GAME LEVEL 6- DAY 4- STIMULASI MATEMATIS LOGIS

by - September 08, 2019


BELAJAR MATEMATIKA DI MUSEUM KERETA API AMBARAWA

         Minggu ini kami masih menemani Uti dan Kakung beserta rombongan Reuni mereka. Destinasi hari ini adalah Stasiun Ambarawa atau sekarang dikenal Museum Kereta Api Ambarawa. Hmmm.. kira-kira apa yaa yang bisa dijadikan topik belajar matematika..

PERMAINAN ULAR TANGGA
      
       Tidak disangka ternyata di stasiun ini ada permainan ular tangganya! Tentu saja versi stasiun kereta api. Hihiihi. Sayang tidak ada dadunya sehingga mama belum bisa menunjukkan langsung cara mainnya. Jadinya mama menjelaskan ini banyak angka-angka. Misalnya kak Meira main dadu dapat angka enam, wah ada tangga. Berarti kakak naik. Jadinya di angka empat belas. Terus,, lempar dadu lagi kalau muncul angka dua, kita tambah angkanya ya… dari 14, jadi 15, 16. Wah dapat tangga lagi. Naiiiikk lagi ke nagka 31. Kemudian kalo kak Meira dapat angka dua di dadu. Yah.. ketemu ular. Kak Meira turuuuuuun ke bawah. Berkurang deh tinggi yang udah kita capai.. jadi dengan bermain ular tangga ini Meira mengenal konsep tambah-kurang, naik-turun.



MESIN CETAK TIKET

        Di sini secara ga langsung mama mengenalkan Meira konsep perkalian. “Kak.. kalau naik kereta kita harus punya tiket kan?” tanya mama. “iya ma.” “Kak.. kalau ada satu orang yang mau naik kereta, orang yang buat tiket perlu buat tiket satu kan.. terus kalau orangnya banyak gimana ya buat tiketnya?” Meira masih mengamati mesin itu. “ini mesin pembuat tiket kak. Tuh liat kak,, panjaaaaang tiketnya. Kalau orang yang bikin capek kan kak, makanya dibuat mesin. Jadinya kalau dicetak bisa banyaaaak tiket yang keluar. Kalau orang yang buat cuma bisa dapat satu tiket sekali cetak.


KLASIFIKASI

     Meira kelihatan tertarik pada dua buah lemari. Lemari pertama adalah koleksi topi masinis dari zaman dahulu, sedangkan lemari kedua adalah koleksi buku-buku yang berkaitan dengan stasiun atau lokomotif. “Kak.. rapi ya disusun gini. Bukunya boleh dicampur sama topi ga kak?” tanya mama. “enggak.” Meira menjawab singkat sambil tetap fokus melihat buku. Meira yang penyuka buku mama biarkan ia menikmati melihat koleksi buku-buka lama itu.  Hmm.. sepertinya memang dia sudah paham tentang klasifikasi.


BISA DIHITUNG DAN TIDAK BISA DIHITUNG

     Semalam mama sudah mengenal konsep benda yang bisa dihitung dan benda yang tidak bisa dihitung dengan objek serangga nyamuk mirip nyamuk dan kodok. Kali ini objek yang digunakan adalah batu. Meira memegang dan memain-mainkan batu yang di dekat rel, mama menyuruh Meira menghitungnya. “Kak, bisa hitung batunya?” “enggak.”katanya. “Kenapa ga bisa kak?” tanya mama lagi. “Karena banyak…”katanya.
Mama mengalihkan pandangan ke seberang rel, tampak ada dua patung sapi di sana. “Kak.. kalau sapinya bisa dihitung?”tanya mama lagi. “bisaa.. dua.”katanya cepat. Lalu Meira pun segera berlari ke sana ingin mendekat ke patung sapi. Di sana ad pohon talok/ kersen. Banyak sekali buahnya yang penyet di bawah pohon. Meira senang menginjak-injak buah talok, mama minta Meira hitung lagi. “Kak.. coba hitung.” “ga bisa laaa.. Kan banyak…” hmmm. Alhamdulillah dia sudah paham konsepnya. “Kalau yang terlalu banyak ga bisa kita hitung ya kak..” mama menekankan.




SEJAJAR

       Kami akan menaiki kereta lokomotif antik yang berusia 112 tahun. Mama menjelaskan tentang rel tempat jalannya kereta api. Kereta api disusun oleh dua batang besi panjaaaaaang yang sejajar. Baru dikasi bantalan rel seperti garis- garis. Mama mengenalkan konsep sejajar.. sejajar itu letaknya sama, mengikuti yang satunya lagi. Kalau kereta pada umumnya membutuhkan rel yang sejajar. (mama tidak menyinggung tentang kereta monorail dulu). Prakteknya, mama mengajak Meira melihat lokomotif yang melaju di atas rel bergerak sesuai arah rel.



Alhamdulillah, banyak sekali yang bisa dipelajari Meira tentang matematika. Math’s around Us!

You May Also Like

0 comments