GAME LEVEL 8-CERDAS FINANSIAL- DAY 2

by - November 23, 2019


Day 2: Pasar Anak, Sayang Teman

          Pasar Anak Sayang Teman adalah moment yang tepat bagi Meira untuk belajar cerdas finansial. Pasar dimana menjual barang-barang kreasi sendiri, makanan buatan sendiri atau buatan ibunya bahkan barang-barang preloved. Sampai di lokasi, kami melihat banyak meja berderet menjaga stand jualannya didampiingi ibunya. Kami langsung dihampiri dua bocah umur empat sampai lima tahunan menawarkan ciloknya seharga dua ribu rupiah yang dibawanya. Mama bertanya kepada Meira, “Kak, dompetnya bawa?” Meira menggeleng.  Kami meminta maaf kepada dua bocah tadi tidak membeli karena tidak membawa dompet. Berhubung karena  mama tadi ada seminar dari pagi sampai sore, mati pula hp tadi jadi mama tidak sempat mengingatkan ayah dan Meira untuk membawa dompet. Ada juga anak yang menawarkan pensil yang dihiasi lebah flanel, tapi kami tolak lagi dengan alasan tidak membawa dompet. Anak-anak tadi terlihat memaklumi. lucu. hihihi

                 
Meira disambut dua bocah penjual cilok, mereka sangat berani dan bijak. lucuuu banget deh

Meira juga dihampiri bocah penjual pensil, mama kaget ketika ditawarkan harganya lima puluh ribu rupiah. (mungkin si adek salah sebut harga kali.) hahaha

Mama menunjukkan contoh kakak yang jualan, bisa membuat cookies sendiri dan meyakinkan Meira melihat hasil jualan pada "kaleng uang" 

Mama menunjukkan bahwa yang diujual bisa barang bekas yang di daur ulang, contohnya celengan yang terbuat dari botol air mineral, pin dari tutup botol yang sudah dicat cantik.


              Kami berjalan memutar stand, melihat kreasi-kreasi buatan sendiri seperti pembatas buku buatan sendiri, cookies, berbagai jenis makanan minuman buatan sendiri. Meira berhenti pada sebuah meja, ia tertaik kepada mainan-mainan preloved boneka dan kulkas. Mama bilang, “Kakak kan ga bawa dompet, terus belinya gimana?” lalu meira menjawab, “pinjam uang ayah dulu.” Mama tidak memberikan uang, makanya ia berusaha merayu ayah. hmm.. karena event ini spesial oke deh ga papa, tapi tadi kami buat kesepakatan peminjaman uang. Ketika nanti sampai rumah Meira harus mengganti uang yang dipinjamnya. Meira mengangguk. jadi hari ini Meira ada pelajaran baru. Bertanggung jawab dalam mengelola uang pinjaman.

Kesepakatan sudah dibuat, ayah dan Meira menukar uang dalam bentuk kreweng (sejenis tanah liat yang dibentuk, dihias dan betuliskan harga yang berbeda-beda). Meira mama dorong untuk berani bertransaksi dan belajar menghitung jumlah belanjaannya. mama memuji kakak-kakak yang mencatat barang dagangannya yang laku beserta harganya dan memberi contoh kepada Meira apa yang dilakukan kakak itu ketika berhasil menjualkan dagangannya.  



Stand yang membuat Meira pertama kali tertarik, mainan kulkas dan boneka seperti barbie

Meira belajar bertanya dan bertransaksi langsung dengan kakak-kakak setelah mendapat pinjaman uang dari ayah
             Kami melanjutkan melihat stand-stand lain, Meira ingin membeli cupcake hias. tetapi mama ajak  berkeliling dulu menahan keinginannya. Kami berhenti di stand zerowaste, tisu reusable berupa beberapa lembar kain yang dimasukkan ke dalam kotak tissue. nah, di sini mama yang menahan diri. wkwkwkw. ya iya donk, kan mau jadi teladan anaknya. 

Aksi jualan zero waste, meira tertarik melihat dekorasi bunga plastik yang dibuat si kakak. Ia bertanya bunga dari botol bekas itu terbuat dari apa. Mama bilang kakaknya juga sama seperti Meira pecinta pohon, jadi mengurangi pemakaian tissue dengan menjual tissue reusable. Mama sebenernya tertarik sih... tapi tahan dulu,,, kan jadi teladan bagi anaknya. hahahaha. lagian harganya yang dua puluh ribu, mama mengajari Meira bagaimana mengelola uang pinjamannya yang terbatas
       Setelah berkeliling melihat beberapa jenis makanan, Meira tetap menjatuhkan hatinya pada cupcake. Meira sangat suka makanan manis, berhubung mamanya dokter gigi mama harus kontrol bagaimana anak tetap senang, tapi juga giginya bagus. Yaitu dengan membolehkan makanan manis saat event-event tertentu saja sehingga tadi Meira mendapat izin membeli cupcake. Mama bertanya, "uangnya cukup ga?" soalnya harga cupcake dipatok tujuh ribu rupiah, cukup tinggi. Meira berhitung-hitung dengan ayah, alhamdulillah uangnya masih cukup.  Meira sangat senang memakan cupcakenya. Kami lanjut berjalan, eh kami ketemu dengan dua bocah penjual cilok tadi, Meira berkenalan dengan mereka yang sangat ramah. untuk menyenangkan hati mereka mama ajak Meira membeli cilok, secukupnya saja karena cupcake masih ada di tangan. Alhamdulillah selain belajar finansial meira juga belajar sosialisasi dan empati.

Meira ketemu teman barunya, di stand bocah penjual cilok. Karena keramahannya kami membeli jualannya agar teman baru ini merasa senang juga, tapi Meira beli cukup dua cilok saja seharga seribu rupiah. di sini mama mengajari kegigihan yang diberi contoh temannya itu

              Adzan maghrib berkumandang, kami solat dan harus segera balik karena besok kami akan menuju bandara pagi-pagi. Mama mencoba membingkai pengalaman Meira hari ini tentang apa yang dirasakannya, apa itu pasar, apa yang didapatkan penjual, apa yang didapatkan pembeli dan apa yang akan dilakukan Meira ketika ada acara seperti ini lagi. Alhamdulillah katanya mau menjadi penjual seperti teman-teman yang lain tadi. Insya Allah di lain kesempatan yaa kita berkarya dan menghasilkan uang, yang terpenting adalah rasa bahagia dan produk yang kita tawarkan bermanfaat dan membuat orang lain bahagia. :)



You May Also Like

0 comments