GAME LEVEL 6- DAY 4- STIMULASI MATEMATIS LOGIS
BELAJAR MATEMATIKA DI MUSEUM
KERETA API AMBARAWA
Minggu ini kami masih menemani Uti
dan Kakung beserta rombongan Reuni mereka. Destinasi hari ini adalah Stasiun
Ambarawa atau sekarang dikenal Museum Kereta Api Ambarawa. Hmmm.. kira-kira apa
yaa yang bisa dijadikan topik belajar matematika..
PERMAINAN ULAR TANGGA
Tidak disangka ternyata di
stasiun ini ada permainan ular tangganya! Tentu saja versi stasiun kereta api. Hihiihi.
Sayang tidak ada dadunya sehingga mama belum bisa menunjukkan langsung cara
mainnya. Jadinya mama menjelaskan ini banyak angka-angka. Misalnya kak Meira
main dadu dapat angka enam, wah ada tangga. Berarti kakak naik. Jadinya di
angka empat belas. Terus,, lempar dadu lagi kalau muncul angka dua, kita tambah
angkanya ya… dari 14, jadi 15, 16. Wah dapat tangga lagi. Naiiiikk lagi ke
nagka 31. Kemudian kalo kak Meira dapat angka dua di dadu. Yah.. ketemu ular.
Kak Meira turuuuuuun ke bawah. Berkurang deh tinggi yang udah kita capai.. jadi
dengan bermain ular tangga ini Meira mengenal konsep tambah-kurang, naik-turun.
MESIN CETAK TIKET
Di sini secara ga langsung mama
mengenalkan Meira konsep perkalian. “Kak.. kalau naik kereta kita harus punya
tiket kan?” tanya mama. “iya ma.” “Kak.. kalau ada satu orang yang mau naik
kereta, orang yang buat tiket perlu buat tiket satu kan.. terus kalau orangnya
banyak gimana ya buat tiketnya?” Meira masih mengamati mesin itu. “ini mesin
pembuat tiket kak. Tuh liat kak,, panjaaaaang tiketnya. Kalau orang yang bikin
capek kan kak, makanya dibuat mesin. Jadinya kalau dicetak bisa banyaaaak tiket
yang keluar. Kalau orang yang buat cuma bisa dapat satu tiket sekali cetak.
KLASIFIKASI
Meira kelihatan tertarik pada dua
buah lemari. Lemari pertama adalah koleksi topi masinis dari zaman dahulu,
sedangkan lemari kedua adalah koleksi buku-buku yang berkaitan dengan stasiun
atau lokomotif. “Kak.. rapi ya disusun gini. Bukunya boleh dicampur sama topi
ga kak?” tanya mama. “enggak.” Meira menjawab singkat sambil tetap fokus
melihat buku. Meira yang penyuka buku mama biarkan ia menikmati melihat koleksi
buku-buka lama itu. Hmm.. sepertinya
memang dia sudah paham tentang klasifikasi.
BISA DIHITUNG DAN TIDAK BISA
DIHITUNG
Semalam mama sudah mengenal
konsep benda yang bisa dihitung dan benda yang tidak bisa dihitung dengan objek
serangga nyamuk mirip nyamuk dan kodok. Kali ini objek yang digunakan adalah
batu. Meira memegang dan memain-mainkan batu yang di dekat rel, mama menyuruh
Meira menghitungnya. “Kak, bisa hitung batunya?” “enggak.”katanya. “Kenapa ga
bisa kak?” tanya mama lagi. “Karena banyak…”katanya.
Mama mengalihkan pandangan ke
seberang rel, tampak ada dua patung sapi di sana. “Kak.. kalau sapinya bisa
dihitung?”tanya mama lagi. “bisaa.. dua.”katanya cepat. Lalu Meira pun segera
berlari ke sana ingin mendekat ke patung sapi. Di sana ad pohon talok/ kersen. Banyak
sekali buahnya yang penyet di bawah pohon. Meira senang menginjak-injak buah
talok, mama minta Meira hitung lagi. “Kak.. coba hitung.” “ga bisa laaa.. Kan
banyak…” hmmm. Alhamdulillah dia sudah paham konsepnya. “Kalau yang terlalu
banyak ga bisa kita hitung ya kak..” mama menekankan.
SEJAJAR
Kami akan menaiki kereta
lokomotif antik yang berusia 112 tahun. Mama menjelaskan tentang rel tempat
jalannya kereta api. Kereta api disusun oleh dua batang besi panjaaaaaang yang
sejajar. Baru dikasi bantalan rel seperti garis- garis. Mama mengenalkan konsep
sejajar.. sejajar itu letaknya sama, mengikuti yang satunya lagi. Kalau kereta
pada umumnya membutuhkan rel yang sejajar. (mama tidak menyinggung tentang
kereta monorail dulu). Prakteknya, mama mengajak Meira melihat lokomotif yang
melaju di atas rel bergerak sesuai arah rel.
Alhamdulillah, banyak sekali yang
bisa dipelajari Meira tentang matematika. Math’s around Us!
0 comments