pintu, MaaSya Allah bijak sekali.
Akhirnya giliran
adik Zahra dipanggil, tidak lama mama pun dipanggil memasuki ruangan satunya.
Mama mengingatkan Meira lagi untuk tetap tenang. Mama tahu rasa ingin tahu
Meira besar dan mama yakin Meira bisa mengendalikan dirinya. Benar saja, Meira
sangat tenang sambil memperhatikan mama dan dokter mata yang menjelaskan
panjang lebar. Hal lucu yang dilakukannya adalah ketika Meira mengarahkan
tangan mama memegang pedal alat periksa mata, pertama tangan kiri, kemudian
tangan kanan. Mama tetap tenang mendengarkan penjelasan dokter sambil
membiarkan aksi Meira dalam diamnya tersebut. Meira ternyata masih ingat posisi
mama diperiksa bulan lalu. Dikiranya mungkin mama harus diperiksa dengan alat
itu lagi, padahal mama hanya diajarin cara memakai dan melepas RGP. Hihi.
Setelah penjelasan dokter selesai, mama
latihan lagi didampingi dokter residen. Nah,, setelah tadi hanya diam
memperhatikan mama, di sini Meira mulai menunjukkan rasa ingin tahunya. Dia
minta dipangku, ingin ikut megang senter juga, dan berbicara dengan dokter
residen yang ramah. Meira mengikuti mama ketika diperiksa lagi memakai
kacamata, dia ingin tahu dan ingin menyentuh tapi mama kasi isyarat dengan
tangan. Alhamdulillah Meira bisa mengendalikan dirinya. Akhirnya dia foto-foto
dengan tante dokter residen. Yeayyy. Alhamdulillah pengalaman hari ini
menyenangkan dan terkendali..
Kecerdasan yang
dilatih:
·
Kecerdasan intelektual
·
Kecerdasan spiritual
·
Kecerdasan emosional
·
Kecerdasan menghadapi
tantangan
0 comments