GAME LEVEL 7- SEMUA ANAK ADALAH BINTANG- DAY 2
Day 2: Menjadi tourist lokal
Field Trip to Benteng
Vredeburg
Walaupun kami
sudah menjadi warga Jogja selama 4 tahun, kami belum pernah mengunjungi benteng
Vredeburg salah satu ikon wisata kota Jogja ini. Akhirnya tibalah kesempatan
kami untuk mengunjungi tempat bersejarah ini berhubung ayah sudah mengajukan
cuti. Berwisata adalah hal yang membuat mama berbinar-binar, akankah membuat
Meira berbinar-binar juga? Hihihi. Kita lihat saja.
Awal beli
tiket masuk saja Meira sudah kegirangan ketika mama memberi tiket masuk miliknya.
Kami pun mulia memasuki bangunan sejarah ini. Di Gedung Diorama pertama, kami
tidak langsung masuk, karena Meira tertarik melihat patung-patung praurit. “ini
dia dulunya manusia?” tanyanya. Mungkin dia bertanya seperti itu karena pernah
mendengar ceramah ustadz yang mama putar tentang sirah nabawiyah, dimana ada
sepasang manusia yang dikutuk menjadi patung oleh Allah SWT di depan Kaabah.
Kemudian kami melihat beberapa barang peninggalan sejarah, peta timbul Pulau
Jawa serta miniatur benteng. Meira yang tidak kelihatan minta digendong ayah
untuk melihat lebih jelas. Di halaman, perhatian Meira tertuju ke papan
congklak. Meira minta diajarin cara mainnya, asyik sekali dia mengumpulkan dan
menghitung bijinya. Setelah selesai main, barulah kami masuk ke Diorama
pertama.
Selama di
dalam diorama, Meira terlihat antusias ke sana kemari melihat apa yang ia mau
lihat. Dengan cara berjalannya yang khas, Ia memimpin di depan, sedangkan ayah
selalu jauh ketinggalan karena ayah benar-benar membaca tulisan sejarah. Meira
mengekspoler segala sudut yang ia inginkan. Terus adaaa saja yang ia tanyakan,
seperti “ ini mereka lagi ngapain? Ini siapa? Ini orangnya kenapa?” banyaaaaak
sekali pertanyaannya. Beberapa kali Meira menyuruh mama membacakan tulisan per
kejadian. Ia kadang pura-pura membaca dan mengucapkan kata-kata yang berlogat
seperti bahasa Inggris. Hihi. Di replika kejadian pemabantaian oleh PKI, Meira
sangat ingin tahu dan ingin melihat lebih jelas sehingga ia meminta ayah
mengangkatnya. Ia merasa sangat kasihan melihat para korban.
Ketika mama
bermain game mencari perbedaan, Meira juga ingin main juga, ketika berhasil
menemukan semua perbedaan Meira sangat senang.
Ia juga memainkan media Informasi touch screen yang tersedia di
beberapa spot. Kami melanjutkan perjalanan sampai diorama terakhir
Dengan
mengenalkan sejarah mama mengajak Meira menghormati para pahlawan dan orang
dulu yang membela tanah air dari para penjajah. Makanya kita sekarang belajar
supaya tidak dijajah lagi, bisa memajukan bangsa Indonesia. Mama mengenalkan
beberapa tokoh dan profesi seperti presiden pertama, tentara, perawat (PMI)
yang turut membela Indonesia. Sewaktu keluarpun ketika melihat patung Meira
bertanya lagi. “ini tentara Jepang tadi ya? Dia dulunya manusia?” bukaaaan. hihihi.
Melihat Tarian
Tidak cukup di
Benteng Vredeburg, kami bermain ke taman Monumen Serangan Umum. Meira
kegirangan, “Horeee. Kita piknik!!” ia lompat-lompat. Ternyata di sana sedang
ada persiapan acara, tampak teratak sedang dibangun dan beberapa grup tari
sedang latihan menari. Meira mendekat dan memaksa mau ikut nonton acara, mama
memberi pengertian bahwa acara belum dimulai. Meira mengajak kami duduk di
bawah pohon,”tas nya tarok sini!” mama masih memegang tas, lagi-lagi dengan
nada tegas ia bilang “tas nya tarok sini ma..””yaa.. bilang yang bagus ya.”
Mama sudah berkali-kali memberi pengertian dan melatih Meira untuk berbicara
lebih sopan dengan kata “tolong”. Entah karena antusias mau lihat orang nari
bakat commandnya jadi makin muncul. Melihat orang nari memang salah satu yang
membuatnya berbinar. Tanpa ditemanin mama dan ayah, ia mendekat ke penari dan
menari-nari sendiri.. tatkala penari sedang menjauh dari monumen, Meira
langsung naik ke atas untuk minta di foto.. hiiiihi. Nih anak kepedean, padahal
para penari udah siap mau mulai nari lagi. Jadilah Meira foto kilat di depan
monumen. Sepertinya self-assurancenya Meira tinggi. Sebelum ke benteng, kami
solat dulu. Selama mama sholat Meira mengambil hp mama utk selfie sendiri. Terus
keluar dari benteng, ia minta foto sendiri (mama ga boleh ikut) dan bergaya
luwes semaunya.
Waktu sudah
semakin sore, kami mengajak Meira pulang. Ia kelihatan sudah capek, tapi masih
mau ngajak berenang. Kami bilang besok lagi karena kolamnya sudah mau tutup.
Melihat di sekitar monumen ada yang jual kembang gula/ gula kapas Meira
menegosiasi ayah. “Iya besok renangnya, tapi besok dibelikan gula kapas ya…
tawarnya.” “kita sekarang cari makan dulu.” Kata mama. Meira tidak merengek
minta dibelikan gula kapas karena tahu caranya tidak akan berhasil. Hihihi.
Kami
mengunjungi salah satu restoran destinasi wisata yang menyuguhkan keunikan yang
sangat menonjolkan budaya jawa dengan desain yang khas. Meira mengekplorasi dan
bertanya hal yang membuatnya tertarik, baik Interior yang ada bak mandi besar,
tangga, kopi di kamar mandi sampai melihat kandang kuda yang ada di bagian
belakang. Meira langsung menyapa si kuda dan bilang,” kok dikandangin sih
kudanya? Kan kasian.. dia ga bisa bebas.”
Setelah dari toilet pun ia dadah dengan kuda. Mama beberapa kali memperhatikan
ia sangat peduli dengan binatang dan alam. Mungkinkah ini bakat connectedness??
Begitulah cerita
panjang lebar observasi mama hari ini. Memang sudah beberapa sifat bakat
berulang terjadi pada meira. Mama menanyakan bagaimana
perasaanya dari pengalaman hari ini. Alhamdulillah katanya senang, suka melihat
perang sama liat nari. Semoga mama bisa terus menemani Meira beraktivitas
memperkaya wawasan, aktivitas dan gagasan. Aaamiin..
Hal positif atau bakat yang dilihat:
- command
- learner
- communication
- self-assurance
- empathy
- context
- connectedness
- explorer
0 comments