Mungkinkah Menyusui Sampai Dua Tahun Bagi Ibu Bekerja di Masa Pandemi?

by - November 21, 2020

ibu bekerja menyusui


    Menyusui langsung merupakan kegiatan yang tidak tergantikan oleh siapapun dan apapun untuk memenuhi asupan gizi, cinta dan kasih sayang ibu untuk bayi. Hanya Ibulah yang bisa melaksanakan perbuatan mulia ini yang sangat berpengaruh pada tumbuh kembang dan masa depan anak.


   Biasanya, Ibu bekerja memiliki tantangan sendiri menyusui anak sampai usia dua tahun. Apalagi di masa pandemi ini kegiatan SFH (School From Home) yah.. kebayang deh ketika mulai ibu mulai bekerja lagi, baik kerja dari rumah atau di luar rumah. 


    Pekerjaan menumpuk, pekerjaan rumah tangga, urus anak, dan kerempongan lainnya. Hal-hal tersebut kadang bisa menyebabkan ibu kelelahan dan produksi ASI berkurang hingga akhirnya ada Ibu yang memilih susu formula sebagai pengganti ASI.


    Apakah Ibu mengalami hal seperti itu? Bagaimana pula Ibu yang kerjanya dari pagi sampe sore di luar rumah?  Mungkinkah bisa menyusui full dua tahun?


    Berikut tips dari saya supaya Ibu bisa berhasil menyusi sampai dua tahun di masa pandemi:


           1. Sehat holistik

Hidup sehat itu sebaiknya dilakukan secara keseluruhan atau holistik, yaitu sehat spiritual, mental, fisik dan sosial. Penting kita lakukan keseluruhan untuk tetap sehat dan sukses menyusui selama pandemi ini. 


           Sehat Spiritual: 

Apa sih hubungannya menyusui dengan spiritual? Jika kita paham menyusui adalah kewajiban kita sebagai seorang Ibu, hal ini akan menjadi motivasi kita ke depannya untuk menyusui sampai batas waktunya. 


“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Baqarah: 233)


        Mari Bu.. kita niatkan kegiatan menyusui dalam menjalankan perintah Allah untuk memenuhi hak anak. Yakin dan berdoa akan kemudahan untuk menyusui. Sadari tugas utama kita adalah seorang Ibu yang akan diminta pertanggung jawabannya. 


 “Kemudian Malaikat itu mengajakku melanjutkan perjalanan, tiba-tiba aku melihat beberapa wanita yang payudaranya dicabik-cabik ular yang ganas. Aku bertanya: ‘Kenapa mereka?’ Malaikat itu menjawab: ‘Mereka adalah para wanita yang tidak mau menyusui anak-anaknya (tanpa alasan syar’i)’.”

(HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya 7491, Ibnu Khuzaimah 1986, dan Syaikh Muqbil rahimahullah dalam Al-Jami’ush Shahih menyatakan: “Ini hadits shahih dari Abu Umamah Al-Bahili radhiyallahu ‘anhu.” Hadis ini juga dinilai shahih oleh Imam Al-Albani).


        Subhanallah… ternyata ada ancamannya juga ya jika kita tidak menyusui tanpa sebab. Semoga kita bisa terus termotivasi untuk menyusui dan terhindar dari siksa api neraka ya, Bu..


           Sehat Mental

Gangguan mental atau psikologis merupakan fenomena yang paling banyak dijumpai di masa pandemi ini karena berdampak ke seluruh aspek kehidupan, baik kesehatan, ekonomi, pendidikan, bahkan hubungan keluarga. 


Salah satu stres yang dialami oleh ibu menyusui karena merasa pemberian ASI kurang praktis bagi ibu yang bekerja, dan stres dari kurang tepatnya dukungan suami / sang ayah bagi kegiatan memberikan ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi. Semua stres secara otomatis mempengaruhi produksi hormon oksitosin yang tidak boleh dianggap remeh perannya dalam produksi ASI berkualitas.


Berikut tips untuk mencegahnya:

  • Kenali dan pahami tanda-tanda atau gejala-gejala masalah kesehatan jiwa meliputi  perubahan emosi, fisik, respon yang  berbeda ketika menghadapi sesuatu, seperti: merasa sangat sedih, tertekan, sulit konsentrasi, gangguan tidur, tidak selera makan/banyak makan, mudah tersinggung, mudah marah, merasa lelah, tidak bergairah pada aktivitas harian, perasaan bersalah, khawatir tidak dapat menjadi ibu yang baik, pikiran untuk melukai diri/bayinya dan merasa menderita terhadap gejala yang dialami 

  • Deteksi dini faktor risiko 

  • Dukungan dan perhatian dari suami, keluarga  dan teman selama masa menyusui

  • Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi termasuk vitamin


Jika Ibu merasa mengalami tanda-tanda di atas, bisa ditangani dengan:

  • Dukungan keluarga terutama suami tidak hanya bayinya saja yang diperhatikan

  • Ada yang membantu mengasuh bayinya

  • Mengajak bicara mengenai perasaan

  • Program kunjungan rumah oleh tenaga Puskesmas

  • Melakukan konseling oleh tenaga kesehatan

Ibu tidak perlu malu untuk konsultasi ke psikolog, melakukan kosultasi  justru akan membuat Ibu lebih tenang dan tercerahkan. Bisa juga Ibu cari teman yang bisa mendukung untuk berbagi cerita.

  • Terapi dengan obat-obatan

  • Istighfar, berdizikir, latihan relaksasi atau sadar nafas, meditasi bisa menjadi pilihan bagi Ibu untuk mengatasi ketidaknyamanan yang Ibu rasakan. 



           Sehat Fisik 

Menyusui bayi bermanfaat untuk pemulihan rahim dan kesehatan payudara. ASI adalah gizi terbaik bagi bayi sehingga kita patut mengupayakan hal-hal yang membuat tubuh kita menjadi lebih bugar dengan cara: 


1. Cukup makan dan minum


2. Cukup tidur/ istirahat

3. Cukup gerak 

Lakukanlah aktivitas fisik yang disukai seperti: yoga, jalan santai sambil mendorong stroller, senam, menari, dll.  

4. Menerapkan protokol kesehatan serta menjaga kebersihan diri dan rumah

  • cuci tangan pakai sabun. 


Kapan saja harus mencuci tangan:

1.  Setelah buang air

2.  Sebelum memegang dan menyusui bayi

3.  Setelah menceboki bayi atau anak

4.  Sebelum makan dan menyuapi anak

5.  Sebelum memegang makanan dan setelah makan

6.  Setelah bersin/ batuk 

7.  Setiap kali tangan kita kotor: mengetik memegang 

uang, hewan/ binatang, berkebun


  • Memakai masker ketika menyusui jika ibu merasa kurang sehat


           Sehat Sosial

Bagi ibu yang bekerja di luar rumah pada masa pandemi ini harus lebih memperhatikan protokol kesehatan ketika di tempat kerja dan ketika memerah ASI. Jika memungkinkan, komunikasikan dengan tempat kerja untuk menyediakan ruangan khusus yang aman dan layak untuk pumping.


Untuk menjaga motivasi dan semangat, Ibu bisa cari komunitas pejuang ASI atau komunitas online yang memberikan dampak positif kepada diri. Saat pandemi ini bersosialisask secara online-lah yang paling aman. 


           2. Manajemen Waktu

Oleh karena diutamakan menyusui langung dibanding memberikan ASIP, Ibu bisa memanfaatkan momen sebelum dan sepulang bekerja untuk menyusui langsung. Pada masa pandemi, bagi Ibu yang bekerja di rumah syukurnya bisa menyusui sesering mungkin.  


Cara menyusui yang benar:

-   Menyusui sesering mungkin/ semau bayi ketika ibu sedang tidak bekerja. Untuk ibu yang

sedang WFH / bekerja di rumah bisa menyusui 8-12 kali sehari atau lebih. Selain menjaga

produksi ASI, menyusui langsung dapat memperat ikatan ibu dan anak.

-   Bila bayi tidur lebih dari 3 jam, bangunkan, lalu susui

-   Susui sampai payudara terasa kosong, lalu pindah ke payudara sisi yang lain

- Apabila bayi sudah kenyang, tetapi payudara masih terasa penuh/ kencang, maka

payudara perlu diperah, ASI disimpan. Hal ini bertujuan  mencegah mastitis dan menjaga

pasokan ASI

 




Usahakan alat pumping segera disterilkan setelah digunakan. Pemberian ASI perah menggunakan dot sebaiknya dihindari karena akan menyebabkan bingung puting dan menyebabkan efek tidak baik pada gigi.


Kemudian aturlah waktu Ibu untuk semua aktivitas berdasarkan prioritas. Aktivitas mana yang penting-mendesak seperti bayi minta menyusu, ganti popok, bayi nangis. Aktivitas penting-tidak mendesak seperti work from home (WFH), school from home (SFH), memasak, mencuci pakaian bayi, olahraga, istirahat dan belajar parenting.


Aktivitas tidak penting-mendesak seperti pekerjaan rumah tangga, mengangkat jemuran ketika hujan, menenangkan diri ketika Ibu mulai emosi dengan tingkah laku anak. Aktivitas tidak penting-tidak mendesak seperti main gawai atau bersosial media, marah-marah ke anak. 


Manajemen waktu ini sangat penting untuk menghindari stres bagi Ibu menyusui supaya ASI tetap lancar. Usahakan tidak menunda aktivitas yang penting-tidak mendesak menjadi aktivitas penting-mendesak, mengurangi aktivitas yang tidak penting baik yang mendesak atau tidak, serta mendelegasi pekerjaan jika memungkinkan. 


           Bagaimana jika di masa pandemi ini ibu menyusui terinfeksi Covid-19?

Ulama Lajnah Ad-Daa’imah yang ketika itu masih dipimpin oleh Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz rahimahullahu Ta’ala menjawab,

“Menjadi kewajiban bagi seorang wanita (ibu) untuk menjaga proses penyusuan terhadap anak-anaknya dan juga menjaga sebab-sebab kesehatan mereka. Tidak boleh baginya mencukupkan diri dengan susu formula (susu buatan) atau yang lainnya, kecuali dengan ridha suaminya setelah saling bermusyawarah dan juga tidak adanya bahaya (mudharat) bagi sang bayi.”

WHO juga merekomendasikan bagi ibu yang diduga atau yang positif COVID-19 untuk melanjutkan proses menyusui. Ibu perlu tahu bahwa manfaat dari menyusui jauh lebih besar daripada resiko penularan.


Menyusui sampai dua tahun bagi ibu bekerja bukan mustahil karena banyak juga pejuang ASI yang berhasil. Semangat bund! Semoga masa pandemi tidak menjadi penghalang bagi Ibu menyusui sampai dua tahun.. 


Semoga bermanfaat dan selamat mengASIhi !!!


Sumber :

1. Buku KIA. Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan RI. Cetakan tahun 2020. 

2. Hukum wanita tidak menyusui. (https://konsultasisyariah.com/15640-hukum-wanita-tidak-menyusui-anaknya.html) diakses tanggal 15 Oktober 2020. 

3. Wanita yang tidak mau menyusui. (https://muslimah.or.id/9917-wanita-yang-tidak-mau-menyusui.html) diakses tanggal 15 Oktober 2020.

4. Breast feeding and covid-19. (https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/breastfeeding-and-covid-19.) diakses tanggal 15 Oktober 2020.

5. Air susu ibu: stres dan cinta. (https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/air-susu-ibu-stres-dan-cinta) diakses tanggal 15 Oktober 2020.



You May Also Like

0 comments